SDN Sidokerto Memetakan Kemampuan Siswa Melalui Asesmen

Proses asesmen siswa baru SDN Sidokerto Sidoarjo untuk memetakan kemampuan siswa. [achmad suprayogi]

Sidoarjo, Bhirawa
Huruf, angka dan bentuk bangun jadi materi asesment di SDN Sidokerto. Bukan hal wajib sebenarnya. Namun asesmen ini tetap dilakukan sekolah untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa. Sebagai acuan memberikan bimbingan dan arahan pendidikan saat mulai tahun ajaran baru pada pertengahan Juli 13 nanti.
Menurut Kepala SDN Sidokerto, Ponidi Karyono, sekolah tidak tebang pilih. Sebanyak 84 murid yang sudah diterima di SDN Sidokerto, wajib melalui asesmen ini. Seluruh proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2020/2021 sepenuhnya online. Sekolah perlu memetakan kemampuan siswa. Jadi ini bukan semacam tes masuk sekolah. Tidak ada sistem gugur.
Sementara itu, Guru Pendamping Khusus (GPK) SDN Sidokerto, Sri Sugiarti menambahkan, ada indikator saat asesmen Rabu (8/7) kemarin. Sebab anak usia tujuh tahun harus mengenal huruf dan angka. Ada anak yang hanya mengenal vokal huruf, tidak mengenal konsonan kata. Ada pula yang tidak mengenal sama sekali. ”Perlu digali kemampuannya. Anak ini masih dalam taraf mengenal huruf. Anak ini hanya mengenal angka,” imbuhnya.
Selain itu, anak usia tujuh tahun, harus memahami gerakan motorik. Bisa menirukan garis. Tahu perbedaan bangun secara visual. Fokus mengikuti semua instruksi tim asesmen. Jika semua indikator itu bisa dipenuhi siswa dengan sangat baik, akan diberi bintang empat. Siswa dengan indikator ini akan diasah lebih dan diarahkan untuk berpacu prestasi.
Pemberian bintang satu untuk siswa belum kenal huruf dan angka sama sekali dan tidak bisa fokus menerima arahan. Pihak sekolah memberikan saran untuk melakukan asesmen di Pusat Layanan Autis (PLA) UPTD Anak Berkebutuhan Khusus Kabupaten Sidoarjo. Setidaknya ada 10 anak yang diberi arahan.
Menurutnya, program ini sudah berjalan pada Kamis (2/7)lalu dan tidak memaksa tapi disarankan demikian. Dari situ diketahui kelebihan dan kelemahannya. Kelebihannya dipupuk, kelemahannya akan bimbing pelan – pelan. Tempo pembelajaran masing – masing anak berbeda. Tidak boleh dihantam rata,” ungkapnya.
Kepala Bidang Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sidoarjo, Bambang Eko Wiroyudho menegaskan, pendampingan untuk siswa inklusi dilakukan dengan metode pendampingan campuran. Belajar daring atau GPK datang ke rumah. ”Tidak harus setiap hari. Karena penanganan khusus, harus dijadwalkan,” jelasnya. [ach]

Tags: