Sel Baru di TPA Siap Tampung Sampah di Kota Probolinggo

Wali Kota Hadi dan Wawali Subri tinjau sel baru di TPA.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Kota Probolinggo, Bhirawa
Di tahun pertama kepemimpinan Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin dan Wawali Mochammad Soufis Subri berhasil merealisasi pembangunan sel baru untuk pembuangan sampah di Taman Pemprosesan Akhir (TPA) di Jalan Anggrek. Kota Probolinggo memang membutuhkan penanganan sampah yang cukup serius, setelah dua sel mendekati overload. Sel ketiga seluas 4200 m2 dengan kedalaman 2 meter akhirnya selesai dibangun pada tahun 2019, diawal tahun 2020 siap dioperasikan.
Sel ketiga ini diperkirakan bisa menampung sampah 3-4 tahun mendatang. Perkiraan ini sesuai dengan sel kedua yang mempunyai luasan hampir sama. Apakah sembari menunggu sel ketiga penuh, Pemerintah Kota Probolinggo akan diam saja? Jawabannya tidak. Hal ini diungkapkan Wali kota Hadi Zainal Abidin, Kamis 16/1/2020.
“Selama 3-4 tahun ini akan kami lakukan pengurangan sampah yang lebih masif di masyarakat. Termasuk sasaran kami pengelolaan sampah hotel, karena sisa makanan tidak semuanya harus di TPA tapi bisa dilakukan proses dari semua sumber sampah,” jelas Kepala Dinas Lingkungan Hidup Rachma Deta Antariksa.
Keluhan di masyarakat masih ada RT,RW dan lurah yang relatif belum maksimal menangani sampah. Budi mengatakan, perlu ada integrasi, harmonisasi dengan didampingi RT/RW kelurahan agar masalah sampah di lingkungan bisa menjadi lebih baik.
“Dengan begitu masalah sampah di lingkungan bisa baik. Sampah yang masuk ke TPA lebih berkurang dan umur TPA lebih panjang,” imbuh Budi Kris. Saat ini sampah yang masuk ke TPA 56-60 ton per hari dari 240 ribu jiwa penduduk Kota Probolinggo. Tidak semua sampah masuk ke TPA, ada yang sudah melalui proses daur ulang, dibakar, dibuang ke sungai atau upaya lainnya.
Sel baru yang ada di sisi timur setelah jalan masuk ke TPA. Sel baru yang dibangun dengan dana senilai Rp 3,9 Miliar terselesaikan dalam waktu 105 hari dari batas waktu pengerjaan selama 120 hari.
“Kami lihat karena ini baru selesai pekerjaanya. Kami harus menyiapkan apa yang jadi tantangan. Dengan sel baru ini, meskipun sebelah timur (sel dua) masih belum penuh tapi kita siapkan. Harus ada solusi dengan teknologi, cara, metode baru sehingga terdampak dan gas methan bisa bermanfaat,” jelas wali kota Hadi.
Wali kota Hadi ingin berupaya mencari solusi tumpukan sampah bisa memunculkan ekonomi. “Jika lau tidak berinovasi, ya terus seperti ini, numpuk (sampah). Kita memproduksi sampah, tapi harus bisa mengelola sampahnya. Bukan hanya dibuang ke TPA tapi diolah supaya ada hasil ekonomi,” seru mantan anggota DPR RI ini.
Beberapa waktu lalu, kami ke Swedia untuk belajar banyak hal khususnya lingkungan. “Kita sesuaikan dengan kondisi di kota. Insyaallah bisa diterapkan. Swedia sudah menerapkannya di Palu, kita coba di Pobolinggo apa bisa memanfaat sampah menjadi lebih bermanfaat,” tegas Hadi.
Disinggung terkait TPA regional, Hadi menyatakan itu jadi harapannya juga. Sebab investor melihat bila setiap hari ada 100 ton sampah yang masuk ke TPA bisa dirubah menjadi energi listrik.
“TPA regional menjadi harapan, karena investor melihatnya dalam satu hari jika lebih 100 ton yang masuk, sampah bisa dirubah jadi energi listrik. Kita akan lakukan terobosan sesuai fakta yang ada. Harapan kami, impian kami masalah sampah tidak menjadi tumpukan melainkan berdampak manfaat yang ramah lingkungan. Mudah-mudahan bisa berjalan sesuai harapan,” imbuh wali kota.
Upaya untuk merealisasikan Kota Probolinggo bebas sampah terus diupayakan oleh Dinas Lingkungan Hidup. DLH memperketat pengawasan pembuangan sampah di tiga titik yang berpotensi melanggar perda pengelolaan sampah.
Menurut Deta, ada tiga lokasi yang volume sampahnya tinggi. Yaitu, di Jalan Pahlawan, Jalan Cokroaminoto, dan Jalan Hayam Wuruk. Karena itu, pihaknya memberikan pengawasan yang lebih intensif di tiga lokasi ini. Harapannya, tidak ada sampah rumah tangga yang dibuang di tempat ini. Pengawasan lebih intensif memang diperlukan khusus di tiga titik tersebut. Karena di situ volume sampahnya lebih besar dibanding di tempat lain, ujarnya.
Memang saat ini sudah terbentuk gerakan operasi simpatik sampah. Masyarakat sendiri yang mengawasi pembuangan sampah sembarangan. Namun, edukasi untuk mengajak masyarakat sekitar lebih mencintai kebersihan, penting dilakukan. Tujuannya, bukan hanya untuk menciptakan Kota Probolinggo bebas sampah, tetapi juga untuk mewujudkan Kota Probolinggo Sehat.
Tersedianya tempat sampah di lingkungan warga, tidak akan berguna jika kesadaran warga tentang pentingnya hidup bersih masih rendah. Sehingga, diperlukan peningkatan kesadaran hidup bersih.
Kebersihan sangat erat hubungannya dengan kesehatan. Di mana kesehatan akan terwujud ketika lingkungan sekitar bersih. Karena itu, sangat perlu kesadaran masyarakat agar terwujud lingkungan yang bersih, tambahnya.(Wap)

Tags: