Sebanyak 112 Gedung SD di Probolinggo Rawan Ambruk

SDN Resongo IV sedang dibenahi. [wiwit agus pribadi]

Pembangunan SDN Resongo IV Dimulai
Probolinggo, Bhirawa
Siswa SDN Resongo IV, Kecamatan Kuripan Kabupaten Probolinggo akhirnya bisa tersenyum. Setelah proses pembebasan lahan di atas bangunan sekolah telah tuntas akhir tahun 2020 lalu. Bahkan, pembangunan gedung baru sekolah yang sempat ambruk itu telah dimulai.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Probolinggo, H Fathur Rozi, Selasa (12/1) mengatakan, proses pembebasan lahan SDN Resongo IV, baru tuntas 2020. Ditargetkan pembebasan lahan selesai di akhir tahun 2020. Jika tidak, bisa berdampak pada proses pembangunan gedung sekolah baru yang bersumber dari APBN.
“Selama ini, gedung SDN Resongo IV di atas lahan yang belum dialihkan sebagai aset pemerintah daerah. Tahun 2020, kami proses pembebasan lahannya dan sudah tuntas Desember 2020 lalu. Setelah proses sesuai aprisial, pembayaran langsung pada ahli waris pemilik lahan,” katanya.
Dengan tuntasnya pembebasan lahan, dikatakan Rozi, proses pembangunan gedung itu tetap berlanjut dan sesuai rencana, sehingga proses pembangunan gedung itu berlanjut dan tidak ada kendala. Pembangunan gedung sampai sekarang berjalan, karena proyek multiyears, anggaran dan pelaksananya semua dari pusat dan diperkirakan selesai tahun ini,” terangnya.
Rozi berharap, dengan gedung baru itu nantinya bisa memberikan semangat baru bagi siswa yang berada di dusun terpencil di Kuripan ini. ”Harapannya seperti itu. Fasilitasnya layak, dan anak – anak yang sekolah nantinya juga mempunyai semangat baru,” ujarnya.
Diketahui sebelumnya, gedung SDN Resongo IV Kuripan sudah tidak layak lagi. Bahkan, tiga ruangan gedung tersebut sempat ambruk. Beruntung, tidak ada korban akibat kejadian itu. bahkan, selama ini puluhan siswa harus rela belajar di luar gedung sekolah.
Dinas Pendidikan (Dispendik) setempat sebelumnya telah melakukan pendataan. Seluruh SDN se Kabupaten Probolinggo ditinjau kondisi gedungnya. Hasilnya, dari 560 gedung SDN yang tersebar di 24 kecamatan se Kabupaten Probolinggo, sekitar 20% atau 112 gedung masuk kategori rusak berat dan rawan ambruk. Sisanya, masing – masing dianggap rusak dengan kategori sedang hingga ringan.
Rozi juga menjelaskan, pendataan sekolah dilakukan sebagai antisipasi terjadinya gedung sekolah roboh. Baik karena faktor alam, lebih – lebih karena disebabkan usia bangunan yang tua.
“Sekitar 20% dari total seluruh sekolah SD yang ada di Kabupaten Probolinggo, tergolong rusak berat. Tapi pasti ada renovasi dan pembangunan juga, yakni 50 ruang kelas per tahun,” lanjut Selasa (12/1).
Untuk anggaran rehab dan pembangunan ruang kelas. Anggarkan melalui Dana Alokasi Umum (DAU) sekitar Rp25 miiliar, sedangkan dari Dana Alokasi Khusus (DAK) sejumlah Rp23 miliar.
Setiap tahun dianggarakan, baik dari DAU maupun DAK. Jadi setiap tahunnya memang cukup banyak dana yang dianggarkan untuk bangunan sekolah. Tapi tidak langsung keseluruhan, sebab harus bertahap.
Poin penting dari pembangunan gedung sekolah ini, menurut Dewi, sekolah yang dibangun berdiri diatas lahan milik negara. Yang banyak ditemui selama ini, ternyata tidak sedikit sekolah negeri berdiri diatas lahan yang masih belum menjadi milik negara.
“Salah satunya di SDN Sumberpoh yang kapan hari ambruk. Mungkin kami akan bangun tahun depan, karena masih akan menyelesaikan status lahan yang belum sertifikat. Kalau dibangun sebelum sertifikat, takut ada masalah,” papar Rozi.
Diketahui, plafon atap ruang kelas 3 SDN Sumberpoh, ambrol Rabu (13/11) sekitar pukul 01.00 WIB. Untungnya, plafon ambruk di luar Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Selain satu ruag kelas ambruk, dua kelas lain kondisinya memprihantinkan. [wap]

Tags: