Sebar Virus Indonesia Satu ke Panti Asuhan

Pengurus PAPPRI Jatim dan artis film Indonesia Satu saat berkunjung ke Panti Asuhan Ulul Albab di kawasan Tenggilis Mulya.[wawan triyanto/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Artis dan pengurus Persatuan Artis Penyanyi Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI) Jatim kembali menggelar bakti sosial selama Bulan Ramadan. Sasaran kali ini menyebarkan ‘virus’ Indonesia Satu ke panti asuhan.
Ketua Umum Pappri Jatim Sastro Harijanto Tjondrokusumo bersama para pengurus dan artis Indonesia Satu mengunjungi Panti Asuhan Ulul Albab di Kawasan Tenggilis Mulyo, Sabtu (2/6).
Dalam kegiatan tersebut PAPPRI Jatim memberikan buku, sembako dan dana. “Dana baksos untuk panti asuhan itu kita ambil dari hasil anggaran konser Indonesia Satu dan ada donasi sumbangan dari artis maupun seniman,” kata Sastro Harijanto Tjondrokusumo usai kegiatan.
Lebih lanjut pria yang akrab disapa Hari itu mengatakan, tujuan untuk mengenalkan dan sekaligus sosialisasi pembuatan film Indonesia Satu yang memiliki pesan moral untuk memperkuat persatuan dengan tidak memandang suku, agama dan ras. “Anak-anak yang ada di panti asuhan adalah tunas bangsa dan mereka juga memiliki peran untuk menjaga persatuan dan memajukan Indonesia,” kata Hari.
Ia juga menekankan kegiatan ini juga bertujuan untuk meminta doa agar pembuatan film Indonesia Satu yang dimulai pada Juni bisa berlangsung lancar tanpa hambatan. Seperti diketahui film Indonesia Satu terinspirasi Gombloh, musisi legendaris era 70-an dan The Gembell’s, , bergerak untuk membuat film Indie Indonesia Satu. “Semua (musik pada film, red) berdasarkan lagu ciptaan saya (Miracle Band), Cak Gombloh dan Mas Anas (The Gembell’s),” kata Harijanto.
Dalam sinopsis Indonesia Satu dengan sutradara dan penulis skenario Handoko AN mengisahkan satu keluarga sederhana yang utuh bahagia saat itu kedatangan tamu, dan memberikan hadiah salah satunya baju berwarna, merah, putih, biru, kuning, dan sebagainya.
Setelah tamu pulang, ibu ini kemudian membagikan hadiah bajunya. Bukannya senang, sang anak malah berebut pakaian yang sudah dibagikan. Sang ibu ini kemudian bersedih dan keluar rumah, dan kebetulan ada pelangi. Ibu ini senang melihat warna pelangi berbeda-beda namun indah bersatu untuk dilihat.
Hal ini kemudian diketahui sang bapak anak-anak. Melihat anaknya tak bersatu ia pun juga bersedih. Namun ia memberi nasihat, mendamaikan sekaligus memberikan wejangan tentang kebersamaan, kekompakan meskipun berbeda warna. Dengan nasihat yang ada, akhirnya mereka bisa damai dan bergandengan tangan kembali. [wwn]

Tags: