Sektor Kontruksi Nasional Butuh Peralatan Berat

20140609_115239_alat-berat-di-mapolres-mojokertoJakarta, Bhirawa
Menghadapi dan untuk memenang kan persaingan pasar ASEAN, sektor kontruksi Indonesia harus segera ditingkatkan. Bukan hanya kinerjanya, tapi juga adanya dukungan peralatan berat, yang harganya sangat mahal dan hampir tak terjangkau. Agar kontruksi nasional Indonesia, bisa menjadi tuan di negeri sendiri, bahkan bisa menjadi tuan di manca negara khususnya ASEAN.
“Sayangnya, hampir 99% komposisi kontraktor Indonesia masih masuk dalam kelompok klasifikasi kecil dan menengah. Sehingga sulit berinvestasi alat berat yang memenuhi kriteria kualitas dan produktifitas, karena harganya sangat mahal. Harus ada upaya mengatasi hal ini,” papar Plt Dirjen Bina Kontruksi KemenPUPR Hediyanto W Husaini, dalam acara penandatangann nota kesepahaman (MoU) registrasi alat berat kontruksi.
Disebutkan, peningkatan pertum buhan ekonomi perlu dukungan infrastruktur. Ketersediaan infrastruk tur sangat tergantung pada kebera daan industri kontruksi yang andal. Untuk itu pemerintah telah mempriori taskan alokasi dana penyelenggaraan infrastruktur. Karena sektor kontruksi merupakan sektor yang strategis dan mampu memberi kontribusi 9,88% terhadap PDB Indonesia dengan tingkat pertumbuhan 6,97% pada 2014 lalu.
Diakui, pasar kontruksi nasional, setiap tahun terus meningkat seiring percepatan dan perluasan pembangu nan infrastruktur serta pertumbuhan ekonomi. Tahun 2015 ini diperkirakan nilai pasar kontruksi nasional mncapai Rp1.000 triliun (seribu). Menghadapi persaingan pasar ASEAN pasca 2015, daya saing kontruksi Indonesia harus ditingkatkan. Agar dapat menjadi tuan di pasar kontruksi domestik maupun ASEAN.
“Pemerintah telah menetapkan, pembangunan infrastruktur menjadi salah satu prioritas utama, untuk men dorong pembangunan nasioanl. Di perkirakan kebutuhan investasi infrastruktur dalam RPJMN 2015 hingga 2019 mencapai Rp5.452 triliun atau hampir 5,5 ribu triliun,” ungkap Hediyanto.  [ira]

Tags: