Semangat (Prestasi) Champions

Liga Champions EropaBersyukur masih ada siaran langsung Liga Champions Eropa. Setidaknya, insan sepakbola nasional bisa terus “merawat” prestasi. Kalangan klub profesional, pemain, dan pelatih bisa berdiskusi sembari menonton ajang pertandingan sepakbola terbesar di dunia itu. Memperbincangkan klub yang bermain sampai puncak final tertinggi Eropa. Termasuk final derby, klub se-daerah (se-kota). Banyak daerah di Indonesia memiliki  dua klub kesohor.
Perbincangan final Liga Champions Eropa akan mencapai anti-klimaks, manakala terjadi derby. Itu juga menjadi kekhawatiran EUFA (asosiasi sepakbola Eropa). Penyebabnya, dua klub asal kota Madrid, memenangkan semi final. Itu benar-benar akan terjadi. Madrid berhasil menundukkan Manchester City (dari liga Premier Inggris). Dan Atletico menundukkan Bayern Muenchen (juara bundesliga Jerman). Tetapi EUFA akan rugi, karena hanya bagai menontotn La-Liga Spanyol.
Rating siar televisi (sedunia) juga akan langsung jeblok. Itu sudah dialami pada tahun 2012 – 2013, saat terjadi all German final, antara Bayern Munchen melawan Borussia Dortmund. Bagai menonon Bundesliga (Jerman). Padahal, liga Jerman hanya menempati rating keempat dibawah La-Liga, serta dibawah Barclays Premier League (Inggris) serta peringkat ketiga ada Liga Serie A Italia. Bahkan posisi bundesliga bisa terancam oleh liga Perancis, Championnat de France (Legue 1) karena “magnet” Zlatan Ibrahimovic.
Ironis, hal yang sama juga terjadi pada final liga Champions tahun 2013 – 2014, bahkan satu kota. Yakni, antara Real Madrid melawan Atletico Madrid. Stadion da-Luz, Lisboa (Portugal) sepi. Derby Madrid, berdasar track record rating televisi, bukan yang paling seru. Masih kalah dengan derby kota Manchester, antara Manchester United (MU) melawan City. Sedangkan rating tertinggi tetap dimiliki el-classico, Barcelona versus Real Madrid.
Perkiraan rating tinggi, akan terjadi manakala final liga Champions Eropa tahun ini  mempertemukan Real Madrid versus Manchester City. Keduanya memiliki jutaan suporter fanatik di masing-masing negara, dan seluruh dunia. Termasuk di Indonesia. Manchester City merebut fans Indonesia setelah Chelsea dan MU terpuruk di liga Inggris. Tetapi finas Champions Eropa di San Siro, Milan, (Italia), dimonopoli oleh klub Spanyol.
Pertandingan sepakbola, harus diakui, bukan sekadar even olahraga, melainkan juga momentum hiburan melalui ketrampilan olahraga. Sehingga hadirnya bintang lapangan sangat berpengaruh pada minat menonton. Semakin banyak bintang sepakbola hadir di lapangan, maka penonton semakin banyak. Tidak indah manakala final liga Champions hanya didominasi oleh klub-klub dari satu negara, walau final el-clasico sekalipun.
Di seluruh dunia, rating Real Madrid, masih tertinggi. Ini disebabkan prestasinya yang stabil. Pernah menjadi juara lima kali berturut-turut (totalnya sepuluh kali) pada awal ajang Champions, tahun 1955-56 sampai 1960. Pada masa kini, 20 musim terakhir, tiada juara yang mampu bertahan dua kali berturut-turut. Juara bertahan berakhir pada klub AC Milan (1989 dan 1990).
Final liga Champions menjadi ajang pertandingan terbesar di dunia. Ratingnya melebihi Pila Dunia maupun Olympiade. Televisi pun makin gencar memburu hak tayang, meski harus megeluarkan biaya puluhan milyar rupiah. Harga mahal disebabkan hanya sekitar 5% penonton mengikuti jalannya pertandingan langsung di stadion. Selebihnya, 95% mengikuti pertandingan melalui siaran televisi gratis maupun channel berbayar. Itulah penghasilan terbesar EUFA.
Di Indonesia, derby Madrid, kurang disukai. Bisa membangkitkan potensi kekerasan yang biasa dilakukan Atletico, ketika bertanding hidup-mati. Lebih lagi, tiga stake-holder sepakbola: BOPI dengan PT Liga Indonesia (dulu dibawah PSSI) dan klub, telah akur. Disepakati, menggelar liga ISC (Indonesia Super Champions) sekaligus pembinaan suporter. Akan terus digelar even nasional, sembari “berkaca” pada liga Champions Eropa.

                                                                                                          ———- 000 ———–

Rate this article!
Tags: