Sekolah Tetap Optimis Gelar UN CBT

Ujian Nasional (UN) dengan Computer Based Test (CBT)Surabaya, Bhirawa
Sekolah-sekolah di Surabaya tak merasa gentar  untuk tetap menggelar Ujian Nasional (UN) dengan Computer Based Test (CBT). Mereka yakin, siswanya akan siap meski hasil UN akan tetap menjadi pertimbangan dalam penentuan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Seperti diungkapkan Kepala SMAN 14 Surabaya, Muntiani, dia mengaku tidak ada masalah meski Kemendikbud serta Kemenristek dan Dikti mengubah fungsi UN secara mendadak. Hanya saja, ada persiapan yang harus ditambah di sisa waktu menjelang UN CBT ini. SMAN 14 Surabaya merupakan salah satu sekolah yang akan menggelar UN CBT pertama kalinya di Indonesia ini.
“Kalau memang aturannya diubah seperti itu ya tidak apa-apa. Kita juga sudah sosialisasikan ke peserta,” tutur Muntiani saat dihubungi, Minggu (1/3).
Sebagaimana telah diberitakan, Kemendikbud serta Kemenristek dan Dikti telah sepakat menjadikan hasil UN sebagai pertimbangan dalam penentuan kelulusan SNMPTN. Hal itu diumumkan melalui Surat Edaran Bersama (SEB) Nomor 0123/MPK.H/KR/2015 dan Nomor 8/M/KB/II/2015, tertanggal 17 Februari 2015.
Terkait keputusan ini, Muntiani mengaku sempat ditanya sejumlah peserta didiknya. Namun, pihaknya telah memberi pengertian agar siswa tidak cemas. Apalagi, selama ini siswa telah terbiasa melakukan try out online. “Kami hanya berharap, PTN memberi persentase yang berbeda antara sekolah yang melaksanakan UN CBT dan paper. Tapi, kami yakin PTN pasti sudah mempertimbangkan itu,” tutur dia.
Hal senada juga diungkapkan SMKN 2 Surabaya Djoko Pratmodjo. Sejak awal sekolahnya telah siap menggelar UN CBT. Sehingga pihaknya pun yakin, siswa tidak akan terpengaruh dengan keputusan baru dari pusat ini. “Kita sudah biasa dengan ujian online. Jadi tidak khawatir,” ungkap dia.
Di sisi lain, ada pula sekolah di Surabaya yang mulai gamang menyelengarakan UN CBT. Salah satunya ialah SMAN 1 Surabaya. Kepala SMAN 1 Surabaya Johanes menuturkan, UN CBT ini bisa berdampak buruk terhadap hasil SNMPTN. Sebab, UN CBT di Indonesia ini baru pertama kali digelar. Kecurangannya dipredikasi tidak seperti UN tulis. Sehingga, bisa jadi hasil UN CBT dan UN tulis jauh berbeda. Karena selain minimnya kecurangan yang dilakukan, para siswa juga belum terbiasanya mereka  mengerjakan soal dengan sistem CBT. “Takutnya pas UN CBT-nya anjlok. Terus bagaimana nasib siswa di Surabaya,” ungkapnya.
Johanes semakin khawatir ketika panitia SNMPTN dan PTN tidak membedakan hasil UN CBT dengan UN Tulis. “Mungkin panitian dan PTN bisa mempertimbangkan UN CBT dan UN tulis ini. Biar adil, dan tidak mempengaruhi rangkin siswa secara signifikant” ungkapnya.
Menanggapi keputusan ini, Kabid Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Surabaya Sudarminto yakin pelaksanaan UN CBT tidak ada masalah dan akan terus digelar. Ini karena PTN tidak akan membandingkan siswa di sekolah satu dengan sekolah yang lain. Sehingga, tidak akan muncul persaingan antara siswa di satu sekolah dengan sekolah yang lain.
Surdarminto mengaku, Surabaya memang telah menolak UN CBT untuk jenjang SMP karena akan dijadikan pertimbangan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di SMA/SMK. Tetapi hal ini kasusnya berbeda dengan UN CBT SMA/SMK. Sebab kompetisi dalam PPDB terjadi tidak hanya antara anak satu sekolah, tetapi juga sekolah lain. “Kalau di SNMPTN kompetisinya kan muncul antara anak dalam satu sekolah. Beda dengan dulu, anak akan bersaing dengan berbagai sekolah,” tutur dia.[tam]

Rate this article!
Tags: