SD Muhammadiyah 24 Surabaya Peringati Hari Tani Nasional 2021

Astadz Achmad Zainuri Arif, Ustdaz Ahmad Muhammad Asyifa dan Jihan Amaliyah Saputri memberikan edukasi bercocok tanam yang menyenangkan dan mencintai tanaman secara hibrid, yakni langsung kepada perwakilan siswa di sekolah dan secara virtual kepada siswa yang ada di rumah masing – masing. [trie diana]

Gelar Drama Stage, Farming Challenge dan Edukasi Senang Bercocok Tanam
Surabaya, Bhirawa
SD Muhammadiyah 24 Ketintang Surabaya, Kamis (23/8) kemarin, menggelar Peringatan Hari Tani Nasional 2021. Berbagai kegiatan mulai Drama Stage, Farming Challenge, menyanyi, baca puisi hingga edukasi terkait pertanian dengan tehnologi modern, sehingga diharapkan para siswa nantinya juga memahami dan mencintai dunia pertaniain modern.
Menurut Kepala SD Muhammadiyah 24 Ketintang Surabaya, Ustadzah Norma Setyaningrum SPd, Drama Stage and Farming Challenge ini digelar dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional tahun 2021 yang jatuh setiap tanggal 23 September. Dalam peringatan Hari Tani ini digelar drama di sekolah dengan kolaborasi pemain perwakilan siswa dan guru, sedangkan siswa yang berada di rumah dapat mengikuti melalui streaming Youtube.
Ustadzah Norma menjelaskan, selain menggelar drama tentang pertanian, juga diberikan nantinya juga diberikan challenge atau tantangan bagi para siswa. Tantangan untuk bertani kepada para siswa, diantaranya mengajak anak – anak untuk menanam pohon cabai dari berbagai media tanam dari bahan – bahan bekas, seperti bekas botol minuman yang sudah tidak terpakai. Tujuannya agar siswa memahami dan mengetahui kegiatan pertanian dalam rangka ketahanan pangan di Negara Indonesia ini.
“Tujuan memperingati Hari Tani Nasional ini, agar anak – anak mencintai kegiatan bertani dalam rangka ketahanan pangan. Sebab kebanyakan saat ini anak -anak tidak mengetahui dunia pertanian dan mereka lebih suka bekerja menjadi pegawai. Sehingga pertanian di Negara Indonesia ini terbengkalai. Akibatnya ketahanan pangan terganggu sehingga bila dulunya kebutuhan pangan bisa dipenuhi dengan swasembada pangan tetapi kini harus import. Misalnya, garam, gula dan beras, serta bahan makan lainnya,” jelas Ustadzah Norma.
Padahal dulunya Negara Indonesia ini merupakan Negara Agraris, kata Ustadzah Norma, bahkan kini banyak lahan – lahan pertanian itu hilang karena beralih fungsi, karena masyarakat tidak menyukai dunia pertanian. Buktinya, anak – anak di pedesaan tidak suka bertani, mereka lebih suka pergi ke kota dan menjadi pegawai, akhirnya pertanian hanya dikelolah oleh para petani yang kebanyakan sudah berusia lanjut dan tanpa menggunakan tehnologi pertanian yang lebih modern.
“Nah, pada Hari ini (Kamis kemarin, red) kami memperkenalkan kepada para siswa tentang dunia pertanian. Ternyata asyik loh dunia pertanian ini, bahwa bercocok tanam itu menyenangkan, sekaligus memperkenalkan kalau tanggal 23 September itu Hari Tani Nasional dan kami mendatangkan narasumber yakni Jihan Amaliyah Saputri dan Timnya dari Himpunan Mahasiswa (Hima) Biologi Universitas Muhammadiyah Surabaya. Yang akan menyampaikan materi tentang bercocok tanam yang menyenangkan dengan menggunakan tenologi, sehingga bisa menghasilkan produk pertanian dengan cepat, hal ini berbeda dengan jaman dahulu sebab hanya untuk menanam cabai saja perlu waktu lama. Setelah menerima materi maka anak – anak diberi tantangan untuk menanam biji – bijian itu,” papar Ustadzah Norma.
Sementara itu, Ustadz Ahmad Muhammad Asyifa SPd, salah satu guru yang mempunyai ide mengenalkan dunia pertanian kepada para siswa menambahkan, awalnya ada Program Wakaf Sampah yakni mengumpulkan barang – barang bekas tidak terpakai, seperti botol – botol plastik bekas minuman sebelum adanya pandemi Covid 19. Nah, pada peringatan Hari Tani ini selain mengedukasi para siswa untuk cinta bercocok tanam dan mencintai tanaman, kedepannya juga berfikiran untuk pelestarian lingkungan, maka diberikan edukasi untuk pemanfaatan barang – barang bekas. Hal ini agar berkelanjutan dan berkaitan antara Program yang satu dan Program yang lainnya.
“Selain itu, kepada para siswa juga diajarkan bahwa bertani itu tidak harus di desa, di kota pun bisa bertani yakni ada urban farming, dengan memanfaatkan lahan yang terbatas untuk bercocok tanam dan memanfaatkan barang – barang bekas yang tidak terpakai misalnya memanfaatkan barang – barang bekas, untuk digunakan media tanam hidroponik,” tandas Ustadz Sifa. [fen]

Tags: