Satpoltik Sosialisasikan Perda, Polwan KP3 Rakit Senjata SS1

Polwan KP3 menggelar lomba merakit senjata SS1

Polwan KP3 menggelar lomba merakit senjata SS1

Kota Surabaya, Bhirawa
Mitos kanca wingking memang harus dibebaskan. Kaum perempuan dituntut untuk bisa tampil mandiri, dinamis, kreatif, penuh inisiatif, dan profesional dalam mengambil perannya di sektor publik. Hal tersebut dilakukan oleh anggota Satpol PP Kota Surabaya dan Polisi Wanita (Polwan) di lingkungan Polres Pelabuhan Tanjung Perak (KP3)  dalam menyambut Hari Kartini.
Memeringati Hari Kartini, anggota Satpol PP Cantik yang lebih dikenal Satpoltik ini menyosialisasikan Perda Nomor 2 Tahun 2014 tentang Ketertiban Angkutan Umum di halte-halte, Senin (20/4). Mereka membawa poster bertuliskan ‘Terima kasih tidak membeli atau memberikan uang kepada pengamen, pedagang asongan dan pengemis di angkutan umum’ kepada para penumpang.
Dengan mengenakan kebaya dan jarik, perempuan-perempuan Satpol PP keluar masuk bus angkutan di lima titik halte yang ada di Kota Pahlawan. Kelima halte tersebut yakni Jalan Simpang Dukuh, Jembatan Merah, Raya Darmo, RSI Wonokromo, serta Jalan Gubernur Suryo.
Dari pantauan Bhirawa di halte bus Jalan Gubernur Suryo misalnya, dua perempuan bernama Ari Barokah dan Yuanisa Fauziah dengan didampingi anggota pria berseragam Satpol PP, memberitahukan ke para penumpang bus terkait Perda Nomor 2 Tahun 2014.
” Kebetulan ini adalah momen Hari Kartini, kita sengaja diturunkan ke lapangan untuk memberi sosialisasi ke masyarakat tentang Perda Nomor 2 Tahun 2014. Perda ini berisi untuk menjaga ketertiban angkutan umum,” kata Yuanisa di sela sosialisasi di halte Jalan Gubernur Suryo.
Sementara itu, Ari Barokah juga mengatakan, pada peringatan Hari Kartini ini, Satpol PP perempuan tidak harus terlihat garang dalam menertibkan masyarakat yang memang tidak taat aturan.  “Tapi bagaimana bersikap santun kepada masyarakat agar memahami aturan pemerintah. Intinya kita juga ingin dekat dengan masyarakat, meski sebagai penegak ketertiban,” imbuh Ari.
Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas Satpol PP Kota Surabaya Denny Christopel mengatakan bahwa di momen Kartini ini, perempuan anggota Satpol PP juga ingin berperan dan ingin dekat dengan masyarakat. ” Hari Kartini ini adalah momentum untuk mendekatkan diri dengan masyarakat dengan menyosialisasikan Perda tetang ketertiban umum,” terangnya.
Sementara itu  Polisi Wanita (Polwan) di lingkungan Polres Pelabuhan Tanjung Perak (KP3) merayakan Hari Kartini dengan perlombaan rakit senjata, Senin (20/4).
Bertempat di Mapolres Pelabuhan Tanjung Perak, puluhan Polwan yang menggunakan baju kebaya mengikuti lomba bongkar pasang senjata jenis Senapan Serbu (SS1). Lomba pun dibagi menjadi tiga kategori, yakni perorangan, beregu, dan perorangan dengan mata tertutup. Dengan cekatan, Kartini Polwan melakukan aksi bongkar pasang senjata dengan waktu relatif singkat.
Bripda Rendis Oktarias, salah seorang Polwan peserta yang mencatat waktu terbaik mengaku, senjata keluaran 1991 ini memiliki tingkat kesulitan di bagian bongkar pasang. Namun, Ia mengaku tidak ada kesulitan dalam perakitan senjata jenis senapan serbu ini.
“Meski mengenakan baju kebaya, tak ada masalah dalam perakitan senjata. Kuncinya adalah mengenali spesifikasi senjata serbu jenis SS1 dan percaya diri bisa melakukan perakitan dengan benar,” ungkapnya.
Pada peringatan Hari Kartini, Bripda Rendis mengimbau agar kaum hawa tidak berpangku tangan kepada kaum adam. Kaum hawa zaman sekarang harus bisa mandiri dan percaya diri akan kualitas serta kemampuan yang dimiliki. “Kita tunjukkan bahwa Kartini sekarang tidak kalah dengan kaum adam. Kunci utamanya adalah percaya dengan kemampuan diri sendiri,” harapnya.
Sementara Kabagsumda Polres Pelabuhan Tanjung Perak Kompol Herlina mengungkapkan RA Kartini merupakan tokoh perjuangan yang mengangkat derajat dan harkat martabat wanita. Kesetaraan derajat dengan kaum adam harus ditunjukkan dengan menjadi wanita yang tangguh dan mandiri.
Selain mengadakan lomba perakitan senjata, Kompol Herlina menambahkan, peringatan Hari Kartini di KP3 dilakukan juga dengan penggunaan kebaya khas Jawa Timur oleh jajaran Polwan. Nantinya, Polwan yang bertugas harus tetap menggunakan kebaya hingga berakhirnya jam tugasnya. [geh,bed]

Tags: