Satu Tewas, Satu Hilang, Perahu Nelayan Karam Dihantam Ombak

Perahu bermuatan 12 nelayan karam keluarga menunggu di tepi pantai.

Probolinggo, Bhirawa
Cuaca ekstrem di wilayah laut Utara Probolinggo kembali memakan korban. Senin petang (22/1), perahu milik nelayan asal Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan, karam di perairan Probolinggo. Seperti biasa mereka hendak melaut ke perairan Bayeman, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo. Mereka berangkat dari perairan Mlaten.
Kala itu cuaca tiba tiba menjadi ekstrem. Angin bertiup dengan kencang dari arah Barat. Menjelang maghrib, angin bertiup semakin kencang dan ombak mulai meninggi. Tak kuat menahan cuaca yang semakin ekstrem, kapal yang mereka tumpangi mendadak karam di perairan teluk bawang Bayeman.
Seperti biasanya mereka memang melaut sampai Probolinggo saat cuacanya cerah. Namun tiba tiba saja menjadi ekstrem sehingga menenggelamkan perahu yang mereka naiki,” kata Kades Kedawang, Suharto, Senin 22/1 malam.
Dimana sebanyak 12 nelayan yang naik di dalam perahu masing-masing adalah Pandi, 30, warga Dusun Petulis, Desa Tambakrejo, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo; Ahmad, 32; Hafid, 29; Sajuri, 50; Samsul, 42; Hasan alias Acang, 56; Holik, 25 dan Habibi, 30. Mereka bertujuh adalah warga Dusun Pesisir, Ds. Mlaten Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan.
Selain itu Amar, 24, warga Dusun Krajan, Desa Kedawang, Kecaamatan Nguling; Sodik, 45, warga Dusun Pasar, Desa Mlaten, KecamatanNguling. Satu lagi nelayan yang belum ditemukan adalah Najib, 28, warga Dusun Pesisir, Desa Mlaten, Kecamatan Nguling.
Kapolsek Nguling, AKP Marwan membenarkan adanya nelayan asal Pasuruan yang tenggelam. Menurutnya, perahu tersebut bermuatan 12 nelayan. Rinciannya, 11 nelayan asal Nguling dan 1 nelayan asal Probolinggo.
Kapolsek menjelaskan perahu yang dinaiki nelayan sempat dihantam ombak sebanyak dua kali sebelum tenggelam. Akibatnya, 7 nelayan bersandar pada badan perahu. Sementara sisanya mengapung di perairan.
Untung saja saat itu sebuah perahu nelayan lainnya yang lewat menolong mereka. Sayangnya, satu orang nelayan meninggal yakni Dawik, dan seorang lainnya yakni Najib, belum ditemukan, jelasnya.
Kasat Polairud Polres Probolinggo AKP Slamet Prayitno mengatakan, angka kecelakaan laut di Probolinggo terbilang tinggi. Sepanjang 2017 lalu saja, tercatat ada 10 nelayan yang tewas tenggelam di laut.
Standar keselamatan nelayan di perairan Probolinggo, masih kurang. Masih banyak nelayan yang melaut tidak menggunakan standar keamanan, seperti pelampung. Sehingga, saat terjadi kecelakaan mereka tidak bisa menyelamatkan diri.
“Seperti yang kami tangani pada kejadian-kejadian sebelumnya, banyak di antara mereka yang tidak menggunakan pelampung saat melaut. Padahal, itu untuk keamanan mereka sendiri. Sehingga, saat kejadian nyawa mereka menjadi taruhannya,” paparnya.
Slamet mengatakan, sepanjang 2017 lebih dari 10 kejadian kecelakaan di laut yang menewaskan nelayan. Rata-rata mereka tidak memakai pelampung. Karenanya, pihaknya mengimbau para nelayan setidaknya memakai pelampung ketika melaut. Kata Slamet, pelampung merupakan hal mendasar yang wajib digunakan ketika melaut.
“Apa susahnya pakai pelampung? Meski bukan pelampung yang dibeli dari toko, mereka juga bisa menggunakan ban untuk menjadi pelampung. Sebab, ketika terjadi kecelakaan laut meski nelayan tidak berenang, mereka sudah terselamatkan karena ada pelampung,” tandasnya.
Slamet mengaku, pihaknya terus berupaya mengingatkan nelayan agar selalu mementingkan keselamatan saat melaut. Salah satunya melalui beragam cara sosialisasi pentingnya pelampung ketika melaut. Itu, dilakukan untuk menyadarkan nelayan yang masih nekat melaut tanpa alat keamanan.
“Selain imbauan lisan, kami juga memberikan bantuan pelampung kepada para nelayan. Sebanyak 70 pelampung sudah kami berikan untuk meminimalisir kecelakaan di laut,” tambahnya.(Wap)

Tags: