Sembilan Mahasiswa Asing Belajar Buat Jamu

Para mahasiswa asing bersulang untuk hasil jamu tradisional buatan mereka di Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, Kemarin (8/8).

Surabaya, Bhirawa
Jamu menjadi salah satu warisan tradisi Indonesia yang telah melegenda dari zaman ke zaman. Selain cara pembuatan yang masih tradisional, tidak sedikit masyarakat yang mengonsumsi jamu sebagai obat atau sekadar untuk menjaga kesehatan.
Dalam pertukaran pelajar Fakultas Farmasi Universitas Surabaya (Ubaya), sembilan mahasiswa dari tujuh negara berbeda mencoba membuat jamu tradisional, kemarin (8/8). Dosen pendamping program student exchange, Lidya Karina mengungkapkan sebagai salah satu kekayaan yang dimiliki Indonesia, jamu masih dinilai ampuh dalam mengobati berbagai penyakit yang dialami masyarakat pada zaman dulu. Mislanya saja, jamu asam kunyit yang mempunyai efektifitas untuk melindungi hati.
“Kami mengajarkan mereka membuat jamu asam kunyit karena jamu ini relatif mudah dalam proses pembuatannya. Di samping itu resep asli jamu kunyit asam hanya dimiliki oleh Indonesia,” tutur dia.
Sebelum membuat jamu, sembilan mahasiswa telah diberikan materi pengenalan terori jamu dari Pusat Informasi dan Pengembangan Ubaya. Ini dilakukan, agar sembilan mahasiswa asing mengetahui berbagai macam rempah yang digunakan dalam pembuatan jamu. Misalnya jahe, kunyit, asam, gula jawa, kayu manis, dan garam.
“Setelah mahasiswa asing mengenali berbagai macam rempah, mereka di minta untuk membuat jamu. mereka mulai mengupas kunyit dan jahe untuk dibersihkan dan dihaluskan. Setelah halus, jahe, kunyit, asam , gula jawa, dan garam dimasukkan kedalam air. Setelah mendidih saring ampasnya dan jamu asam kunyit bisa dihidangkan,” jelas Dosen Laboratorium Klinis dan Komunitas Ubaya ini.
Selain membuat jamu, para mahasiswa asing juga diajarkan dalam membuat wedang rosella dengan teknik tradisional dan gel lidah buaya untuk kesehatan kulit yang diformulasikan ke dalam bentuk modern.
“Seluruh pembuatan baik jamu, maupun wedang rosella kita buat dengan teknik tradisional. Karena, anatara bahan dari hasil proses penumbukan dengan proses blender yang menghasilkan serbuk akan memiliki rasa dan khasiat yang berebeda,” papar dia.
Lidya berharap, melalui kegiatan ini mampu mengangkat dan mengenalkan jamu sebagai salah satu kekayaan dan budaya Indonesia dalam bidang obat herbal.
Salah satu peserta student Exchange, Eva Kasalova yang berasal dari Republik Ceko mengatakan jika pembuatan jamu tradisional merupakan pengalaman pertama bagi dia. Meskipun begitu, ia mengaku jika menikmati proses pembuatan jamu yang baru dia lakukan itu.
“Saya senang banget. Tapi ada beberapa kesulitan saat memotong. Rasa jamu ini sangat manis dan ada rasa jahe di dalamnya, saya sangat suka,” ujar mahasiswa semester tiga University of Veterinary and Pharmaceutical Science Brno Czech Republik
Lebih lanjut, rempah-rempah yang digunakan dalam proses pembuatan jamu juga belum pernah ia temukan di negaranya sebelumnya. “Rempah -rempah ini baru pertama kali saya lihat. Jika kembali pulang, saya akan mencoba mencari bahan-bahannya dan membuat jamu. apalagi jamu seperti ini sangat baik untuk kesehatan hati. Terlebih mayoritas masyarakat kami banyak yang mengkonsumsi alkohol,” tandas dia. [ina]

Tags: