Satu Destilator Sampah Plastik untuk Tiga Manfaat Sekaligus

Nicho Abdian Gusti dan Alif Firman Hakim menunjukkan destilator pendaur ulang sampah plastik karyanya saat mengikuti tahap seleksi Lomba Jawara SMK 2014 yang digelar Dindik Jatim.

Nicho Abdian Gusti dan Alif Firman Hakim menunjukkan destilator pendaur ulang sampah plastik karyanya saat mengikuti tahap seleksi Lomba Jawara SMK 2014 yang digelar Dindik Jatim.

Kota Surabaya, Bhirawa
Sebuah manfaat bisa didapat dari alat pendaur ulang sampah biasa, yaitu lingkungan menjadi bersih. Tapi berbagai manfaat sekaligus ditawarkan oleh destilator pendaur ulang sampah plastik karya siswa SMKN 1 Singosari Malang. Selain lingkungan tetap bersih, ada tiga manfaat lain yang tak kalah hebat dalam bentuk energi terbarukan.
Semangat dan antusiasme begitu nyata terlihat dari dua siswa asal SMKN 1 Singosari Malang saat mengikuti seleksi lomba Jawara SMK yang digelar Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim, Kamis (6/11). Mereka adalah Nicko Abdian Gusti Rahman dan Alif Firman Hakim yang datang dalam ajang itu membawa sebuah karya berbentuk destilator.
Sekilas, alat ini berfungsi sangat biasa. Mendaur ulang sampah plastik dengan proses pembakaran. Tapi fungsi sebenarnya sangat menawan. Dari destilator itu, dapat menghasilkan bahan bakar cair, gas dan padat. Bahkan di sekolahnya, cairan hasil pembakaran ini sudah digunakan untuk mengoperasikan mesin pemotong rumputnya. “Cairan yang dihasilkan dari pembakaran sampah plastik ini bisa digunakan untuk bahan bakar mesin, kompor minyak dan petromak,” tutur Nicko.
Sementara gas yang dihasilkan bisa dipakai untuk bahan bakar kompor serta residu padat untuk briket. Ada tiga komponen utama alat ini yakni, tabung pembakaran berkapasitas 600 gram, pompa dan tabung penampung cair. Cara kerja alat ini menyerupai destilator yang ada di laboratorium. Hanya saja fungsi alat ini lebih kompleks dan berkapasitas lebih besar dan dilengkapi pompa. Cara kerjanya dimulai dari pemotongan sampah menjadi ukuran kecil sebelum dimasukkan ke tabung pembakaran. “Kami tidak membatasi plastik tertentu, semua plastik bisa diproses,”kata Nicko.
Sampah ini lalu dibakar dengan api  yang disambungkan dari kompor elpiji sebagai pembakaran primer. Dalam waktu sekitar 1 jam dengan suhu 90 derajat, sampah plastik ini akan mulai menghasilkan cairan yang langsung ditampung di tabung bening penampung cairan. Jika cairan sudah mencapai seperempat  tabung penampung, maka pompa dinyalakan untuk menyedot cairan itu dan dimanfaatkan sebagai bahan bakar di tabung pembakaran.
“Kalau sudah begini, kompor elpiji sudah dapat dimatikan karena sumber apinya sudah didapat dari cairan hasil destilasi plastik ini,”terang siswa kelahiran 25 Juli 1997.
Siswa kelas XII Jurusan Otomasi Industri ini memastikan dari 600 gram plastik yang dibakar ini bisa menghasilkan 0,25 liter bahan bakar cair. Karena itu, sisa cairan dari proses pembakaran di tabung ini masih bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar pemotong rumput atau untuk kompor minyak.
Diakui Nicko, bahan bakar cair ini belum bisa dipakai untuk kendaraan bermotor karena nilai oktan yang dihasilkan masih rendah. “Nilai oktan bahan bakar ini hanya 80. Kalau premium, nilai oktannya bisa lebih dari 85. Jadi belum layak untuk kendaraan bermotor,”sebut juara lomba Adiwiyata daur ulang plastik di sekolahnya pada 2012.
Tak hanya bahan bakar  cair saja yang bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar tabung. Gas yang dihasilkan dari proses inipun bisa dialirkan kembali ke bawah tabung pembakaran untuk bahan bakarnya. “Jadi menghemat gas elpiji yang ada karena sudah digantikan hasil destilasinya,”kata dia. Sementara sisa-sisa plastik yang masih ada di tabung, bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar briket.  “Briket ini sudah dimanfaatkan teman-teman pramuka saat melakukan perkemahan,”terangnya.
Diakui Nicko pembuatan alat ini berawal dari keprihatinannya melihat sampah-sampah plastik yang menumpuk di sekolahnya. “Kebetulan saat itu di sekolah ada kegiatan Adi Wiyata, dan kami siswanya disarankan untuk membuat alat pengolah sampah,”terang yang di Jawara tingkat Kabupaten Malang meraih juara pertama.
Untuk merancang alat ini, Nicko dibantu teman-temannya. Awalnya dia membuat alat serupa yang bentuknya lebih kecil dengan kapasitas sekitar 250 gram sampah. Alat ini tidak dilengkapi pengaman dan katup penutup tabung yang kuat sehingga sisa-sisa pembakarannya menimbulkan polusi di sekitarnya. “Ini produk gagal, jadi kami sempurnakan lagi dengan membuat alat yang lebih besar ini,”katanya.
Nicko memastikan alatnya ini cukup aman meski hasil bahan bakar yang dihasilkan dimanfaatkan kembali untuk proses pembakaran sampah karena jarak antara tabung pembakaran dengan tabung penampung cukup jauh, sekitar 1 meter. “Saya juga lengkapi kuningan untuk menyalurkan ke minyak sehingga tidak timbul kebocoran,”katanya.
Nicko berharap alatnya ini tak selesai di lomba. Dia bercita-cita untuk bisa memproduksi massal alat ini sehingga bisa mengurangi pencemaran akibat sampah plastik.
Terpisah, Kabid Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikmenjur) Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim Hudiyono menambahkan, sejak pertama kali Jawara digelar pada 2011 lalu, ajang ini terus menarik antusiasme SMK di Jatim. Sehingga tak satu pun daerah dari 38 kabupaten/kota di Jatim yang tidak memiliki kontingen. “Seluruh daerah punya kontingen masing-masing di setiap kompetensi yang dilombakan,” kata dia. Ada tiga kompentensi dalam Jawara ini, di antaranya rekayasa teknologi, bisnis manajemen dan pariwisata.
Manurutnya, tahapan lomba dilakukan dengan sangat ketat.  Bahkan saat seleksi tahap awal, penilaianya langsung meliputi tiga tahap. Di antaranya tes soal untuk mengukur knowledge siswa, psikotes dan presentasi hasil karya. Saat presentasi, peserta langsung dihadapkan dengan dewan juri yang berasal dari unsur praktisi dunia usaha dan industri serta pakar dari perguruan tinggi. “Nanti pada saat final, mereka akan presentasi kembali di hadapan dewan juri. Pada saat final, dewan juri akan mengukur kesesuaian karya dengan kebutuhan riil dan peluangnya di pasar,” kata Hudiyono.
Total ada 15 finalis dari tiga kompetensi yang akan tampil saat grand final. Selain mendapat apresiasi dari pemerintah, mereka juga akan langsung mendapat sertifikat kompetensi dari Badan Standardisasi Nasional Profesi (BSNP). “Hadiah berupa sertifikat ini yang nanti akan banyak manfaatnya. Khususnya dalam mengisi peluang kerja yang ditawarkan perusahaan,” tuturnya. [tam]

Tags: