Sekolah Tanpa PPKM

Pembelajaran tatap muka (PTM) tanpa PPKM sudah mulai bisa dirasakan “penghuni kelas.” Setiap murid (dan guru) kini bertemu seluruh penghuni kelas secara utuh (100%). Selama dua tahun, nyaris tidak pernah bertemu, kecuali secara daring. Bahkan murid SD kelas 1,2, dan 3, tidak mengenal rekan sekelas. Begitu pula kelas VII, VIII, dan IX (SLTP) serta siswa kelas X, XI, XII (SLTA), tidak hafal benar sahabat sekelas. Maka mengawali semester kedua tahun ajaran 2023, akan terasa ruang kelas lebih komplet, dan semarak.

Sekolah tanpa PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegaiatn Masyarakat), berarti kapasitas kelas bisa diisi 100%, tanpa pen-jarangan tempat duduk. Seluruh guru (dan karyawan non-kependidikan) dipastikan sudah menjalani vaksinasi booster. Sekolah tanpa PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) tidak mengurangi kewaspadaan terhadap varian baru Omicron XBB. Seluruh “warga” sekolah masih wajib mengenakan masker.

Vaksinasi telah sukses dilaksanakan pemerintah bersama masyarakat. Termasuk cakupan vaksinasi anak usia 6 – 11 tahun, menyasar sebanyak 26,4 juta anak. Berdasar data Kementerian Kesehatan (per-Desember 2022), hampir seluruh anak telah memperoleh suntik vaksin dosis pertama. Sebanyak 20.987.270 (79,50%) anak memperoleh dosis kedua. Sedangkan anak usia 12 – 17 tahun sebanyak 25.520.637 anak (95,56%) menerima dosis pertama. serta 22.293.950 (83,48%) anak sudah dosis kedua.

Capaian vaksinasi kelompok usia sekolah (6 – 17 tahun) menempati peringkat teratas. Hanya dibawah golongan tenaga kesehatan (Nakes). Bahkan kelompok usia sekolah menyokong capaian vaksinasi sangat besar. Total capaian vaksin dosis kedua secara nasional mencapai 174.449.231 orang, setara 74,34% target nasional. Sacara umum sudah melampaui ambang batas herd immunity (70%). Tetapi yang sudah vaksinasi dosis booster (ketiga) masih 67,523 juta orang (28,77%). Sehingga capaian vaksinasi booster masih harus digenjot.

Golongan anak usia sekolah sudah memiliki herd immunity. Sehingga diharapkan telah terbentuk kekebalan, terhindar dari keparahan. Walau vaksinasi dosis ketiga masih harus digenjot, karena masih terealisasi 5,20%. Tidak terlalu susah menuju target herd immunity anak-anak, karena telah terbiasa suntik imunisasi. Vaksinasi anak (murid sekolah) menjadi pemandangan paling riuh. Hampir seluruhnya tidak takut disuntik vaksin.

Rrealitanya, vaksinasi anak usia sekolah bisa cepat selesai. Mulai digencarkan pada bulan Januari – Pebruari (tahun 2022) lalu, bagai bulan imunisasi (dosis pertama). Vaksinasi CoViD-19 anak usia SD dikebut bersamaan pelaksanaan sekolah PTM (Pembelajaran Tatap Muka) 100%. Selama ini anak SD bagai “tercecer” program vaksinasi, karena menunggu rekomendasi Badan POM. Seluruh anak sekolah wajib telah divaksin sebelum mengikuti PTM.

Vaksinasi anak menjadi penyokong tercapainya herd immunity. Karena sesungguhnya, penularan CoViD-19 terhadap anak, tak kalah rentan. Berdasar data yang dikumpulkan Badan POM (Pengawasan Obat dan Makanan), kasus CoViD-19 pada anak usia 0-5 tahun meliputi 2,9%, serta usia 6 – 18 tahun meliputi 10% total kasus. Anak usia sekolah setara SMP sederajat serta SMA dan sederajat, telah menjalani vaksinasi jelang tahun ajaran baru yang lalu.

Vaksinasi kepada peserta didik (tingkat SD hingga SLTA) sebagai upaya perlindungan, tergolong mandatory konstitusi. UUD pasal 28B ayat (2), menyatakan, “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.” Perlindungan Kesehatan anak secara spesifik juga di-mandatkan UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Khususnya pada pasal 131 ayat (2). Maka wajar setiap daerah meng-geber vaksinasi anak.

Sekolah tanpa PPKM patut dilaksanakan dengan kewaspadaan. Juga tetap mengenakan masker.

——— 000 ———

Rate this article!
Sekolah Tanpa PPKM,5 / 5 ( 1votes )
Tags: