Satpol PP Dirikan Kelas Darurat SDN Watudandang III

Murid SDN Watudandang III Kecamatan Prambon mengikuti proses belajar di tenda Satpol PP sebagai ruang kelas sementara. [ristika]

Nganjuk, Bhirawa
Robohnya gedung SDN Watudandang III Kecamatan Prambon memaksa Pemkab Nganjuk untuk mendirikan ruang kelas darurat. Tenda milik Satpol PP ukuran 6 x 12 meter kemudian didirikan di halaman sekolah untuk menampung sekitar 30 murid.
Untuk sementara waktu menunggu gedung baru dibangun, murid kelas satu belajar di dalam kelas darurat. Sedangkan murid kelas dua dan tiga menumpang di madrasah terdekat. “Saya mengapresiasi tindakan cepat Satpol PP (Satuan Polisi Pamong Praja) peduli pendidikan ini, dan Dinas Pendidikan sebagai OPD terkait telah meninjau lokasi dan mengarahkan kelasnya,” kata Wabup Nganjuk Dr. Drs. Marhaen Jumadi.
Langkah yang diambil Satpol PP untuk mendirikan kelas darurat dikatakan Marhen Jumadi merupakan bentuk koordinasi lintas organisasi pemerintah daerah (OPD) dalam menangani satu permasalahan. Kasus robohnya gedung SDN Watudandang III tidak hanya urusan Dinas Pendidikan. Namun karena Satpol PP memiliki fasilitas yang memungkinkan untuk dibangun kelas darurat maka Satpol PP mendirikan tenda untuk tempat belajar mengajar sementara.
Dikatakan Marhen Jumadi, Pemkab Nganjuk telah mengalokasikan dana melalui dana alokasi khusus (DAK) tahun anggaran 2019 untuk membangun gedung baru SDN Watudandang III. Soal besaran anggaran untuk pembangunan gedung SDN Watudandang III, dikatakan Marhen Jumadi telah dikoordinasikan dengan Dinas Pendidikan.
Secara pasti, proses pembangunan gedung SDN Watudandang III merupakan prioritas utama karena menyangkut pendidikan.
“Pembangunan gedung SDN Watudandang III merupakan skala prioritas dan tidak bisa ditunda,” tegas Marhen Jumadi.
Gedung SDN Watudandang III ambruk pada hari Rabu (02/01) lalu sebanyak tiga ruang yakni kelas 1, kelas 2 dan kelas 3. Dugaan penyebab ambruknya gedung karena usia bangunan yang sudah tua dan kayu penyangga genting mengalami lapuk. Menurut kepala sekolah SDN Watudandang III, Ali Hafidz, usia bangunan memang sudah tua dan sudah saatnya dipugar, terakhir dipugar pada tahun 2007.
Setelah tenda kelas darurat didirikan, terlihat antusiasme belajar murid gedung SDN Watudandang III. Seolah mereka mendapat suasana baru dalam proses belajar mengajar dan setidaknya mereka tidak kepanasan saat mengikuti jam pelajaran. “Proses belajar mengajar tidak terganggu dan pihak sekola merasa terbantu dengan adanya tenda darurat. Siswa terlihat aktif saat belajar dan merasa nyaman,” ujar Ali Hafidz.
Diberitakan Bhirawa sebelumnya, karena bangunan sudah tua, SDN Watudandang III Kecamatan Prambon mendadak roboh. Beruntung, saat musibah terjadi tidak sampai menimbulkan korban jiwa.
Gedung SDN Watudandang III yang berada di Dusun Nanggungan Desa Watudandang, dibangun tahun 1979. Menurut Mahmudah, salah satu guru di sekolah tersebut, sebelum kejadian robohnya gedung SDN tersebut, firasat tidak beres sudah dirasakan oleh beberapa guru. Mahmudah yang jarak rumahnya hanya 150 meter dari sekolah mengatakan jika bangunan ruang kelas I, II, dan III sudah terlalu tua dan mengkhawatirkan.
Sehingga Mahmudah menyuruh siswa-siswanya agar berpindah ruang belajar. Segera Mahmudah bersama muridnya pun memindahkan barang-barang berharga dari dalam ruangan.
Ternyata, firasat sejumlah guru menjadi kenyataan saat sore harinya ketika jam belajar mengajar usai tiga ruang roboh. Ruang kelas yang rusaknya paling parah adalah ruang kelas dua, karena atap dan tembok penyangganya roboh. Sedangkan ruang kelas I dan III ujung atap dalam kondisi miring. [ris]

Tags: