Sehari Bisa Kejang Tiga Kali, Ibu Berniat Jual Tabung Elpiji

Dinda (baju merah) saat mendapat kunjungan dari pengajar Playgroup Kindergarden Citra Kusuma yang simpati dengan penderitaannya di sebuah kos di kawasan Jl Kutai, Rabu (25/4).

Dinda (baju merah) saat mendapat kunjungan dari pengajar Playgroup Kindergarden Citra Kusuma yang simpati dengan penderitaannya di sebuah kos di kawasan Jl Kutai, Rabu (25/4).

Kota Surabaya, Bhirawa
Chiquitita Adinda Putri Istiawan, balita dua tahun yang malang. Divonis epilepsi sejak usianya masih enam bulan. Kemalangan ini semakin lengkap dengan kondisi ekonomi keluarga yang juga memprihatinkan. Perawatan dari kartu BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) adalah satu-satunya harapan. Sayang, program andalan itu pun mulai tak bisa lagi diandalkan keluarga Dinda.
Dinda, sapaan akrab anak pasangan Vita Ridhani Yuningsih (43) dan Heru Istiawan (41), benar-benar tidak bisa lepas dari tiga jenis obat rutinnya. Depakene, Locoid Scalp dan Prolacta DHA. Saat tak ada obat lagi yang diminum, Dinda pun harus merasakan sakitnya kejang tiga kali dalam sehari.
Kondisi ini benar-benar terjadi.  Saat tak ada lagi uang yang bisa dikeluarkan, ibu Dinda sampai berniat menjual tabung gas elpiji sebagai satu-satunya harta yang paling berharga di rumahnya. Padahal, Dinda seharusnya bisa mengandalkan kartu BPJS sebagai peserta kelas I. Tapi kenyataannya, kartu itu tak lagi bisa diandalkan untuk memperoleh obat-obatan secara gratis.
“Saya tidak tahu, kenapa obat-obatan yang diperlukan anak saya tidak dikaver saat saya berniat menebusnya di apotik salah satu rumah sakit di Surabaya setelah saya memeriksakan kondisinya,” tutur Vita kepada Komunitas Tolong Menolong (KTM) Surabaya, Rabu (25/2).
Vita mengaku, Dinda harus mengonsumsi Depakene untuk mengurangi kejang-kejang saat epilepsinya kambuh sewaktu-waktu. Sehingga, ketika stok Depakene habis selama seminggu sejak pertengahan bulan ini, Dinda sering mengalami kejang-kejang. “Sehari bisa sampai tiga kali,” kata dia.
Sedangkan Locoid Scalp, diperlukan untuk mengobati sejenis jamur (Tinea Barbae and Tinea Capitis) yang tumbuh di beberapa bagian di kulit kepalanya. Prolacta DHA Baby sendiri diperlukan untuk pemenuhan gizi Dinda yang termasuk terlambat pertumbuhan di usianya yang genap 3 tahun pada Mei mendatang. “Sampai saat ini, anak saya hanya bisa mengucapkan kata mama saja. Dan berjalannya pun masih belum laiknya anak-anak seusianya,” ungkap Vita sambil menemani Dinda yang saat itu sedang asyik coret-coret memakai crayon di selembar kertas.
Kondisi ini tentu saja membuat Vita panik dan tidak tahu harus berbuat bagaimana. Itulah sebabnya dia sempat berniat menjual tabung gas elpiji Blue Gas 5,5 kg beserta tungkunya. Meski tergolong tidak mampu, Vita mengaku sadar betul fungsi asuransi sehingga menyertakan anaknya di BPJS dengan harapan agar dapat dicover kesehatannya.  Untuk diketahui, Dinda tercatat sebagai pasien BPJS umum kelas 1 dengan nomor kepesertaan 0001244551997 yang tiap bulannya membayar Rp 59 ribu. “Saya masih berharap pihak BPJS bisa membantu dan merespon keluhan saya,” harap Vita yang pernah menjadi penyanyi di kafe dan hotel di Surabaya serta Bali ini.
Vita sendiri, sejak Dinda, puteri bungsunya berusia 1 tahun, memutuskan untuk tidak bekerja dan fokus mengurus buah hatinya tersebut. Penghasilan suaminya yang bekerja di salah satu gudang besi di kawasan industri Rungkut, Surabaya dengan pendapatan Rp 2 jutaan per bulan ini tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sehingga untuk membantu perekonomian dan untuk pengobatan anaknya, Vita membuka lapak kecil di teras rumah ibunya yang letaknya tak jauh dari kos-kosannya dengan berjualan kopi dan mi instan.
Kondisi Vita dan keluarganya ini tak urung langsung menarik keprihatinan KTM Surabaya. Setelah mendengar keluhan Vita, Ketua KTM Surabaya Daniel Lukas Rorong mengaku langsung membelikan obat-obatan dan vitamin yang dibutuhkan Dinda.  “Sebenarnya tidak mahal, kalau ditotal semua harganya tidak sampai Rp 400 ribu,” kata Rorong.
Tidak hanya obat-obatan, komunitas itu juga memberikan keperluan sehari-hari untuk Dinda. Seperti pampers, susu formula, perlengkapan mandi, dan peralatan lainnya.
Daniel mengaku, Dinda sebenarnya tidak hanya mengidap epilepsi. Balita yang sebenarnya senang main bola ini juga memiliki kelainan bentuk tulang pada telapak kakinya kiri yang terlihat bengkok.  “Kami juga berniat untuk membelikan sepatu khusus buat Dinda,” tutur dia.
Selain KTM, Playgroup Kindergarden Citra Kusuma juga langsung turun untuk membantu meringankan beban keluarga yang kini tinggal di kos-kosan berukuran 4×4 meter di kawasan Jalan Kutai, Surabaya. Mereka memberikan donasi berupa uang tunai yang berasal dari infaq seluruh anak didiknya. “Kami sengaja melibatkan anak didik kami untuk berempati pada sesama,” tutur Kepala Play Group Kindergarden Widyani Kusumayanti SPsi. [tam]

Tags: