Sekolah Gunakan Bobot Penilaian Tambahan Tentukan Kelulusan

Siswa SMKN 6 surabaya tengah serius mengerjakan soal USP-BKS.

Penyusunan Soal Dilakukan MGMP Sekolah
Surabaya, Bhirawa
Ujian Satuan Pendidikan Berbasis Komputer Smartphone (USP-BKS) masih berlangsung Rabu (4/3) kemarin. Para siswa serius dalam mengerjakan soal – soal. Pasalnya, USP-BKS menjadi penentu kelulusan siswa, untuk jenjang SMK, USP-BKS telah dimulai sejak 24 Februari hingga 5 Maret 2020.
Seperti pantauan di SMKN 6 Surabaya. hingga hari ke delapan pelaksanaan ujian tergolong lancer dan tak ada kendala teknis. Waka Kurikulum SMKN 6 Surabaya, Rudiyati menuturkan, pelaksanaan ujian sekolah tahun ini tidak berbeda dengan tahun lalu. Apalagi Kemdikbud menyerahkan pelaksanaan ujian kepada satuan pendidikan masing-masing.
Karena itu, sebagian besar soal disusun oleh Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sekolah. Sisanya pihaknya mengambil dari bank soal yang diberikan Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim melalui MGMP Provinsi.
“Jadi ada yang mengambil dari MGMP provinsi ada juga yang kami buat sendiri melalui MGMP. Karena kejuruan ya, jadi masing – masing jurusan berbeda – beda modelnya,” tutur dia.
Rudiyati menyebut seperti bahasa daerah, 70% soal diambil dari bank soal. Sedangkan 30% lainnya dari MGMP bahasa daerah.
“Ya tergantung jumlah guru. Karena guru bahasa daerah kita hanya satu jadi paling banyak diambil dari bank soal,” imbuh dia.
Ada juga soal IPA yang 60% nya diambil dari bank soal. Begitupun soal Bahasa Indonesia, di mana setengahnya diambil dari bank soal dan setengah lagi dibuat oleh MGMP sekolah.
Sementara utuk tingkat kesulitan, Rudiyati menjelaskan, setiap soal memiliki bobot yang berbeda. Namun, untuk model soal Higher Order Thingking Skill (HOTS), hanya berbobot sekitar 20%. Terkait kriteria kelulusan, jika dilihat dari nilai rapot kelulusan semester I hingga VI dengan bobot 60% dan nilai ujian sekolah dengan bobot 40%.
“Nilai rata – rata seluruh nilai sekolah paling rendah 65 dan nilai sekolah setiap mata pelajaran paling rendah 55. Nilai ini menjadi sarat siswa untuk bisa dinyatakan lulus. Jadi nilai mereka tidak boleh dibawa standart itu,” jabarnya.
Rudiyati juga menambahkan, selain ditentukan dari nilai rapot dan rata – rata nilai ujian sekolah, kelulusan siswa juga ditentukan kompetensi keahlian kejuruan. Gabungan nilai teori kejuruan dan praktik kejuruan minimal 70 dengan pembobotan 70% untuk nilai ujian praktik keahlian kejuruan (LSP) dan 30% untuk nilai ujian teori keahlian kejuruan. Tahun ini total ada 714 siswa kelas XII yang melaksanakan USP-BKS.
Berbeda dengan SMKN 6 Surabaya dalam penyusunan soal, SMK Wijaya Putra Surabaya memilih menggunakan soal dari MGMP sekolahnya. Hal ini berdasarkan hasil kesepakatan dari sub rayon 7 di wilayahnya. ”Kemarin sempat ditawari untuk menggunakan bank soal. Tapi kami sepakat untuk membuat soal sendiri dari MGMP sekolah masing – masing,” urai Kepala SMK Wijaya Putra, Sugeng.
Maka untuk bobot soal sendiri, pihaknya menggunakan 60% sedang, 20% low dan 20% soal penalaran atau HOTS. Untuk penentuan kelulusan mengacu tahun lalu. Yakni penggunaan nilai raport semester I hinggs VI, nilai ujian sekolah, nilai teori kejuruan dan praktik kejuruan. Di sekolahnya sendiri, sekitar 156 siswa mengikuti pelaksanaan USP-BKS. [ina]

Tags: