Sekolah Mulai Tumbuhkan Gerakan Cinta Lingkungan

Surabaya, Bhirawa
Gerakan pengurangan sampah non organik terus digencarkan oleh sekolah-sekolah Surabaya Eco School 2017. Khususnya sampah kemasan makanan dan minuman (mamin) sekali pakai. Gerakan ini sebagai realisasi challenge pekan kedua pada 2-8 Oktober kemarin yang diselenggarakan oleh Tunas Hijau bersama Pemkot Surabaya.
Seperti di SDN Bulak Rukem II Surabaya. Sekolah yang baru sekitar 3 pekan dikepalai oleh Sujilah ini langsung tancap gas menggelar gerakan membawa bekal makanan dan minuman dari rumah dengan kemasan yang bisa digunakan berulang kali.
“Kami mengawali gerakan pengurangan sampah non organik dengan sarapan bersama seluruh warga sekolah pada jumat lalu,” kata Sujilah.
Berbeda dengan SDN Bulak Rukem II, SMPN 41 Surabaya merealisasi challenge pekan kedua dengan Gerakan Bebas Tempat Sampah. Gerakan di sekolah, yang dikepalai oleh Hanifa ini, diresmikan pada pekan lalu. Menurut Hanifa, komitmen sekolah untuk bebas sampah telah digaungkan tanpa terkecuali.
“Gerakan Bebas Tempat Sampah ini seluruh warga sekolah, yaitu siswa, guru, karyawan dan kepala sekolah tanpa kecuali,” kata Hanifa. Ia mengharapkan, dengan adanya gerakan tersebut sudah tidak ada lagi sampah non organik yang akan dihasilkan warga sekolah untuk dibuang ke tempat sampah di sekolah ini.
Sementara itu, Surabaya Eco School 2017, yang mengangkat tema Zero Waste, pekan ini memasuki pekan ketiga. Challenge pekan ketiga ini adalah pengolahan sampah organik dan sampah non organik dengan melibatkan petugas kantin dan penjaga sekolah.
Aktivis Senior Tunas Hijau, Bram Azzaino menjelaskan bahwa pengolahan sampah yang dimaksud adalah yang diawali dengan upaya pengurangan jumlah produksi sampah. “Pengolahan harus dimulai dengan upaya pengurangan, seperti halnya 3R yang berarti Reduce atau kurangi, Reuse atau gunakan kembali, dan Recycle atau daur ulang,” terang Bram.
Upaya pengurangan sampah yang sederhana dengan menghindari penjualan makanan dan minuman dengan kemasan sekali pakai. “Penjual kantin juga bisa dilibatkan dalam pemilahan sampah organik, atau bahkan pengomposan sampah organik sisa makanan dengan media komposter atau lubang resapan biopori,” pungkasnya. [geh]

Tags: