Seni Barongsai Sebagai Tradisi Warga Indonesia Keturunan Tiong Hwa

Para pengunjung Wisata Hawaii Waterpark Malang, saat dihibur Seni Barongsai yang ditampilkan para remaja dari Klenteng Eng An Kiong Malang untuk memeriahkan Tahun Baru Imlek 2018

Kab Malang, Bhirawa
Tahun Baru Imlek yang setiap tahun dirayakan oleh warga Indonesia keturunan Tiong Hwa, selalu kita temukan seni Barongsai dan Liang Liong yang menggambarkan ular naga dalam perayaan Imlek. Sebab, Barongsai dan Liang-Liong merupakan salah satu kesenian tradisional masyarakat Tiong Hwa yang banyak menarik perhatian masyarakat untuk ditonton.
Sedangkan permainan yang atraktif dan lincah ini sering ditampilkan pada saat perayaan tahun baru penanggalan China. Namun juga kadang ditampilkan pada saat-saat tertentu, seperti perayaan Hari Ulang Tahun (HUT ) Kemerdekaan Republik Indonesia atau pesta perkawinan, serta ulang tahun Tempat Ibadah Tri Dharma bagi pemeluk Agama Kong Hu Chu. Dan pada tahun 1960-1970 saat HUT Kemerdekaan Republik Indonesia sering ditampilkan dengan antraksi Barongsai dan Liang Liong atau tarian naga yang terbuat dari kertas.
Sehingga setiap Tahun Baru Imlek, seni Barongsai dan Liang-Liong selalu diperlihatkan kepada masyarakat. Seperti seni Barongsai ditampilkan di tengah-tengah pengunjung wisata Hawaii Waterpark, Desa Banjaraum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Sehingga seni Barongsai yang ditampilkan di area wahana Hawaii Waterpark, selain untuk memeriahkan Tahun Baru Imlek, seni Barongsai tersebut juga untuk menghibur pengunjung. Sehingga saat ditampilkan Barongsai, maka pengunjung tidak mau ketinggalan momen untuk melihat gerak lincah pemain Barongsai dari Klenteng Eng An Kiong Malang.
“Kami hadirkan Seni Barongsai di tempat wisata air Hawaii Waterpark, hal itu untuk melestarikan budaya dari leluhur kita, yakni dari Tiong Hwa. Sedangkan seni Barongsai itu sebuah budaya yang turun menurun, sehingga pada perayaan Tahun Baru Imlek seni Barongsai tersebut selalu ditampilkan,” kata Owner Hawaii Waterpark Malang Iwan Kurniawan, Minggu (18/2), kepada Bhirawa.
Menurut sejarah, masih dia katakan, Barongsai dikenal di China saat ada peperangan antara pasukan Nan Bei dan Lin Yi, dimana pasukan Nan Bei kewalahan lalu membuat boneka naga lalu diberi lampu dan digerakkan pada malam hari. Sedangtkan pasukan Lin Yi sendiri saat itu melihat naga yang menyala dan menari-nari sambil mengeluarkan bola-bola api menjadi takut dan melarikan diri.
“Naga menyala dan mengeluarkan api inilah yang menjadi alasan sebagai binatang yang dipilih dari binatang-binatang yang terkenal sebagai shio, misalnya, harimau, kelinci, tikus, atau kuda. Dan untuk Tahun Baru Imlek 2018 ini, sebagai Shio Anjing Tanah,” jelas Iwan.
Secara tradisional, ia menjelaskan, Barongsai bukan sekedar peninggalan sejarah masa lalu tetapi juga mempunyai nilai spiritual sebagai kearifan masyarakat Tiong Hwa yang mempercayai kemalangan dan nasib buruk serta keberuntungan dan nasib baik. Sehingga ular naga dilambangkan sebagai binatang utusan dewa yang dapat mengusir segala macam kejahatan, nasib, dan kemalangan yang akan menimpa manusia. Dan selama melakukan aksinya sang naga ditemani oleh Na Cha seorang pengawal yang selalu memberi makanan berupa sayuran dan buah-buahan.
Selanjutnya, Iwan mengatakan, masyarakat Indonesia keturunan Tiong Hwa sebagai ucapan syukur kepada para naga bukan lagi memberi sayuran dan buah, namun dalam bentuk uang yang dibungkus kertas merah dan dikenal sebagai angpau. Sedangkan pemberian angpau itu dilakukan setelah para Barongsai melakukan atraksi dengan cara memasukkan angpau ke dalam mulut naga. “Pada perkembangan angpau diberikan sebagai tanda ucapan syukur atau upah untuk para naga agar mengusir segala kejahatan (tolak bala) yang mungkin akan terjadi di tahun yang akan datang,” pungkasnya. [cyn]

Tags: