Sedekah; Kunci Berkah di Bulan Fitrah

SedekahOleh:
Ahmad Asrori
Penerima Beasiswa Unggulan Tahfidh Alqur’an Monash Institute Semarang dan Aktivis Gerakan  Pemuda Islam Indonesia (GPII) Kota Semarang

Bulan Ramadan, bulan penuh rahmah, ampunan (maghfiroh), dan berkah identik bulan peningkatan amal solih dan amal ibadah. Bulan tepat meningkatkan shodaqoh (red: sedekah). Menyoal perihal sedekah, dalam QS. al-Baqoroh: 261 menyebutkan, “Perumpamaan orang yang menginfakan hartanya di jalan Allah seperti  sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, Dan Allah Maha Luas, Maha Menghendaki”. Dari ayat tersebut telah jelas betapa dahsyatnya pahala sedekah. Teramat mudah bagi Sang Maha Pemurah, Allah Swt melipatgandakan setiap kebaikan insan-Nya.
Sudah menjadi hukum alam bahwa, setiap yang bernyawa tidak terkecuali manusia akan menemui ajal (kematian), dan untuk menghadapi itu butuh bekal. Salah satunya ialah amal saleh, yakni melalui sedekah. Ternyata banyak efek luar biasa dijumpai seseorang yang menginfakan sebagian hartanya di dunia. Di antaranya, sedekah dapat menjadi body guard pribadi, hal ini diperkuat oleh hadist Nabi Muhammad Saw yang berbunyi: “Assodaqotu Lidaf’il Bala’ “. Jadi, sesungguhnya sedekah dapat memelihara kita dari bala atau kesusahan, karena kedatangan bala tidak pernah mendahului sedekah.
Di sisi lain, sejatinya setiap kali memberi sedekah mampu mendorong roda perekonomian untuk berputar lebih produktif. Bahkan, membuka pintu rezeki bagi banyak insan. Satu contoh konkret, seseorang yang memberi uang kepada pengemis. Melalui rezeki yang pengemis dapatkan membuatnya mampu membeli sebungkus nasi. Walhasil, perolehan uang si penjual nasi pun menjadikannya dapat menjalankan usaha, menafkahi keluarga, serta membukakan pintu karyawan dan pemasoknya.
Memang, begitu dahsyat rahasia sedekah. Realitas tersebut hanya sebagian kecil yang Allah Swt contohkan di dunia. Di akhirat kelak, sedekah kita pun akan menjadi saksi bisu kredit poin amal kebajikan selama berproses di dunia.
Namun, tidak sedikit yang menyadari makna sedekah. Ironisnya lebih banyak dari kita berdalih bahkan beralasan belum memiliki harta yang berlimpah. Mayoritas umat muslim belum meresapi dan memahami kandungan ayat yang telah tersebut di atas. Jadi, terasa berat mengeluarkan harta di jalan Allah, terlebih bagi mereka yang kekurangan harta (kaum fuqara wa masakiin). Padahal Allah Swt sudah menyeru kepada orang beriman untuk bersedekah meski dalam kondisi sempit rezeki, seperti yang disebutkan dalam QS. al-Waqi’ah: 7.
Sudah begitu banyak ayat yang memperkuat keutamaan bersedekah. Maka, umat Islam dituntut bersedekah meskipun dalam keadaan miskin harta. Sebab, sebuah kata bijak mengatakan: “apa yang engkau tanam adalah yang nantinya akan engkau tuai”. Apa yang kita berikan kepada orang lain itulah yang kita terima, bahkan nominalnya bisa jauh lebih dari apa yang disedekahkan. Bahkan, ujungnya akan menjadikan umat muslim lebih mudah dalam mencari rizki dan menafkahi keluarganya. Dalam hal ini, orang non muslim menyebutnya dengan istilah hukum kausalitas (timbal balik).
Hukum kausalitas sudah banyak diterapkan orang-orang terkaya di dunia. Mereka menambah pundi-pundi kekayaan mereka melalui bekerja dan beramal, yakni dengan memberikan sebagian harta mereka kepada orang lain. Seperti halnya Bill Gets, orang terkaya number one di dunia yang memiliki perusahaan Microsoft. Ternyata rahasia kekayaannya ialah memberikan hampir 50 persen dari kekayaannya untuk kepentingan sosial (Ippho Santosa, 7 Rahasia Rizki). Nah, ikhwal satu ini seharusnya memberi tonjokan hebat (Psychology Stricking Course) bagi umat Islam. Inilah yang patut ditiru umat islam.
Satu pelajaran lagi bagi kita umat Islam, Bill Gets bukanlah seorang muslim dan ia tidak tahu menahu tentang ayat al-Qur’an yang menjelaskan kehebatan dan kedahsyatan efek sedekah. Sempat ia melansir bahwa, niatnya ialah hanya ingin mengurangi merek dan pajak. Untuk itu, sudah semestinya umat muslim yang tahu tentang kedahsyatan pahala dan efek sedekah, berlomba-lomba lebih menambah jumlah potongan (red: persenan) harta yang diberikan dibanding Sang number one.
Menyangkut hal tersebut, Allah juga telah berfirman dalam QS. Ali Imron: 92, bahwasanya umat muslim belum dikatakan beriman dan melakukan kebajikan, sebelum menginfakan atau menyedekahkan harta yang ia cintai. Sebab, kunci dan konsekuensi iman adalah amal saleh. Maka, antara keduanya harus 3S (seimbang, sinkron, dan sinergi).
Mulai dari diri sendiri
Sedekah merupakan pemberian seorang Muslim kepada orang lain secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Sedekah lebih luas dari sekadar zakat maupun infak. Sebab, sedekah tidak hanya berarti mengeluarkan atau menyumbangkan harta. Namun, sedekah mencakup segala amal atau perbuatan baik. Bahkan, dalam sebuah hadis digambarkan, “Memberikan senyuman kepada saudaramu adalah sedekah.”
Maka dari itu, sebagai muslim sejati, seharusnya memulai suatu kebaikan harus dari diri sendiri, karena itu merupan suatu keharusan yang mutlak. Mengenai hal tersebut, Allah juga menetapkan dalam al-Qur’an surat ar-Ra’ad: 11. Allah tidak akan mengubah suatu kaum, melainkan mereka harus mengubah diri sendiri. Selain itu, nafsi-nafsilah yang akan mempertaggungjawabkan di akhirat kelak.
Dapat ditarik benang merah bahwasanya, orang muslim harus merealisasikan keimanan mereka dengan amal soleh. Terlebih lagi, sekarang merupakan bulan yang tepat untuk memulai kebaikan. Bulan Ramadhan; Bulan penuh rahmah, ampunan (maghfiroh), dan berkah. Oleh sebab itu, selayaknya seorang muslim berlomba-lomba dalam kebaikan agar memperoleh berkah melalui sedekah serta derajat paling tinggi di sisi-Nya.
Wallahu A’lamu Bi Al-Shawab.

                                                                                                     —————- *** —————–

Rate this article!
Tags: