Semburan Lumpur Gas

Lumpur bercampur (diduga) gas metana, dan hidro-karbon, menyembur dari pekarangan rumah warga di Kutisari, Surabaya. Kawasan pemukiman yang padat (walau teratur) mendadak mengalami trauma bencana lumpur lapindo (Sidorajo). Pemerintah Kota Surabaya, beserta tim ahli geologi telah coba mencermati lokasi. Walau volume semburan gas telah berkurang, fenomena geologi tidak dapat di-sepele-kan. Karena bisa membesar mendadak, seiring tekanan dari dalam bumi.
Trauma lumpur Lapindo, cukup beralasan. Terbukti sampai 10 tahun setelah tragedi Lapindo, masih terdapat kebocoran gas, di desa Kedung Banteng. Telah dipastikan terjadi luapan gas propan (11 Maret 2016). Adanya gas, terbukti bereaksi terhadap tekanan gas nitrogen. Diketahui pada proses pemeriksaan Labfor Polda Jatim, memunculkan gelembung. Walau konon, yang diproduksi oleh Lapindo Brantas, adalah gas metan. Tetapi dalam jumlah besar, sama-sama bisa membakar.
Tekanan dari permukaan bumi juga patut patut dicermati seksama. Karena kawasan Kutisari telah menjadi pemukiman padat.Selain sebagai area terdekat kawasan industri (SIER, Surabaya Industrial Estate Rungkut). Juga telah terdapat kampus perguruan tinggi swasta besar. Pertambahan penduduk di Kutisari sangat cepat, termasuk musiman pekerja pabrik, dan mahasiswa. Perumahan juga berkembang pesat dengan menjamurnya kos-kosan.
Semburan lumpur gas, dugaan ahli geologi, disebabkan alirab bawah tanah sisa-sisa minyak mentah. Surabaya dikenal sebagai salahsatu kota tambang minyak era dekade 1880-an. Sampai era 1970-an, alat mekanik pengeboran minyak, masih terlihat di kawasan Ngagel, Darmokali, dan Wonokromo. Kilang di Wonokromo, konon, menjadi kilang minyak pertama di Indonesia. Tetapi penemuan luberan minyak pertama, terpantau di area Kuti (sekarang menjadi Kutisari).
Berdasar catatan sejarah pengeboran (oleh Gerretson), pengilangan minyak pertama dikumpulkan di Medang, dekat Kuti. Pengilangan dilakukan tahun 1888, oleh NV Dordtsche Petroleum Maatschappij (milik pemerintah kolonial Belanda). Saat itu hasilnya satu cikar (setahun 8 ribu peti). Namun tak lama (tahun 1890), dibangun pengilangan lebih besar di Wonokromo. Pada tahun 1911, kilang Wonokromo dibeli oleh BPM (De Bataafsche Petroleum Maatschappij).
Pengilangan minyak Wonokromo, sudah terkenal di dunia. Bahkan menjadi salahsatu kilang minyak tertua di dunia.Sampai tahun 1972, kilang Wonokromo menjadi salahsatu aset penting perminyakan nasional (Pertamina),bersama 7kilang lain. Yakni, kilang Pangkalan Berandan, Plaju, Wonokromo, Dumai, kilang Sungai Pakning, Sungai Gerong, kilang Balikpapan, dan kilang Cepu.Kilang Wonokromo ditutup karena hasil tambang tidak effisien.
Surabaya, bagai bertebar sumur minyak. Tersebar dari timur (Gunung Anyar) hingga barat (Lidah Kulon) di Wiyung. Termasuk kawasan Kutisari, sebagai penambangan minyak abad ke-19.Bahkan hamparan di Wiyung masih mengeluarkan pijaran api manakala dikorek-korek. Sering digunakan wisata petualang untuk membakar jagung, dan singkong. Sedangkan ada radius 6 kilometer arah timur, terdapat mud volcano yang bersumber dari gundukan tanah gunung berapi.
Bisa jadi, gejala geologis berpadu di Kutisari, hingga mengeluarkan lumpur bercampur minyak dan gas. Perpaduan antara aktifasi vulkanik Gunung Anyar, mendorong bekas sumur minyak Kutisari. Didukung musim kemarau, menyebabkan retakan tanah ditembus rembesan minyak. Walau tidak membahayakan, namun patut diwaspadai, dan dijauhkan dari percikan api. Diperkirakan semburan akan berangsur menyurut hingga berhenti.
Hal serupa pernah terjadi pada kawasan Benjeng (barat Surabaya)dalam tempo tiga pekan. Tetapi Pemerintah Kota Surabaya telah mengantisipasi penanganan lumpur gas Kutisari, berdasar rekomendasi ahli geologi. Diantaranya, menguras luberan lumpur di lokasi.Kewaspadaan bersama patut dilakukan, sembari Pemerintah Kota rutin meng-audit daya dukung lingkungan kota.

——— 000 ———

Rate this article!
Semburan Lumpur Gas,5 / 5 ( 1votes )
Tags: