Sebanyak 33 Lembaga SLB di Jatim Ditunjuk Sekolah Penggerak

Menjadi SLB di Surabaya yang ditunjuk menjalankan Sekolah Penggerak, SLB Putra Mandiri menggelar kegiatan In House Training yang melibatkan guru dan tenaga pendidik.

Orientasi Pembelajaran Fokus Pada Potensi dan Bakat ABK
Surabaya, Bhirawa
Upaya pengembangan hasil belajar siswa dan peningkatan mutu pembelajaran tak hanya dilakukan sekolah regular. Sekolah Luar Biasa (SLB) berkewajiban dalam meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran usai pandemi Covid 19. Diantaranya, melalui Program Sekolah Penggerak (SP).
Di Jawa Timur, ada 33 SLB negeri dan swasta yang ditunjuk Kemdikbud Ristek dalam menjalankan Kurikulum Merdeka ini. Dengan rincian, angkatan 1, ada 12 lembaga, sedangkan di tahap 2 ada sebanyak 22 lembaga.
Menurut Kepala Bidang Pendidikan Khusus Pendidikan Layanan Khusus (PKPLK) Dindik Jatim, Suhartono, kunci utama dalam menjalankan Kurikulum Merdeka ini adalah guru, pengawas dan pelaku pendidikan memiliki jiwa kreatifitas dan inovasi yang tinggi.
“Jika tidak memiliki ini, kurikulum merdeka tidak mungkin berjalan. Sekolah diberikan kebebasan untuk menentukan arah konsep pembelajaran atau memilih kurikulum sesuai karakteristik sekolah,” ujar Suhartono, Selasa (28/6).
Berbeda dengan sekolah reguler, untuk implementasi Kurikulum Merdeka dalam SLB ditekankan pada pembelajaran yang berbasis pada kompetensi dan tolak ukur siswa dalam mencapai pembelajaran yang diberikan. Dalam menjalankan program ini SLB lebih optimal menjalankan Kurikulum Merdeka Belajar. Karena program vokasi istimewa yang kami gagas sebagian untuk mendukung Kurikulum Merdeka ini.
Di Surabaya, salah satu SLB yang ditunjuk sebagai SP adalah SLB Putra Mandiri. Agar program berjalan optimal, sekolah menggelar In House Training dengan menghadirkan Prof Qomariyatus Sholihah yang merupakan fasilitator SP dari Universitas Negeri Malang (UM).
Dijelaskan Prof Qomariyah sapaan akrabnya, SP ini ditujukan untuk memperkuat pondasi kurikulum, hanya saja ditata ulang hal – hal yang tidak berjalan maksimal. Mulai input proses sampai output. Mulai visi misi, kurikulum dan cara pembelajaran. Ketika pondasi ini kuat, misalkan ada model pembelajaran baru tidak akan mempengaruhi proses penerimaan materi.
Dalam lingkup SLB, sekolah dituntut untuk memodifikasi dengan menyesuaikan geografis dan SDM yang mana objeknya merupakan siswa berkebutuhan khusus. Maka guru dituntut untuk berinovasi dan mandiri dalam arti harus membuat strategi dan penyampaian yang ideal untuk siswa.
Prof Qomariyah juga menilai peran guru tak hanya menyampaikan pembelajaran pada Kurikulum Merdeka ini, tetapi juga berfokus pada perilaku dan kesiapan mandiri anak. Karena SLB merupakan rumah kedua bagi anak berkebutuhan khusus.
Guru Besar UM Malang ini mencontohkan seperti ABK lebih menyukai seni, tidak bisa dipaksakan ke matematika. Maka porsi matematika dikurangi dan lebih berfokus pada peningkatan seni. Dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki siswa, sekolah bisa bekerjasama dengan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI) untuk meningkatkan kualitas siswa.
Kepala SLB Putra Mandiri Surabaya, Dyajeng Ayu Mega Puspita menuturkan, menjadi SLB pertama di Surabaya yang ditunjuk sebagai SPk setelah melewati proses seleksi yang cukup ketat. Mulai administrasi, seleksi akademik kepala sekolah hingga wawancara. Setelah dinyatakan lolos kemudian mengikuti Diklat selama dua bulan.
“In House Training ini untuk menyampaikan kepada guru – guru yang belum mengikuti Diklat dan Bimtek untuk memahamkan visi, misi sekolah dalam Program SP dengan implementasi Kurikulum Merdeka,” jabarnya.
Pada Kurikulum Merdeka ini, kata Dyajeng, ditekankan pada pembelajaran disabilitas friendly dimana kurikulum lebih berpusat pada peserta didik. Jadi di fokuskan pada ketrampilan siswa sekecil apapun potensi yang dimiliki harus digali. Guru hanya sebagai fasilitasor dan kurikulum akan menyertakan karakteristik siswa. Dulu mengacu kurikulum kompeten kini berubah menjadi capaian pembelajaran. Jadi mengubah patokan pemerintah ke anak didik. [ina]

Tags: