Selama 2019, Kepulauan Madura Didominasi Permintaan Narkoba

Kepala BNNP Jatim, Brigjen Pol Bambang Priyambadha memaparkan kinerja BNNP Jatim yang berhasil amankan 62 kilogram lebih sabu di 2019, Senin (16/12). [oki abdul sholeh]

(Lampaui Target dengan Menyita 62 Kilogram Sabu)
BNNP Jatim, Bhirawa
Daerah Pulau Madura menjadi pasar narkoba terbesar di Jaw Timur. Dari data akhir tahun Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jatim, permintaan narkoba khususnya sabu terbesar berasal dari Madura .
Memasuki penghujung 2019, Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jatim mencatat sebanyak 62.203,94 gram atau 62 kilogram lebih sabu berhasil disita tahun ini. Capaian tersebut melampaui target di 2018, dimana BNNP Jatim menyita 24.987,42 gram atau 24 kilogram lebih sabu.
“Tahun ini capaian kami (BNNP) Jatim melampaui target di 2018, dimana kami berhasil menyita sebanyan 62 kilogram sabu. Tapi pemesanan (narkoba) didominasi dari Madura,” kata Kepala BNNP Jatim, Brigjen Pol Bambang Priyambadha usai anev tahunan di Kantor BNNP Jatim, Senin (16/12).
Bambang menjelaskan, puluhan kilogram barang bukti sabu tersebut didapat dari 60 kasus yang sudah P21 (berkas penyidikan dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan).
Dari 60 kasus tersebut, terdapat 141 orang tersangka yang berhasil diamanan. Beserta barang bukti sitaan narkoba jenis ganja 3.988,68 gram atau 3,9 kilogram; sabu seberat 62 kilogram lebih dan 1.181 butir pil ekstasi.
Sedangkan pada 2018, sambung Bambang, BNNP Jatim berhasil menyita 24.987,42 gram atau 24 kilogram lebih sabu. Dengan total kasus sebanyak 16 kasus dan 38 orang tersangka. Serta mengamankan barang bukti ganja seberat 39.380,00 gram (39 kilogram lebih); 13 butir ekstasi dan uang tunai senilai Rp 65.240.000.
Masih kata Bambang, selama 2019 kasus yang menonjol dan menarik yakni pengungkapan 18 kilogram sabu di Banyuates. Kemudian hasil ungkap 25 kilogram sabu dari Malaysia yang hendak dikirim ke Sampang, Madura. Kasus itu pun dikatakan Bambang cukup menarik, dikarenakan sabu itu modusnya dimasukkan ke dalam furnitur berupa lemari.
“Kasus itu memang cukup menguras waktu dan tenaga, karena cukup lama kita tunggu sampai pengiriman hampir lolos. Sehingga yang bisa kita tangkap hanya kurir, belum pelaku yang memesan,” ungkapnya.
Pihaknya juga mengaku, selama 2019 ada beberapa jaringan narkoba yang dibongkar. Diantaranya dari jaringan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), jaringan Madura, Aceh, Jakarta, dan Medan. “Semuanya jaringan ini dikendalikan dari dalam Lapas. Ada yang sudah kita amankan dan ada yang belum, karena kesulitan saat penangkapan,” ucapnya.
Menurutnya selama ini kerjasama dengan seluruh instansi, baik pihak bandara, pelabuhan, kereta api maupun terminal bus cukup bagus. Hanya saja pihaknya masih perlu melakukan koordinasi dengan Lapas, terkait masuknya Handphone di Lapas.
“Kerjasama dengan seluruh instansi sudah cukup bagus. Kalau bisa Lapas diperketat agar HP tidak bisa masuk. Karena komunikasi (pengendalian peredaran narkoba, red) saat ini melalui HP,” pungkasnya. [bed]

Tags: