Sebagai Mortgage Bank yang Jadi Integrator Atasi Backlog

Bank BTN mendapat keistimewaan dengan menjadi integrator stakeholder dalam permasalahan perumahan di Indonesia.

Bank BTN mendapat keistimewaan dengan menjadi integrator stakeholder dalam permasalahan perumahan di Indonesia.

Setiap makhluk di bumi termasuk manusia pasti memerlukan kebutuhan primer atau kebutuhan pokok untuk menunjang pertahanan hidup. Ada tiga kebutuhan pokok itu, yakni sandang, pangan dan papan. Sandang adalah pakaian yang diperlukan oleh manusia sebagai makhluk berbudaya. Lalu, pangan merupakan kebutuhan yang paling utama bagi manusia. Sedangkan papan adalah kebutuhan manusia untuk tempat tinggal.

Zainal Ibad, Surabaya

Pada awalnya fungsi rumah hanya untuk bertahan diri dari cuaca panas dan hujan. Namun lambat laun berubah menjadi tempat tinggal keluarga. Makanya tak heran jika kebutuhan akan memperindah rumah semakin meningkat disesuaikan selera pemiliknya.
Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla telah memberikan aspirasi untuk melakukan percepatan penyelesaian backlog perumahan nasional melalui program sejuta rumah untuk rakyat. Bank BTN (Bank Tabungan Negara) sebagai bank plat merah mendapat keistimewaan dengan menjadi integrator stakeholder strategis dalam permasalahan kelangkaan perumahan (backlog) di Indonesia.
“Kami siap untuk menjadi motor dalam menggerakkan program rumah bagi masyarakat. Ini adalah program pemerintah dan menjadi tugas mulia bagi kami untuk bisa merealisasikannya” kata Direktur Utama Bank BTN, Maryono, usai bertemu Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla, beberapa waktu lalu, di Jakarta.
Menurut dia, Wapres minta Bank BTN mampu menjadi pemeran utama dalam pelaksanaan program penyediaan perumahan nasional. Seperti program perumahan bagi buruh di dekat kawasan industri. Soal konsepnya seperti apa, Maryono mengatakan akan dibicarakan lebih lanjut dengan tim Wapres.
“Pemerintah akan lebih fokus bagaimana membiayai rumah-rumah khususnya bagi masyarakat  berpenghasilan rendah ini lebih besar lagi. Bank BTN siap mendukung program perumahan pemerintah berapapun jumlahnya dan dimanapun tempatnya. Yang penting rumah itu layak untuk didukung pembiayaannya melalui skip KPR (kredit pemilikan rumah) yang kami siapkan khusus bagi MBR (masyarakat berpenghasilan rendah),” tuturnya.
Sekadar catatan, Indonesia masih menghadapi problematika besar dalam mengatasi masalah backlog perumahan dalam negeri. Hingga saat ini diperkirakan backlog telah mencapai 15 juta lebih unit rumah yang masih harus dipenuhi oleh pemerintah. Diperlukan peran serta banyak pihak untuk mengatasi problematika masalah perumahan ini.
Dijelaskan, backlog itu bukan kesalahan Bank BTN sebagai pelaksana program. Backlog itu terjadi justru karena pasarnya besar dan tidak dapat ditutup hanya oleh pembiayaan yang disiapkan pemerintah melalui APBN dan Bank BTN. Perlu dukungan dari perbankan lain untuk masuk dalam program rumah nasional.
“Minat masyarakat untuk memiliki rumah begitu besar sekali. Entah itu untuk kebutuhan tempat tinggal ataupun sarana investasi bagi mereka. Ini merupakan potensi yang perlu didorong oleh para pelaku pembangunan perumahan, agar pasar rumah selalu siap untuk dibeli oleh masyarakat yang membutuhkan,” katanya.
Menurut  dia, Bank BTN tak pernah berhenti dalam berkarya memenuhi tuntutan core business-nya dalam pembiayaan perumahan di Indonesia. Selalu ada terobosan untuk meningkatkan peran Bank BTN sebagai bank fokus perumahan (mortgage bank). Kebutuhan rumah akan terus berjalan, tumbuh dan terus akan tumbuh.
“Kami siap mengawal tugas mulia dalam menyediakan rumah bagi masyarakat Indonesia. Sebagai bank fokus pembiayaan perumahan, Bank BTN akan memberikan peran lebih besar dalam mendukung Pemerintah menyiapkan program rumah nasional bagi masyarakat menengah bawah,” jelas Maryono.
Dikatakan, KPR BTN kini sudah menginjakkan usia yang ke-38 tahun. Diusianya yang cukup matang itu diharapkan mampu menjadi momentum di bawah kepemimpinan pemerintahan baru dalam melakukan perbaikan di bidang perumahan nasional.  Baik itu dalam perbaikan dari sisi supply, demand ataupun kebijakan pusat dan daerah yang pro bisnis dan pro rakyat.
Maryono menjelaskan, tantangan Indonesia tahun depan adalah risiko turbulensi di pasar keuangan global, yang dipicu oleh kenaikan suku bunga di Amerika Serikat, the Fed Fund Rate. Meskipun belum bisa diperkirakan waktunya cepat atau lambat, banyak pihak memperkirakan bahwa kebijakan tersebut akan terjadi.
Bagi Indonesia, hal tersebut dapat berakibat pada berkurangnya aliran modal masuk karena pergeseran penempatan investasi lintas negara. Berkurangnya aliran modal bisa berdampak terhadap pengetatan likuiditas yang berdampak kepada kenaikan suku bunga acuan bank sentral, yang biasanya juga diikuti dengan kenaikan suku bunga perbankan.
Di samping itu, dari sisi domestik dampak ekonomi akibat naik turunnya harga BBM (bahan bakar minyak) dan penyesuaian tarif listrik diperkirakan akan berpengaruh terhadap meningkatnya biaya produksi, biaya distribusi, dan inflasi. Harga-harga kebutuhan pokok menjadi meningkat, daya beli menurun, konsumsi rumah tangga juga menurun.
“Hal-hal tersebut, mudah-mudahan dapat diantisipasi dengan baik oleh pemerintah dengan program reformasi fiskal merealokasi anggaran subsidi BBM ke sektor yang produktif. Implementasi program ini diharapkan dapat segera berjalan dan membuahkan hasil yang berdampak terhadap penguatan ekonomi rakyat banyak,” jelasnya.
Saat ini, minat masyarakat untuk memiliki rumah begitu besar sekali. Entah itu untuk kebutuhan tempat tinggal ataupun sarana investasi bagi mereka. Ini merupakan potensi yang perlu didorong oleh para pelaku pembangunan perumahan agar pasar rumah selalu siap untuk dibeli oleh masyarakat yang membutuhkan.
Berdasarkan data Bank BTN  sejak realisasi 10 Desember 1976 sampai dengan November 2014 ini, telah direalisasi rumah sebanyak 3.371.958 unit yang terdiri  Hunian Subsidi sebanyak 2.562.043 unit (76,0 persen) dan Hunian Non Subsidi sebanyak  809.915 unit (24,0 persen) dengan total kredit mencapai  Rp120,99 triliun, terdiri dari KPR Subsidi sebesar Rp56,58 triliun(46,8 persen) dan KPR Non Subsidi sebesar Rp64,41 triliun(53,2 persen).
“Kami masih tetap memberikan dukungan penuh terhadap upaya-upaya dalam memenuhi kebutuhan rumah rakyat. Oleh karena harapan kami program BTN Housing Finance Center dan produk Tabungan BTN Perumahan dapat menjadi salah satu solusi dalam mengatasi kebutuhan rumah di Indonesia,” katanya.
Bank BTN menjalin kerjasama dengan beberapa pihak untuk aliansi kerjasama strategis pemanfaatan produk, jasa dan layanan perbankan, yaitu dengan PT Sumber Alfaria Trijaya, Tbk (Alfamart) dan PT Property Bali Benoa. Sementara kerjasama dalam penyediaan fasilitas kredit dilakukan dengan Pancanaka Group, PT Duta Senawijaya Mandiri, PT Adhi Persada Properti dan Ciputra Sub Holding I.
Bank BTN sudah mempunyai pengalaman hampir 40 tahun menjalankan bisnis pembiayaan perumahan di Indonesia. Selama ini, Bank BTN yang mengeksekusi program rumah rakyat melalui skim FLPP (fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan), meski hal yang sama juga dilakukan bank lain. Namun Bank BTN lebih sukses karena berhasil menyalurkan 95 persen kredit rumah subsidi.

                                                                                    ———————— *** ————————

Tags: