Sempat Tak Direstui Justru Gemilang di Dunia Seni Peran

Moch Danuar Indar Moslem

Moch Danuar Indar Moslem
Sempat tidak direstui orangtua untuk menjadi seniman teater tidak membuat sosok Moch Danuar Indar Moslem patah arang. Bertahun-tahun ia membuktikan diri bahwa dengan menggeluti dunia seni teater juga mendapatkan prestasi yang gemilang. Terbukti menginjak tiga tahun ia bermain dalam dunia seni peran, Danuar sapaan akrabnya meraih juara 3 dalam FLS2N (Festival Lomba Seni Siswa Nasional) di Aceh pada tahun 2018 dengan kategori teater kelompok.
“Dari situ orangtua kemudian luluh dan mendukung saya hingga detik ini. Selama ini saya hanya bilang sama orangtua kalau saya akan membahagiakan mereka dengan apa yang saya punya. Seperti seni teater ini,” ungkap siswa jurusan Theater SMKN 12 Surabaya ini.
Danuar menceritakan sudah sejak dibangku SMP ia menggeluti dunia teater. Namun, waktu itu dirinya fokus pada seni pantomim. Menginjak di bangku SMK ia mulai mengasah diri untuk seni peran. Meskipun sudah bergelut dengan dunia seni Teather yang cukul lama, diakui Danuar pihaknya merasa kesulitan dalam olah tubuh, olah suara dan olah gerak yang menjadi persyaratan utama ketika masuk dalam dunia seni peran.
“Pertama kali saya masuk sini (SMKN 12) saya tidak mengenal olah tubuh, olah suara dan olah gerak. Sempat muntah darah karena tubuh saya belum bisa menerima pelatihan fisik yang terlalu berat,” kata pria kelahiran Surabaya 28 Maret 2001 ini.
Kendati begitu, Danuar menganggap jika hal tersebut menjadi bagian dari perjalanannya untuk konsisten dalam dunia theater. Saat ini, putra ke dua dark Indahwati dan Sudarmanto tengah fokus pada monolog dalam Teather. Bagi dia, monolog memberi tantangan dan ketertarikan tersendiri. Pasalnya, tidak hanya menjadi sutradar, ia juga harus mampu menghidupkan cerita teather seorang diri.
“Dalam monolog semua dilakukan sendiri, sutradara, pemain dan penulis skenario semuanya dilakukan sendiri. Ini yang menantang bagi saya,” kata dia. Akan tetapi, sambung dia, hingga saat ini ia mengalami kesulitan dalam keselarasan perasaan dan lakon dalam monolog.
“Saya perlu membenahi hati saya karena sampai detik ini saya masih grogi dalam pertunjukkan monolog,” ujar peraih Aktor Terbaik 1 dan Penyaji Terbaik 1 festival monolog pelajar SMA/SMK tingkat Jawa Timur ini.
Ke depan ia berharap bisa terus mengasah kemampuannya dalam dunia seni peran. Terutama untuk seni monolog. [ina]

Tags: