Sekolah Tanpa Plonco-an

Karikatur PendidikanHari pertama masuk sekolah tahun ajaran baru sudah dimulai untuk tingkat PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) hingga SLTA. Terdapat pembiasaan baru yang diberlakukan sejak tiga tahun terakhir, berupa TPA (tes potensi akademik). Juga terdapat kebiasaan lama yang harus ditinggalkan, yakni per-ploncoan. Pada sekolah negeri, tidak semata menggunakan hasil UN (Ujian Nasional) maupun Usek SD. TPA niscaya lebih menjamin transparansi proses penerimaan peserta didik baru (PPDB).
Tidak semua peserta didik cukup “beruntung” dalam menjalani Unas maupun Usek, karena berbagai faktor. Termasuk kendala kesehatan, serta tidak mampu mengikuti bimbel (bimbingan belajar) bertarif mahal. Pada sisi lain, banyak murid dengan kebiasaan potensi akademik rendah namun “beruntung” memperoleh hasil UN cukup tinggi. Sehingga TPA, dapat berperan sebagai “saringan” dalam berburu bangku sekolah. Sedangkan hasil UN dan Usek masih “dihargai” 40%, sebagai bekal kepantasan.
Tes potensi akademik, menggunakan rayonisasi. Setiap rayon (terdiri dari beberapa sekolah se-kawasan) menyelenggarakan ujian tertulis untuk menjejaki kompetensi akademik calon peserta didik. Selanjutnya seluruh calon peserta akan diperingkat sesuai hasil uji faktual. Tentu yang dipilih untuk mengisi kuota bangku kelas VII dan kelas X, adalah peringkat teratas. Murid sableng dengan potensi akademik rendah, tidak akan bisa menembus ujian rayon itu.
Tetapi sistem rayonisasi, mestilah dilaksanakan dengan tetap memperhatikan hak-hak calon peserta didik baru. Sebab hak pendidikan yang dijamin UUD pasal 28C maupun UU Sisdiknas tidak mengenal teritorial (rayon). Sehingga rayonisasi tidak bisa dilakukan hanya dengan melihat sekolah asal (SD atau SLTP yang meluluskan). Melainkan rayon tujuan (SLTP atau SLTA) yang diminati. Misalnya, boleh saja lulusan SD/SMP Surabaya selatan memilih SLTP/SLTA di Surabaya utara.
Selain rayonisasi, masih banyak persyaratan non-akademik yang memberatkan orangtua murid. Terutama masuk SD Negeri. Beberapa Pemerintah Kabupaten/Kota mensyaratkan akte kalahiran dan KK (kartu keluarga) hanya untuk melihat alamat tempat tinggal. Maksudnya SD Negeri hanya boleh dimasuki oleh warga kota setempat. Boleh jadi, ini berhubungan dengan pemberian (subsidi) BOS yang diharapkan untuk warga kota sendiri, bukan warga luar kota.
Setiap kepala sekolah (SLTP dan SLTA), kini juga wajib memantau pelaksanaan kegiatan tahun ajaran baru. Program orientasi pengenalan sekolah, wajib diisi dengan kegiatan yang berhubungan dengan kurikulum maupun ekstra kurikuler. Per-ploncoan, telah dilarang. Terutama kegiatan yang menantang ketahanan fisik dan mental. Seyogianya, orientasi pengenalan sekolah diisi berbagai pemahaman tentang pendidikan ke-SLTP-an dan ke-SLTA-an. Karena peserta didik  baru (kelas VII dan kelas X) merupakan anak baru gede.
Pada masa lalu, banyak kegiatan awal tahun ajaran baru berisi perlakuan anarkhis murid senior terhadap yunior (murid baru). Per-ploncoan, harus diakui, sering menyimpang dari tujuan orientasi pengenalan sekolah. Juga tidak sesuai dengan asas ke-pendidikan. Tindakan anarkhisme, terutama praktik kontak fisik (pemukulan) oleh senior, serta tindakan yang meluruhkan mental murid baru, wajib ditiadakan.
Namun pada awal tahun ajaran baru sekarang, terdapat suasana yang wajib segera di-akhiri. Yakni, politisasi izin mengantar anak masuk sekolah hari pertama untuk jajaran PNS dan TNI dan Polri. Dijadikan isu politik pencitraan. Presiden mem-bolehkan. Tetapi di Jakarta, gubernurnya melarang. Ironisnya, isu izin mengantar anak pada hari pertama sekolah cukup menyita perhatian.
Sebenarnya politisasi awal tahun ajaran sangat nista. Toh hanya anak SD yang memerlukan pengantaran. Sekaligus untuk peng-akraban dan saling pengertian antara guru dengan orangtua murid. Agar tidak terjadi “kriminalisasi” terhadap guru. Politisasi pendidikan sangat bertentangan dengan UUD dan UU Sistem Pendidikan Nasional.

                                                                                                          ———   000   ———

Rate this article!
Sekolah Tanpa Plonco-an,5 / 5 ( 1votes )
Tags: