Seni Wayang Topeng Diakui Jadi Warisan Budaya

Wayang Topeng Jatiduwur, Kesamben, Jombang dalam sebuah pementasan. [Arif Yulianto]

Ahli Waris Berharap Pemerintah Lebih Perhatian
Jombang, Bhirawa
Sulastri (56) pemilik sekaligus ahli waris generasi ke-7 dari Wayang Topeng Jatiduwur, Kesamben, Jombang berharap kepada pemerintah baik kabupaten maupun pusat lebih memperhatikan lagi keberadaan dan keberlangsungan Wayang Topeng Jatiduwur.
Hal ini setelah kesenian tersebut ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia Tahun 2018 pada Rabu (10/10).
Dengan penetapan tersebut, Sulastri mengaku bangga karena kesenian Wayang Topeng Jatiduwur yang selama ini ia kelola mendapatkan apresiasi dari pemerintah.
“Alhamdulillah bangga, Wayang Topeng Jatiduwur diakui, masih bisa dimanfaatkan oleh bangsa, terutama untuk Jombang, alhamdulillah sekarang sampai Jakarta,” kata Sulastri saat dikonfirmasi oleh media ini lewat sambungan Telepon Seluler (Ponsel) nya, Kamis siang (11/10).
Ditanya lebih lanjut terkait keinginan dan harapannya kepada pemerintah, Sulastri menambahkan, agar Wayang Topeng Jatiduwur ini lebih diperhatikan.
“Soalnya selama ini, belum dapat apa-apa ‘gitu lho’, selama ini ya masih dibiayai keluarga,” imbuh Sulastri.
Terkait perhatian yang diinginkan itu, lebih khusus, kata dia adalah mulai dari pembinaan perangkat gamelan dan yang lainnya.
“Anak-anak ini kan sudah bisa, maksudnya topeng yang aslinya kan tetap ada, maksudnya dikreasi, diperbarui misalnya, dikolaborasi untuk tariannya,” tambah Sulastri.
Namun untuk lakon, ia mengatakan sudah ada pakemnya. Namun untuk tariannya, bisa dikolaborasi dan dimodernkan dengan tidak meninggalkan tarian aslinya. Hal itu dikatakannya yang belum dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Jombang.
“Kemarin ada (pendampingan) dari Unesa (Surabaya), tapi kan ‘ndak’ terus. Tapi kalau diperhatikan terus (dari dinas terkait), berapa minggu sekalikah, satu bulan sekalikah, ditemui terus dibina, ‘gitu lho’, maksudnya seperti itu,” harap Sulastri.
Sekadar diketahui, berdasarkan penjelasan Sulastri, ia merupakan generasi ke-7 dari generasi pertama pemilik Wayang Topeng Jatiduwur yang bernama Canggah Purwo yang tinggal di Desa Jatiduwur, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang.
“Pertama Canggah Purwo, (Canggah) Sukro, (Buyut) Sukin, (Mbah) Jaelan, Mbah Sumo, Mbah Umi, terus saya,” papar Sulastri menerangkan.
Diperkirakan, kesenian Wayang Topeng Jatiduwur ini lebih tua dari Wayang Topeng Malang. Sejumlah cerita pakem yang pernah dipentaskan oleh Wayang Topeng Jatiduwur adalah seperti Patah Kudoronowongso (Sekartaji Kembar) dan Panji Murco yang selalu dibuka dengan Tari Topeng Kelono. Saat ini, di grup Wayang Topeng Jatiduwur pimpinan Sulastri, lebih dari 20 orang bergabung menjadi anggota baik sebagai dalang, penabuh gamelan, dan penari, termasuk diantaranya adalah generasi muda setempat. [rif]

Tags: