Satu Tahun Pandemi, Jatim Bangkit dari Kontraksi

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekdaprov Jatim Jumadi

Pemprov, Bhirawa
Daya tahan perekonomian Jatim diuji selama satu tahun menghadapi pandemi Covid-19. Kontraksi terjadi di berbagai sektor perekonomian, khususnya lapangan usaha yang tumbuh di bawah nol alias minus. Namun, Jatim telah membuktikan kemampuannya menjaga kontraksi ekonomi itu di posisi yang cukup dangkal.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekdaprov Jatim Jumadi menuturkan, kontraksi ekonomi Jatim pada tahun 2020 sebesar 2,39 % paling dangkal dari provinsi lain di Jawa seperti Banten yang terkontraksi hingga minus 3,38%, Jawa Barat minus 2,44%, DI Yogyakarta minus 2,69%, dan Jawa Tengah minus 2,65%.
“Dengan pergerakan seperti itu, perekonomian Jatim tahun 2020 masih tangguh di tengah kontraksi daya beli karena dampak Covid-19 dan tetap menjadi lokomotif perekonomian Nasional,” ujar Jumadi, Selasa (2/3).
Di tengah tekanan pandemi ini, Jumadi menjelaskan, ada dua sektor lapangan usaha yang mampu tetap tumbuh positif. Di antaranya ialah sektor pertanian dan sektor informasi komunikasi. “Sektor lapangan usaha mampu memberi sumbangsih perekonomian Jatim sebesar 80,54 %. Dari jumlah itu sektor pertanian menopang 11,89% tumbuh 0,09 persen dan sektor informasi komunikasi berkontribusi 5,15% atau tumbuh 0,58 %,” urai mantan Kepala BPKAD Jatim tersebut.
Pertumbuhan sektor pertanian ini terdorong oleh perluas panen padi Jatim tahun 2020 sebesar 3,49% dari 1,7 juta Ha pada 2019 menjadi 1,76 Ha pada 2020. Hal tersebut mendorong peningkatan produksi padi Jatim sebesar 4,61% dari 9,58 juta ton gabah kering giling (GKG) pada 2019 menjadi 10,02 juta ton GKG pada 2020. “Sementara sektor informasi dan komunikasi menjadi andalan seiring peningkatan penggunaan teknologi informasi yang disebabkan work from home dan school from home,” sambung Jumadi.
Lebih lanjut Jumadi mengatakan, kendati sektor pertanian menunjukkan tren pertumbuhan positif, namun perlu tetap mendapat perhatian serius. Salah satu extra effort yang dibutuhkan adalah teknologi yang mendukung produktivitas sektor pertanian. “Selain itu, tingginya curah hujansaat ini membutuhkan rembug nyekrup antara Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dengan PU Sumber Daya air agar dapat mengoptimalkan produksi pada Masa Kering 1 (MK1) dan MK2,” ujar dia.
Di sisi lain, empat sektor lapangan usaha di Jatim mengalami kontraksi seperti industri pengolahan yang selama ini menjadi motor penggerak ekonomi Jawa Timur. Pada 2020, sektor ini terkontraksi cukup dalam kendati pada triwulan IV industri pengolahan Jatim terjadi peningkatan seiring kembali pulihnya kegiatan bisnis dan meningkatnya permintaan masyarakat.
Khususnya pada industri pengolahan tembakau, industri kimia dan farmasi, serta industri logam dasar. Namun masih belum pulihnya permintaan bahan baku industri juga menjadi penyebab kontraksi pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan.
“Sektor perdagangan juga mengalami kontraksi karena penurunan permintaan global maupun domestik akibat lock down di berbagai negara. Namun pada triwulan IV terjadi peningkatan penjualan mobil secara nasional,” jelas Jumadi.
Terhadap sektor konstruksi, pada tahun 2020 terkontraksi karena penundaan beberapa proyek infrastruktur yang dintandai dengan turunnya permintaan semen. Demikian pula pada sektor akomodasi dan makan minum, juga terkontraksi karena kebijakan pembatasan aktifitas sosial seperti PSBB dan PPKM yang pada akhirnya berimplikasi pada pembatasan angkutan transportasi, okupansi hotel dan juga rumah makan. [tam]

Tags: