Satgas Pangan Kota Probolinggo Sidak Garam di Pasar Baru

Kapolresta Probolinggo AKBP Alfian Nurrizal saa sidak garam di pasar Baru.

Kota Probolinggo, Bhirawa.
Kelangkaan garam di pasaran Kota Probolinggo akhir-akhir ini, mendorong Tim Satgas Pangan Kota Probolinggo yang diketuai Kapolresta Probolinggo AKBP Alfian Nurrizal melakukan sidak di pasar tradisional di Kota Probolinggo. Dalam sidak tersebut, Tim Satgas Pangan yang terdiri dari Kepolisian, Diskoperindag, Disperta, Bulog dan Dinkes, pertama mendatangi Pasar Baru Kota Probolinggo. Di Empat Sentra Penghasil GaramĀ  di kabupaten Probolinggo Gagal Panen.
Kelangkaan garam di kota Probolinggo sudah hampir sebulan ini tidak menjual garam beryodium. Alasannya pihak distributor tidak menyuplai lagi, kata Sunarsh pedagang garam, Rabu (26/8). Alasan salesnya pabriknya sudah tidak produksi lagi. Mereka juga mengatakan, selain kelangkaan garam beryodium, garam grasak, juga mulai sulit didapatkan. Kalaupun ada, harganya juga naik 5 kali lipat, garam grasak yang sebelumnya per sak isi 50 kg seharga Rp 50 ribu, sekarang naik menjadi Rp 250.000.
Sejumlah pedagang peracangan yang biasa menjual garam di pasar tersebut didatangi dan ditanya Kapolresta Probolinggo AKBP Alfian Nurrizal. “Kami sudah pesan ke salesnya. Tapi katanya tidak ada barang dan pabriknya sudah tidak produksi lagi. Karena garam yodium tidak ada, kami hanya jual garam grasak saja,” ungkapnya.
“Dulu sebelum garam langka, saya kulak garam grasak per sak isi 50 kg harganya hanya Rp 50 ribu. Saya jual eceran Rp 2000/kg. Sekarang adanya kelangkaan, garam grasak saya kulak per sak naik menjadi Rp 250 ribu. Kemudian saya jual eceran Rp 6000/kg,” akunya.
Adanya kelangkaan garam ini, Kapolresta AKBP Alfian Nurrizal, selaku Ketua Satgas Pangan mengatakan, akan segera melakukan sidak di gudang dan distributor garam. “Apabila waktu sidak nanti ditemukan ada distributor/gudang yang sengaja melakukan penimbunan garam, akan kami tindak sesuai hukum,” tegasnya.
Meski harga garam mahal dan langka di pasaran, namun berkah tersebut ternyata tidak berpihak kepada para petani garam. Pasalnya, cuaca buruk berkepanjangan, membuat petani garam di Kabupaten dan kota Probolinggo mengakibatkan gagal panen.
Gagal panen ini terpantau di empat sentra penghasil garam di Kabupaten Probolinggo, yakni Kecamatan Gending, Pajarakan, Kraksaan dan Paiton.Empat kecamatan ini berada di pesisir utara. Dimana dalam dua bulan terakhir, mengalami gagal panen setelah diterjang cuaca buruk.
Kondisi tersebut berupa cuaca panas yang tidak mendukung, sehingga petani garam tidak bisa berproduksi secara maksimal dan menyebabkan gagal panen hingga terancam gulung tikar.Satu diantaranya terlihat pada petani garam di Desa Curah Sawo, Kecamatan Gending, Probolinggo.
Biasanya, dalam satu hektar lahan tambak garam mampu menghasilkan 30 ton. Namun kini, hanya mendapatkan 5 ton saja sekali panen. “Kami tidak bisa panen seperti tahun lalu. Terutama setelah dilanda cuaca buruk atau hujan yang masih saja turun,” ujar Haryanto, petani garam asal Desa Curah Sawo, Rabu 26/7.
Pada musim panen garam tahun lalu, harga garam berkisar diantara Rp. 300 sampai Rp 400 per kilogram.Namun, saat ini, petani harus menyesuaikan dengan melepas harga garam krosok hingga mencapai Rp. 3.000 per kilogram.
Menurut Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo, Dedy Isfandi, gagal panen ini diantaranya disebabkan oleh media tanam yang digunakan oleh petani garam yang dinilai masih tradisional, dengan cara pengeringan air laut pada tanah secara langsung.
“Ini berbeda dengan petani garam yang lebih modern. Mereka menggunakan media terpal atau tehnik geo membran untuk mengeringkan air laut. Sehingga, mereka bisa memproduksi garam meski dalam kondisi cuaca tak bersahabat. Karena daya keringnya lebih cepat,” tambah Dedy. [wap]

Tags: