Sentra Kuliner Wisata Ampel Sepi Peminat

3-Sentra PKL Wisata Religi Ampel terlihat sepi, bahkan tak ada satupun pedagang yang berjualan di lokasi yang baru diresmikan sebulan sebelumnya, Selasa (1612). gehSurabaya, Bhirawa
Relokasi Pedagang Kaki Lima(PKL)  ke Sentra PKL di kawasan wisata religi Sunan Ampel  belum berdampak optimal. Sejak relokasi  sebulan lalu, terlihat di Sentra PKL Wisata Religi Ampel Jalan Pegirian Surabaya, yang dibangun tahun 2011 itu masih terkesan sepi pedagang.  Justru para pedagang memilih untuk membuat lapak di jalan raya kawasan wisata ini, sehingga kemacetan di wilayah Wisata religi terlihat macet.
Dari pantauan Bhirawa, kebanyakan pedagang lebih memilih berjualan di sepanjang jalan Nyamplungan hingga memakan jalan hampir separuhnya. Alhasil, kemacetan tak terbendung ditambah dengan truk-truk besar yang diparkir di pinggir jalan untuk melakukan bongkar muat barang.
Salah seorang warga sekitar, Rahman (35th) mengatakan kekecewaanya terhadap Pemkot Surabaya terutama dinas terkait soal pembangunan sentra PKL yang bersentuhan langsung dengan Wisata Religi Ampel.
Alasannya, hingga saat ini, sejak dibukanya sentra PKL di kawasan religi Ampel, pedagang masih terlihat minim. Bahkan tak sedikit juga pedagang yang masih berjualan di sekitaran kawasan akses masuk sunan Ampel.
” Sudah sebulan lalu sentra ini dibuka, ya buktinya masih saja sepi. Entah alasannya apa, para pedagang belum maksimal. Padahal setiap harinya mas bisa lihat sendiri. Para peziarah berdatangan dari kota manapun,” terangnya pada Bhirawa, Selasa (16/12).
Dirinya melanjutkan, sejatinya dengan dibukanya akses sentra PKL itu, kawasan Wisata Religi bisa seindah dan sebersih kawasan wisata-wisata lainnya. Bukan tidak mungkin jika pemerintah serius dalam menangani itu.
Contoh kecilnya, pembangunan sentra PKL yang sudah direncanakan sejak beberapa tahun yang lalu, seharusnya sudah menjadi matang. Tapi nyatanya hingga hari ini, masih tetap sama.
” Kalau pemerintah serius ndak mungkin seperti ini. buktinya, pedagang masih banyak yang di luar. Meski sudah ada yang didalam, tetap  sama saja,” tandasnya.
Ahmad (28th) Salah satu pedagang mengatakan bahwa dirinya sudah tercatat di kecamatan sejak 2011, namun pihaknya saat ini masih menunggu relokasi lanjutan dari pihak kecamatan.
” Sebenarnya rombong-rombong ini sudah ada orangnya mas, pada waktu pertama diresmikan ada sekitar 34 pedagang yang menempati sentra ini. Untuk sisanya sekitar 31 pedagang tahap kedua. Cuma ndak tau kapan mau dimasukkan. Kita hanya nunggu perintah dari kecamatan saja mas,” katanya.
Ahmad menjelaskan, persoalan yang terjadi saat ini adalah terkait rombong yang sudah disiapkan pemerintah Kota. Menurutnya, barang dagangan yang dijual pedagang antara satu dengan lainnya tidak sama, nah, sedangkan yang disiapkan pemerintah rombong dan modelnya pun sama. Sehingga para pedagang bingung untuk menempatinya.
” Masing-masing PKL kan jualannya berbeda-beda. Sedangkan rombongnya disiapkan pemerintah semuanya mirip. Kalau hanya jual kopi dan minuman saya rasa masih cukup. Nah, kalau jualan nasi dan semacamnya, jelas tidak cukup mas. Sedangkan tiap stand ukurannya kecil. Seukuran rombong itu. Masa jualannya harus di samakan,” ungkapnya.
Seharusnya pemerintah sudah memikirkan terkait kesiapan lahannya. Meski pemerintah tidak memberikan bantuan berupa rombong, menurutnya tidak jadi masalah. Karena setiap pedagang sebelum dipindahkan ke sentra sudah memiliki rombong sendiri.
“Jadi, banyak sebenarnya yang harus dipikirkan pemerintah. Selain yang tahap kedua. Itu masih banyak pedagang yang belum terdaftar kesini,” pungkasnya. (geh)

Tags: