Sempat Diminta Tutup Dinkes, Kini Mendunia

Tiga pasien dari Riyadh Saudi Arabia saat menjalani terapi ke Masudin. Dengan metode pembukaan syaraf telinga, mereka yang mengalami hambatan pendengaran lambat laun bisa mendengarkan suara.

Tiga pasien dari Riyadh Saudi Arabia saat menjalani terapi ke Masudin. Dengan metode pembukaan syaraf telinga, mereka yang mengalami hambatan pendengaran lambat laun bisa mendengarkan suara.

Kabupaten Jombang, Bhirawa
Pengobatan tuna rungu yang dilakukan, Masudin warga Dusun Ketanen, Desa Banyuarang, Kecamatan Ngoro Jombang menjadi pilihan masyakat banyak. Pengobatan dengan metode membuka syaraf telinga itu kini kian popular di berbagai negara.
Satu keluarga asal Riyadh Saudi Arabia datang di Desa Banyuarang Ngoro, Selasa (12/8). Anggota keluarga Ibrahim Abdullah (48) ada yang mengalami gangguan pendengaran. Mereka ingin mendapat pengobatan dari pakar terapi syaraf ini.” Ada tiga anaknya yang minta untuk diterapi, ketiga anak ini berusia antara 5 hingga 15 tahun,”ujar Masudin.
Ibrahim Abdullah melalui pembantunya Samti (42) mengatakan pihaknya mengetahui pengobatan Masudin dengan metode membuka syaraf telinga ini setelah melihat dari internet. “Saat kita tunjukkan ada penyembuhan tanpa operasi di Indonesia, beliau (Ibrahim Abdullah) berminat. Kita sudah daftar sejak 5 bulan lalu,”ujar perempuan asal Sragen Jawa Tengah ini.
Samti mengatakan, sebenarnya di Riyadh warga lokal yang ingin berobat mendapat fasilitas negara. Seluruh biaya saat berobat di rumah sakit dibiayai negara. Dan solusi untuk kasus ini adalah operasi. ” Namun karena keluarga Ibrahim takut ada efek buruk jika ketiga anaknya dioperasi, mereka tidak berkenan dan memilih jalur alternatif,”imbuh perempuan yang sudah 15 tahun menjadi TKW ini.
Tiga anak asal Riyadh yakni Abdullah Ibrahim (15), Yazid Ibrahim (13), dan Muhammad Ibrahim (5) yang sudah memakai alat bantu pendengaran ini kemudian, mendapatkan terapi dari Masudin. Beberapa syaraf telinga  satu per satu dibuka dengan pemijitan atau totok setelah alat bantu pendengaran dilepas. Usai diterapi, ketiganya dikenalkan dengan suara untuk melatih pendengaran. ” Setelah dibuka syarafnya, tidak boleh lagi menggunakan alat bantu pendengaran. Dan harus dikenalkan suara-suara,”ujar Masudin seraya memanggil satu persatu nama-nama pasiennya dari jarak dekat.
Tidak hanya itu, untuk membuktikan syaraf telinga sudah terbuka, keluarga Ibrahim langsung dipersilakan memanggil nama anak-anaknya dengan jarak yang ditentukan. Mulai satu meter hingga 15 meter.” Abud, Abud, …..Alhamdulillah, mereka sudah mendengar.  Semoga bisa kembali normal pendengarannya,”ungkap Ibrahim terlihat ceria sambil mencoba memanggil ketiga anaknya satu per satu.
Sementara itu, Masudin mengatakan, untuk bisa kembali normal pendengaran para pasiennya, dibutuhkan beberapa terapi. Dikatakannya, untuk kasus keluarga Ibrahim ini misalnya bisa 5 sampai 9 terapi.” Dibutuhkan sekitar 1 tahun, bisa normal kembali seperti kita semua. Karena mereka harus dikenalkan suara dan juga diajari untuk mengenal suara tersebut,”tandas penerima penghargaan MURI (Museum Rekor Indonesia) kategori pengobatan tercepat.
Masudin menekuni pengobatan atau penyembuhan tuna rungu dengan membuka syaraf telinga, dan itu tidak mudah. Dia belajar penyembuhan tuna rungu ini dari seorang profesor syaraf asal Malaysia pada 2004 lalu. Dan harus bolak balik Malaysia-Jombang hingga 2008. Saat mulai menerapkan pengobatan ini ke masyakarat pada pertengahan 2011, dia sempat menuai banyak cibiran. Yang disebut praktik dukun, bahkan sempat diminta tutup oleh Dinas Kesehatan setempat.
Namun setelah dibuktikan dengan banyaknya pasien yang sembuh dan datang dari berbagai daerah di seluruh Indonesia bahkan manca negara, praktik penyembuhan tuna rungu dengan cara membuka syaraf telinga ini kini semakin ramai dan diakui masyarakat. [rur]

Tags: