Selingkuh Korupsi KPU

Oleh :
Agus Triyono
Pegiat Anti Korupsi tinggal di Semarang
Terkuaknya korupsi anggota komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan oknum kader salah satu partai terbesar di negeri ini seakan menambah deretan peristiwa pilu dalam upaya pemberantasan korupsi di tanah air. Mungkin kalau korupsi yang melibatkan oknum anggota dewan sudah menjadi pemandangan yang tidak asing lagi di mata kita. Tetapi kali ini, masih hangat menjadi perbincangan banyak kalayak dan menjadi fokus utama bagi media massa nasional atau mungkin bahkan internasional. Yahhh..korupsi, korupsi lagi, dan korupsi lagi.
Baru-baru ini korupsi mulai masuk dalam ranah lembaga penyelenggaran pemilu, atau lebih tepatnya dalam lembaga Komisi Pemilihan Umum (KPU). Sebuah lembaga yang notabene menjadi kepercayaan masyarakat dalam penyelenggaraan demokrasi kita sudah dikotori oleh oknum komisionernya. Ini menjadi pukulan yang sangat berat dan keras bagi kita semua. Publik terhenyak begitu mendengar salah satu anggota KPU Wahyu Setiawan ditangkap KPK. Peristiwa diawali dengan sebuah Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan barang bukti ratusan juta rupiah. Ironisnya uang korupsi tersebut sebagai mahar untuk meloloskan salah satu anggota dewan dalam proses PAW (Pengganti Antar Waktu) karena calon terpilih meninggal dunia. Banyak kalangan tentu kaget mendengar berita perselingkuhan ini. Tetapi mungkin saja tidak sedikit yang sudah menduga akan terjadi peristiwa ini. Atau bahkan sudah memprediksi akan segera terbongkar sesuai waktunya saja. Apa yang terjadi dalam peristiwa ini, membuat kita mulai harus berpikir lebih keras lagi untuk mengawal praktek korupsi. Sebuah catatan kelam diawal tahun 2020 sudah dihiasi peristiwa korupsi. Ironisnya, praktek korupsi ini dilakukan dalam lembaga penyelenggara pemilihan umum.
Getol Suarakan Eks Koruptor Ikut Pilkada ; Ambyar
Ambyar sudah. Kalau istilah saya kata ambyar sama dengan hancur. Kata itu identik dengan penyanyi campursari Didi Kempot yang mengungkapkan kegundahannya karena menjadi korban janji oleh kekasihnya, karena tidak dapat bertemu kekasihnya. Hingga membuatnya ambyar dan kesasar… Tentu ambyar ini bagi saya adalah sebuah analogi bagi oknum seorang anggota komisioner KPU yang dianggap memiliki integritas terhadap penegakan korupsi, tetapi telah ingkar janji, jadilah ambyar.
Mungkin itu kata yang tepat untuk mengungkapkan kegundahan dalam menyikapi salah satu komisioner KPU Wahyu Setiawan yang terjerat OTT. Penetapan dirinya sebagai tersangka ini sangat bertolak belakang dengan sikapnya yang selama ini menyatakan bahwa mantan narapidana korupsi ikut pilkada. Ia dikenal sebagai salah satu dari tujuh komisioner yang paling kritis dan vokal bahkan bersikukuh dalam menyuarakan larangan eks koruptor ikut dalam pemilihan calon kepala daerah 2020. Hal itu juga sesuai Peraturan KPU (PKPU). Larangan itu bukan tanpa alasan yang jelas. Tetapi menurut Wahyu, larangan itu dimaksudkan agar pilkada menghasilkan pimpinan daerah yang bersih dari korupsi. Karena dinilai tanpa adanya larangan itu KPU menilai masyarakat belum mampu memilih calon pemimpin yang terbaik. Sikap keras Wahyu Setiawan terhadap mantan napi korupsi yang akan mengikuti debutnya dalam Pilkada seolah menjadi ironi setelah KPK menetapkannya sebagai tersangka suap. Wahyu Setiawan menjadi tersangka karena disangkakan menerima suap dengan menjanjikan politisi agar ditetapkan menjadi anggota DPR RI periode 2019-2024.
Sejenak coba kita lihat penggalan lirik lagu berikut ” …Tiada bukan, tiada lain, mereka mencari cara tepat, untuk mendapatkan uang, oh… uang…oh… lagi-lagi uang. Memang uang bisa bikin orang senang bukan kepalang uh…. Namun uang bisa juga bikin orang mabuk kepayang uh…Lupa sahabat, lupa….
Penggalan lirik lagu tersebut merupakan bagian lirik lagu dari penyanyi era 90an Nicky Astria yang ngehits lewat salah satun lagunya yang berjudul “Uang” karya Ian Antono.
Makna lagu itu, memberikan pesan bahwa dengan uang akan mendapatkan segalanya. Meski tidak dipungkiri semua membutuhkan uang. Tetapi tentu diperlukan effort yang kuat untuk mendapatkannya. Dan yang pasti didapatkan dengan cara yang layak dan bukan dari prakti-praktik suap, bahkan korupsi.
Peristiwa yang terjadi pada Wahyu Setiawan memang sungguh ironis. Kasus demi kasus membuktikan bahwa korupsi terus merajalela dan menjadi musuh kita semua. Korupsi merupakan masalah yang sangat besar di negara ini. Dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan yang drastis. Korupsi sudah dianggap endemik, sistemik, dan menyebar ke seluruh lapisan, sudah kronis (Syakhroza, 2011). Mengapa ini bisa terjadi? Mungkin saja, ada pergeseran budaya dalam tatanan kehidupan kita. Saatnya berbenah untuk melakukan perubahan yang berarti. Karena korupsi merupakan kejahatan yang extra ordinary , oleh karenanya maka harus diberantas dengan extra luar biasa pula.
———- *** ————

Rate this article!
Selingkuh Korupsi KPU,5 / 5 ( 1votes )
Tags: