Sekolah Gelar PTM Harus dari Zona Hijau

Pembelajaran tatap muka di SDN Sapikerep 3. [wiwit agus pribadi]

Probolinggo, Bhirawa
Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Probolinggo langsung tancap gas menyiapkan uji coba Pembelajaran Tatap Muka (PTM) sekolah di zona hijau. Setidaknya, ada tujuh SD dan tujuh SMP sebagai awal uji coba PTM.
Kepala Dispendik Kabupaten Probolinggo, H Fathur Rozi, Kamis (1/10) mengatakan, zona hijau, kuning dan orange di tingkat desa masih dinamis. Tentu, pihaknya melihat pergerakan dalam satu bulan terakhir sebagai pertimbangan untuk mengkaji uji coba PTM. Paling penting, uji coba di zona hijau itu tetap mempertimbangan Protokol Kesehatan (Prokes).
“Kami perlu mengkaji pelaksanaan uji coba khususnya di zona hijau. Tentu dengan melakukan maping terhadap zona tingkat desa. Kedua, harus ada pemetaan asal guru. Jadi tidak boleh guru mengajar dari luar zona hijau. Guru harus dari zona hijau,” tegasnya.
Rencananya hari ini, Dispendik akan menggelar rapat dengan kepala sekolah yang akan ditunjuk untuk uji coba. Bisa jadi satu kecamatan zona hijau akan ada satu SD dan satu SMP yang akan ikut uji coba.
Teknis uji coba PTM dikatakan Rozi, tetap mengacu pada keputusan empat menteri. Misalnya, jumlah siswa dalam PTM hanya 50% dari jumlah normal. Untuk SD yang semula 28 siswa, berarti maksimal 14 siswa. Kemudian SMP sebelum pandemi 32 siswa, maka nanti hanya 16 siswa.
Selain itu, PTM dalam sehari hanya tiga jam. Sehingga, dalam sehari dua gelombang siswa bisa laksanakan PTM. Ditambah, harus ada izin dari orang tua siswa. Karena orang tua siswa memiliki kewenangan untuk menentukan anaknya ikuti pembelajaran tatap muka.
“Dalam uji coba PTM, kami memilih lembaga SD dan SMP yang jumlah siswanya banyak. Supaya diketahui tingkat kesulitan sistem pengaturan pembelajarannya. Saat uji coba lembaga siswa dengan jumlah siswa banyak berhasil, akan mudah terapkan lembaga sekolah lainnya,” ungkapnya.
Pemkab Probolinggo akhirnya mempertimbangkan uji coba PTM di wilayahnya. Namun, uji coba hanya dilakukan di kecamatan yang masuk zona hijau.
Kepastian ini disampaikan Bupati Probolinggo, Hj P Tantriana Sari saat ditemui di Pendapa Kabupaten Probolinggo, Kamis (1/10). Tantri panggilannya mengatakan, beberapa hari lalu dirinya memerintahkan Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) untuk mengkaji skema uji coba pembelajaran tatap muka bagi sekolah di zona hijau.
Dalam kajian ini menurutnya, Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Probolinggo akan didampingi tim ahli. Mereka akan memetakan persoalan dan merumuskan kebijakan. ”Kami masih terus mengkaji dengan melibatkan tim ahli untuk memetakan pertimbangannya,” ujarnya.
Di Kabupaten Probolinggo sendiri, ada enam kecamatan yang masuk dalam zona hijau. Yaitu, Kecamatan Lumbang, Sumber, Kuripan, Wonomerto, Tiris dan Krucil. Direncanakan akan ada tujuh lembaga SD dan tujuh SMP di zona hijau yang akan mengikuti uji coba tahap awal. Selanjutnya menurut Tantri, uji coba itu akan terus dievaluasi.
SDN Sapikerep 3 Kabupaten Probolinggo berada di Desa Sapikerep yang terletak di daerah puncak pegunungan Bromo di Jawa Timur. Untuk menuju ke desa tempat sekolah ini berada, sang Kepala Sekolah, Syaiful Anwar MPd, harus menempuh jalan berlumpur yang hanya bisa dilalui motor trail sejauh 7 km. Jarak sekolah ini sendiri dari pusat Kabupaten Probolinggo adalah sekitar 100 km, salah satu sekolah yang berada di zona Hijau.
Desa terpencil Sapikerep hingga kini belum semua wilayahnya mendapatkan aliran listrik. Bila ada itupun karena warga desa membeli genset demi mendapatkan aliran listrik. Sinyal ponsel juga tak ada sama sekali di daerah tersebut. Situasi ini tentu membuat kegiatan pembelajaran dari rumah (BDR) secara daring maupun melalui siaran di TVRI praktis tak mungkin dilakukan di sekolah ini.
Sehingga Syaiful memutuskan agar siswa tetap masuk sekolah setiap hari Senin dengan menerapkan physical distancing atau menjaga jarak selama di sekolah. Biasanya guru akan memberikan tugas pada siswa di hari Senin saat mereka masuk sekolah. Tugas itu pun disiapkan untuk dapat dikerjakan siswa di rumah selama seminggu. Pada hari Senin depannya, siswa akan kembali ke sekolah dan membawa serta tugas yang sudah mereka kerjakan, dan mereka pun akan kembali mendapatkan tugas baru.
Sekolah yang dipimpin Syaiful merupakan salah satu sekolah yang turut memanfaatkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan Inovasi. Menurut Syaiful, LKS sangat membantu guru dalam memberikan tugas – tugas kepada siswa.
Tentu ada tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan kegiatan pembelajaran di situasi saat ini. Misalnya karena karena keterbatasan printer atau mesin fotokopi. Namun hal ini tidak menyurutkan semangat para guru. Ada saja cara yang mereka upayakan, misalnya guru memberikan tugas di papan tulis untuk disalin siswa. Siswa lalu akan mengerjakan tugas di rumah selama seminggu. [wap]

Tags: