Sekolah Mandiri Surabaya Tak Terima Buku K-13

Buku K-13 (1)Surabaya, Bhirawa
Sekolah-sekolah yang nekat melanjutkan Kurikulum 2013 (K-13) secara mandiri kini harus menanggung akibatnya. Sebab, hingga tahun ajaran baru 2015/2016 yang dimulai pada 27 Juli lalu, Kemendikbud tidak memberikan buku K-13, baik untuk pegangan siswa maupun pegangan guru.
Fakta ini diakui sejumlah sekolah di Surabaya yang bukan merupakan pilot project K-13 dari Kemendikbud. Seperti diungkapkan Kepala SMPN 46 Surabaya Dini Hastanti. Hingga saat ini, buku K-13 untuk siswa kelas IX belum diterima sekolah. Sementara untuk siswa kelas VII dan VIII, menggunakan buku K-13 dari kakak kelas mereka.
“Siswa yang sejak tahun pertama mengikuti K-13 sekarang sudah kelas tiga (IX). Tapi bukunya masih menunggu pusat. Kalau yang kelas VII dan VIII bisa pinjam atau foto kopi,” tutur Dini dihubungi kemarin, (30/7).
Hal senada juga diakui oleh Kepala SMPN 10 Surabaya Bambang Supriyanto. Dia juga mengaku belum mendapat buku K-13 untuk kelas IX. Karena itu, untuk sementara pihak sekolah meminta siswa dan guru memanfaatkan soft copy buku yang dapat diunduh melalui website Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya.
“Ya, untuk sementara kia gunakan dulu soft copy-nya. Kita tidak tahu kapan akan dikirim. Yang jelas setiap tahun pasti telat,” tutur dia.
Tidak hanya SMP, distribusi buku untuk jenjang SD hingga kini juga belum ada kabar. Kepala SDN Kandangan 3 Surabaya Fatchur Rahman mengatakan, sampai saat ini belum ada tanda-tanda pengiriman buku dari pusat.
Dia mengakui, hal semacam ini sudah kerap terjadi setiap tahun. Karena itu, pihaknya pun tidak melarang jika ada siswa maupun wali murid yang memilih untuk membeli sendiri di pasaran. “Kita tidak menyuruh. Tapi kalau inisiatif sendiri beli buku di pasaran silahkan,” kata Fatchur.
Berbeda dengan SD dan SMP, pelaksanaan K-13 baik pilot project maupun mandiri untuk jenjang SMA terbilang cukup lancar. Di SMAN 14 Surabaya misalnya, seluruh buku untuk kelas XII telah diterima komplit. Terdapat 402 eksemplar untuk setiap mata pelajaran. “Murid saya hanya 400. Jadi masih sisa 2 buku,” tutur Kepala SMAN 14 Surabaya Muntiani.
Meski buku baru diterima setelah tahun ajaran baru dimulai, Muntiani mengaku tahun ini sudah cukup cepat. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang molor lama. “Untuk pegangan guru yang masih belum lengkap. Hanya buku agama yang sudah datang. Sisanya masih kita tunggu dari pusat,” tutur dia.
Terkait hal ini, Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya Ikhsan mengungkapkan, sejak awal pihaknya telah mengantisipasi keterlambatan pengiriman buku dari pusat ini. Yakni dengan mengupload seluruh materi, baik untuk guru maupun siswa di website Dindik Surabaya. “Silahkan sekolah yang belum menerima mengunduh soft copy-nya,’ tutur dia.
Kabid Pendidikan Dasar (Dikdas) Dindik Surabay Eko Prasetyoningsih menambahkan, sekolah-sekolah yang mengajukan diri untuk melanjutkan K-13 memang tidak mendapat jatah buku dari pusat. Khususnya untuk jenjang SD dan SMP yang jumlah lembaganya cukup banyak.
“Kalau SMA kan hanya beberapa saja yang mengajukan secara mandiri,” tutur dia.
Seperti diketahui, jumlah sekolah di Surabaya yang melanjutkan K-13 sebanyak 535 lembaga untuk untuk jenjang SD negeri dan swasta, SMP 180 negeri dan swasta, 31 lembaga SMA negeri dan swasta serta 20 SMK negeri dan swasta.
“Sekolah yang mengajukan K-13 ini akan menjadi tanggung jawab daerah,” pungkas dia. [tam]

Tags: