Semangat Harkitnas untuk Evaluasi Diri Demi Indonesia Lebih Baik

3-gub dan wagub jatim pada saat peringatan hari kebangkitan nasional di grahadi (2)Pemprov Jatim, Bhirawa
Semangat dan makna peringatan Hari kebangkitan nasional 2014 ini adalah untuk berani melakukan evaluasi diri semangat bagi penguatan komitmen seluruh komponen dan potensi bangsa dalam membangun Indonesia ke depan yang lebih baik.
Demikian sambutan tertulis Menteri Komunikasi dan Informastika RI, Tifatul Sembiring, yang dibacakan Gubernur Jatim Dr H Soekarwo, pada saat menjadi Inspektur upacara Peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke 106 tahun 2014, di depan Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (20/5).
Menkominfo mengatakan, semangat nasionalisme perlu dievaluasi dikarenakan fenomena kemajemukan yang bergulir akhir-akhir ini tampaknya sedikit mengalami penggerusan dan hakikat nasionalisme itu sendiri.
“Semangat persatuan demi menjujung tinggi sikap nasioNaisme yang dulu didambakan dan dibanggakan kini menjadi kekhawatiran bersama. Konflik antar etnis, antar agama, tawuran antar pelajar, tawuran antar warga sikap prasangka antar kepentingan, konflik nasional dan gangguan keamanan yang masih sering terjadi adalah fenomena kebangsaan yang perlu disikapi secara hati-hati,” jelasnya.
Begitu pula sikap dan perilaku yang mengutamakan kepentingan perorangan dan golongan superioritas kelompok tertentu yang lebih unggul dari kelompok lain. Termasuk masalah narkoba, pornografi, menjamurnya perilaku korupsi dan bentuk-bentuk sekat pemisah antara “We and Them” adalah pola pikir pola sikap dan perilaku yang harus dihilangkan.
Jika dihitung dari titik awal Kebangkitan Nasional 1908, maka pada 2014 ini masyarakat Indonesia lebih dari 100 tahun berproses dalam kesadaran untuk menjadi bangsa yang berdaulat, memiliki indintitas dan jati diri diri di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Wajah dan corak ke Indonesia an tentunya telah banyak mengalami perubahan dan perkembangan seiring dengan perubahaan jaman dan tuntutan masyarakat itu sendiri.
“Oleh karena itu dalam rangka tetap menjaga semangat dan nilai-nilai kebangsaan yang telah dirintis oleh para pendahulu, hendaknya tidak boleh lengah tapi justru semakin waspada dan cerdas dalam menghadapi berbagai perubahan dan kemajuan yang berproses secara terus menerus tersebut,” katanya.
Momentum 1908 dan 1928 adalah momentum kaum muda yang bercita-cita Indonesia merdeka. Pemikiran dan cita-cita mereka berlanjut melalui perjuangan para pemuda periode 1945-1949. Mereka berjuang bagi tegaknya bangunan ke Indonesiaan yang merdeka dan berdaulat. Revolusi kemerdekaan yang membangun nasionaalisme tanpa paandang bulu, revolusi yang menjadi motor penggerak mobilitas sosial bagi seluruh komponen bangsa.
Dijelaskan, revolusi yang gilirannya memberi ruang dan peluang bagi setiap anak bangsa untuk berbakti, mengabdi dan berkiprah sesuai potensi keahlian dan bidang yang digelutinya. “Inilah makna nasionaalisme sesungguhnya yakni penerapan cara berpikir, bersikap dan berperilaku yang secara idelogi merupaakan kristalisasi kesadaaran berbangsa dan bernegara,” tandasnya. [iib]

Keterangan Foto : Gubernur Jatim dan Wakil pada-saat-peringatan-hari-kebangkitan-nasional-di-grahadi Surabaya.

Tags: