Sempat Menolak Jadi Kepala Sekolah

Nurul Hammah, M.Pd I

Nurul Hammah, M.Pd I
Ketika ditunjuk oleh pengurus yayasan untuk menjadi Kepala Madrasah, Nurul Hamamah sempat menolak, dan tidak mau. Karena selama 7 tahun mengajar (2001-2008) belum mengetahui manajemen sekolah. Bahkan sempat menawar dijadikan Wakil Kepala (Waka) dulu, sebelum menjabat sebagai Kepala Madrasah.
Namun apalah daya, tawaran dan penolakan itu ditepis oleh pengurus yayasan, dan akhirnya harus menerima amanah tersebut. Itulah ungkapan Kepala MINU KH. Mukmin Sidoarjo Nurul Hamamah, M.Pd I saat ditemui kemarin (15/1).
“Saya sempat nego sama pengurus untuk jadi Waka saja. Entah apa yang menjadi pertimbangan pengurus, dan melihat potensi saya. Mereka bilang, pengalaman itu tidak akan bisa didapat kalau tidak dilaksanakan dulu,” ungkap Nurul Hamamah yang menjadi Kasek sejak 2008. Sejak ditetapkan itu, Nurul terus berusaha sekuat tenaga untuk menata dan memperbaiki manajemen sekolah.
“Meski awalnya melihat beban berat yang dijalani untuk menjalankan amanah tersebut, namun saya jalani dengan sangat sungguh-sungguh dan mengelir begitu saja sampai sekarang,” ungkap wanita cantik yang memiliki hobi menyanyi ini. Ia juga mengaku kalau tidak mempunyai basic untuk memimpinan lembaga pendidikan itu. Karena waktu kuliah S1 mengambil jurusan Adab dan bukan lulusan dari pendidikan. Namun, pada tahun 2009 saya sangat beruntung karena ada kerjasama dengan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surabaya. Dari hasil kerjasama tersebut, sekolah kami dijadikan mitra dan saya ditunjuk jadi TOT (Training of Trainer). “Dari situ saya mulai bnayak mengetahui manajemen berbasis madrasah dan mengetahui cara mengelola pembelajaran dan sebagianya,” ungkapnya.
Dari situlah, lanjutnya, Ia mulai memilah dan memilih ‘metani’ satu persatu, apa yang menjadi kekurangan sekolah untuk dibenahi dibandingkan sekolah lain. “Sehingga banyak sekali yang harus diperbarui baik secara administrasi, manajerial, memperkuat kepemimpinannya dan melakukan evaluasi terus menerus,” jelas Bu Mamah sapaan akrabnya. Upaya yang dilakukan secara terus menurus dengan penuh istiqomah, saat ini MINU KH Mukmin menjadi salah satu madrasah pioner yang bisa ditiru oleh madrasah lainnya, baik yang ada di Sidoarjo maupun di Jawa Timur. Murid baru yang mendaftar juga terus mengalir cukup banyak. Tidak sampai disitu, terkadang pihak sekolah harus menolak siswa yang mendaftar. “Bukan bermaksud apa-apa, namun karena keterbatasan lahan yang dimilki. Sehingga setiap tahunnya sekolah hanya membatasi tiga kelas bagi siswa baru. Awal saya menjadi kepala, jumlah siswa sekitar 250 sekarang sudah sekitar 650 siswa. Perubahan itu secara kuantitas setiap tahunnya terus meningkat. Itu semua berkat kepercayaan masyarakat. Dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat, semakin besar pula beban untuk meningkatkan pelayanan,” pungkasnya. [ach]

Rate this article!
Tags: