Selalu Jaga Psikologis, dan Tak Usah Panik

Dr Diana Rahmasari

Dr Diana Rahmasari
Pakar Psikologi Klinis Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Dr Diana Rahmasari menghimbau agar masyarakat tak panik ditengah kondisi pandemi Corona Virus 2019 atau Covid-19. Pasalnya hal ini juga akan berdampak pada psikologis masyarakat.
Ketua Jurusan Psikologi Unesa ini menyebut kondisi saat ini sebagai ujian kemanusiaan skala global. Terlebih Covid-19 telah ditetapkan ditetapkan sebagai Pandemi WHO. Maka secara langsung bukan menjadi masalah perseorangan atau satu negara saja tetapi merupakan masalah global dunia.
“Ini merupakan masalah kita semua. Penyebaran Virus Corona ini secara tidak langsung sebenarnya, menuntut sesama untuk saling bahu membahu, kerjasama dan tanamkan dalam benak mengenai dunia melawan Virus Corona,” ungkapnya.
Sebagai kejadian luar biasa skala global, Covid-19 pun membawa kepanikan di semua negeri, tak terkecuali di Indonesia. Sehingga wanita yang diberi tugas sebagai Sekretaris Unesa Crisis Centre (UCC) ini berbagi sikap yang perlu diambil guna menghindari tingkat kepanikan yang berlebihan namun tetap waspada
“Virus ini begitu kecil dan cepat sebarannya, tanpa kita sadari pun bisa berpindah dengan mudah pada kita. Maka hal ini tidak bisa dianggap remeh. Saya lebih suka kata waspada dari pada panik yang berlebihan,” lanjutnya.
Sebagai pengajar dan peneliti, Diaa menyarankan, untuk memperhatikan kondisi psikologis yang harus dijaga dalam menghadapi kasus ini, selain menjaga kesehatan. Ia menyarankan untuk mengembangkan sikap berpikir positif
“Untuk kondisi hari ini, kita harus bahagia, tenang, positif, dan optimis. Banyak berpikir bahwa badai akan cepat berlalu,” terangnya.
Diana menuturkan, dalam membangun sugesti positif harus secara konsisten dilakukan dan tidak bisa dilakukan sesekali. ”Sugesti kata-kata positif, meditasi, berdoa ibaratkan seperti mengonsumsi obat. Jadi, kalau melakukan itu hanya sekali saja ya tidak akan berhasil,” katanya.
Diana menegaskan, jika seharusnya masyarakat lebih menurunkan ego untuk tetap melaksanakan instruksi pemerintah terkait Social distancing. ”Kendalikan ego dan superego dengan baik. Ibaratkan seperti berpuasa. Untuk kids zaman now, kalau memang terbiasa keluar malam untuk ngafe, ngopi, tahan,yuk kebiasaan ini. saya rasa anak muda walau tidak bertemu langsung, mereka masih melek akan teknologi sebagai pengganti hubungan jarak jauh yang ada,” jelasnya.
Ia pun mengajak masyarakat untuk tak hanya waspada tetapi juga mengedukasi yang lain terkait dengan hoax yang menyebar dengan massif.
“Kini, bisa saja mungkin kita sudah melakukan social distancing dengan benar. Namun, adakalanya keluarga, saudara masih ingin berada diluar dengan berbagai macam alasan. Nah untuk itulah kita bisa memposisikan diri menjadi agen perubahan dengan memberikan edukasi serta penghayatan psikologis pada keluarga mengenai bahaya Covid secara nyata,” pungkasnya. [ina]

Tags: