Sentuhan CSR Astra, Ubah Kampung ‘Buangan’ Menjadi Icon Baru

Aktivis Inspiring Youth Educators dengan sabar memotivasi anak-anak di Kampung Keputih Tegal Timur Surabaya untuk tetap semangat belajar

Aktivis Inspiring Youth Educators dengan sabar memotivasi anak-anak di Kampung Keputih Tegal Timur Surabaya untuk tetap semangat belajar

Keputih Tegal Timur, Kampung Berseri Astra di Surabaya

Bhirawa, Surabaya 
Kampung Keputih Tegal Timur, di pinggiran Timur Kota Surabaya awalnya lebih dikenal sebagai ‘kampung buangan’. Sebutan ini bisa jadi muncul karena letak kampung yang dihuni sekitar 200 Kepala Keluarga (KK) ini berhimpitan dengan kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Sukolilo, tempat pembuangan sampah terbesar di Surabaya. Bukan itu saja, di wilayah ini juga berdiri Panti Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) yang notabene merupakan panti untuk menampung, orang orang ‘buangan; seperti pengemis, gelandangan dan orang gila.
Sebelum berubah menjadi seperti saat ini, atau sebelum era tahun 2010-an sehari-hari tidak banyak kesibukan yang berarti di kampung ini. Beberapa orang yang kadang terlihat di jalan-jalan kampung mayoritas didominasi oleh para pemulung yang menyandarkan hidupnya dengan mengais-ngais sampah di TPA Sukolilo. Nyaris tidak ada aktivitas produktif dan menyenangkan di kampung ini. Kalaupun ada geliat kehidupan, itu terjadi hanya di saat-saat tertentu, seperti misalnya ada perusahaan dan lembaga sosial yang yang menggelar bakti sosial di kampung ini, atau ketika ada politisi yang ingin menjual penderitaan dan keterbelakangan kampung ini untuk kepentingan politiknya. Nasib Kampung Keputih Tegal Timur yang masuk wilayah Kelurahan  Gebang Putih,Kecamatan Sukolilo sebagai kampung buangan perlahan berubah ketika mulai ada kepedulian beberapa pegiat sosial, aktifis lingkungan, kalangan kampus dan perusahaan-perusahaan yang menaruh perhatian kepada nasib Kampung ini.
Aktivis lingkungan dari Tunas Hijau Akbar Wahyudono mengungkapkan permasalahan sampah di kampung Keputih Tegal Timur Surabaya sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari warga.
“Awalnya kebiasaan yang  dilakukan warga kampung menangani sampah kalau tidak membakar, maka akan membuang sampah di selokan atau hanya menumpuk sampah tersebut di lahan-lahan kosong di kampung tersebut,” kata Akbar saat ditemui Bhirawa, Kamis (24/12/2015). Dari kebiasaan buruk tersebut yang paling sering dilakukan oleh ibu-ibu adalah membuang sampah di selokan. Hal tersebut disebabkan selokan yang ada di kampung tersebut cukup besar dan terletak di tengah jalan. Ketika menyapu halaman rumah, sampah-sampah yang terkumpul langsung dibuang ke sungai tersebut. Hal tersebut diperparah lagi dengan tidak adanya sistem pengangkutan sampah di kampung tersebut. Perlahan Akbar bersama teman-teman Tunas Hijau memberi penyadaran kepada warga bagaimana mengelola sampah. Para aktifis Tunas Hijau tak kenal lelah terus memberi penyadaran tentang fenomena lingkungan hidup yang terjadi di tingkat lokal dan global.
Menurut Akbar, fenomena lingkungan lokal yang sering ditemui adalah sampah yang tidak terolah, sehingga menyebabkan banjir yang sering terjadi di kota-kota besar di Indonesia, tidak terkecuali di Surabaya. Sedangkan fenomena global, lanjut Akbar diantaranya pemanasan global, berlubangnya lapisan Ozon pelindung Bumi dan terbunuhnya mamalia laut akibat sampah plastik yang mengalir ke lautan. Selain aktif memberikan pemahaman terkait lingkungan, aktifis tunas hijau juga mendirikan perpustakaan kecil yang diletakkan di Balai RT.
“Kami mengumpulkan beberapa buku bacaan anak-anak yang akan kami sumbangkan untuk perpustakaan yang akan kami buat. Harapannya, melalui membaca warga di kampung ini akan tergerak untuk semakin maju,” ujar Akbar lagi.
Selain aktivis dari Tunas Hijau, yang lebih aktif dalam membangun kepedulian terhadap lingkungan, sentuhan sekelompok anak muda yang tergabung dalam Inspiring Youth Educators juga sangat mempengaruhi visi hidup anak-anak di Kampung Keputih Tegal Timur ini.
Ketua Inspiring Youth Educators Mustofa Sam menjelaskan dia dan beberapa mahasiswa yang tergabung dalam komunitas Inspiring Youth Educators meluangkan waktu untuk berbagi kepada anak-anak dari keleuarga ekonomi kelas menengah ke bawah yang kurang mendapatkan pendidikan. Dia dan kawan-kawannya memberikan metode pembelajaran dengan slogan belajar sambil bermain.
Komunitas Inspiring Youth Educators (IYE) Surabaya jelas Mustofa berdiri pada 17 Januari 2013. Di dalamnya ada mahasiswa dari berbagai kampus. Mereka berasal dari ITS, Unair, UINSA, Unesa, dan Ciputra. Jumlahnya memang belum terlalu banyak. Hingga kini terdapat 30 orang yang tergabung dalam komunitas tersebut. Meski mayoritas diprakarsai mahasiswa, komunitas itu membuka lebar kesempatan bagi mereka yang concern pada pendidikan.
“Untuk saat ini, baru dua kampung yang kami asuh, yaitu Kampung Bratang Wetan dan Kampung Keputih Tegal,” ujar Mustofa.
Di Kampung Keputih Tegal, dia dan teman-temannya  harus ekstrasabar dalam menghadapi anak-anak maupun orang tua mereka.
“Karena energi anak-anak di sini sangat luar biasa. Mereka aktif sekali. Tetapi, aktif yang kurang terkendali. Maka, kami berusaha untuk mengarahkan menjadi lebih baik,” kenang Mustofa. Oleh karena itu, di Kampung Keputih Tegal diterapkan edukasi belajar sambil bermain dengan menggunakan media. Misalnya, mengenalkan permainan tradisional yang saat ini mulai terkikis arus modern. Rupanya, banyak anak di kampung tersebut yang tidak mengenal permainan tradisional seperti patel lele, engkle, bekel, dan benteng-bentengan.
“Ini miris. Sebab, anak-anak itu lebih memilih menyendiri dengan gadget masing-masing,” ungkap Mustofa. Padahal, dalam permainan tradisional, anak-anak dapat belajar banyak hal. “Seperti kebersamaan, gotong royong, mengasah kreativitas, dan meningkatkan rasa empati terhadap sesama,” jelasnya lagi.

Sentuhan CSR Astra, Percepat Perubahan Wajah Kampung
Keterlibatan dan perhatian kalangan LSM lingkungan dan pegiat sosial dalam memberikan sentuhan terhadap masyarakat Kampung Tegal Timur memang perlahan mulai menampakkan hasil dari tahun ke tahun. Dari sebelumnya tahun 2011 kampung ini hanya peringkat 500 besar lomba Kampung Green and Clean, di tahun 2012 Kampung ini masuk peringkat 100 besar untuk lomba yang sama. Dan pada September 2013 kampung ini menjadi pemenang lomba kampung hijau dalam kategori pemula lingkungan berbunga.

Program Kampung Berseri Astra berhasil mengubah wajah kampung Keputih Tegal Timur yang semula panas dan gersang menjadi hijau dan sejuk

Program Kampung Berseri Astra berhasil mengubah wajah kampung Keputih Tegal Timur yang semula panas dan gersang menjadi hijau dan sejuk

Lingkungan kampung yang awalnya panas dan gersang kini  terlihat hijau dan sejuk. Kesadaran masyarakat untuk menempuh pendidikan juga mulai bangkit.
“Meskipun saya dibesarkan dari sampah, saya ingin anak-anak saya bisa lebih baik lagi. Jangan sampai karena tidak sekolah mereka akan senasib dengan saya,” kata Sutikno warga Kampung Keputih Tegal Timur saat diitemui Bhirawa di toko kelontong miliknya. Sebelum memilih usaha membuka toko, Sutikno 10 tahun yang lalu juga seorang pemulung sampah.
Kesadaran untuk mengubah nasib itu diawali dengan kedatangan beberapa anak muda dan aktifis kampus yang tak kenal lelah dari pintu ke pintu mengajak warga untuk berubah.
“Saya lupa namanya yang jelas mbak-mbak dari ITS dan Unair datang ke rumah dan selalu menanyakan dan mengajak anak-anak belajar dengan fasilitas seadanya,” tutur Sutikno dengan mata menerawang.
Usaha toko kelontong yang digeluti sejak 2010 tersebut menurutnya merupakan jalan yang ditempuh untuk mengubah nasibnya.
“Meski awalnya sepi, namun perlahan kampung ini mulai ramai didatangi orang luar,” jelasnya sambil tersenyum.
Menurut Sutikno, perubahan yang paling dirasakannya adalah ketika PT Astra secara khusus terlibat aktif dalam pengembangan kampung, dan puncaknya Kampung Keputih  Tegal Timur diresmikan sebagai Kampung Berseri Astra setahun yang lalu.
“Setelah itu banyak orang datang kesini. Dan toko saya juga makin ramai,” katanya dengan gembira.
Ya, setahun yang lalu tepatnya 14 Oktober 2014 PT Astra International Tbk  meresmikan Kampung Keputih Tegal Timur sebagai Program Kampung Berseri Astra. Konsepnya adalah menjadikan sebuah wilayah dengan lingkungan yang bersih dan hijau serta masyarakat yang sehat, cerdas dan produktif. Program ini sebagai bagian dari Corporate Social Responsibility (CSR) yang dijalankan oleh Astra. Keterlibatan Astra dalam menata Kampung ini mempercepat proses penataan dan pengembangan kampung ini secara signifikan.

Presiden Direktur PT Astra Internasional Priyono Sugiarto

Presiden Direktur PT Astra Internasional Priyono Sugiarto

“Kampung Berseri Astra merupakan wujud sumbangsih program Corporate Social Responsibility (CSR) yang bergerak di empat pilar, baik pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan dan pembinaan usaha kecil menengah. Dan kampung ini mewakili semuanya,” jelas Presiden Direktur PT Astra Internasional Prijono Sugiarto, saat dikonfirmasi Bhirawa dalam sebuah kesempatan.
Kampung Keputih Tegal Timur terpilih menjadi wilayah binaan Astra karena memenuhi tiga kriteria, yakni memiliki tata lingkungan kampung yang baik, terdiri dari warga kampung yang suka bergotong royong dan memiliki kemudahan akses bersosialisasi serta mudah dalam pengawasan program CSR.
Kampung Keputih Tegal Timur terletak di belakang bekas area Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Keputih. Penduduknya sebagian besar berada di kelas prasejahtera dengan pekerjaan mayoritas buruh harian, pemungut sampah atau ibu rumah tangga. Selain itu, lanjut Prijono, kondisi lingkungan yang dekat dengan laut, suhu udara yang panas serta minimnya pasokan air bersih membuat kampung ini terlihat gersang dan tidak Berseri.
Senior General Manager Head of Public Relations Division Corporate Communication Yulian Warman menambahkan, dukungan dari pemerintah dan masyarakat yang menjadi faktor penting yang menentukan keberhasilan program yang dimulai sekitar dua tahun lalu dengan menghabiskan dana sekitar Rp 400 juta itu.
Kedepan, rencana pembangunan dan pengembangan Kampung Keputih Tegal Timur ini dilakukan dalam tiga tahapan, yakni pada 2013-2014 menjadi kampung yang bersih dan Berseri, pada tahun 2015-2016 menjadi pusat wisata edukatif dan tahun 2020 menjadi ikon Kota Surabaya.
“Kelebihannya adalah kampung ini memiliki usaha kecil menengah yang dikerjakan langsung oleh ibu-ibu, pusat pembudidayaan tanaman dan pembuatan kompos. Selain itu, juga sebagai pusat pelatihan bagi pengunjung yang ingin belajar bercocok tanam dan membuat pupuk kompos,” imbuhnya.
Saat ini kampung tersebut sudah berubah menjadi lingkungan yang hijau dengan berbagai fasilitas yang mendukung kegiatan masyarakat, seperti rumah pintar, rumah hijau, bank sampah, hingga instalasi pengolahan air bersih. Kampung Keputih Tegal  Timur yang dulu  dikenal panas, bau dan gersang kini mulai terlihat Berseri. Apalagi saat ini ada Taman Keputih Tegal Surabaya yang sangat menarik. Selain karena indah bunga-bunganya juga dapat menjadi tempat olahraga. Olahraga lari di Taman Keputih Tegal Surabaya di pagi hari atau sore hari memang sangat menyehatkan. Di pagi hari Taman Keputih Tegal Surabaya sangat sejuk. Memang, taman ini belum 100 persen selesai. Bila program taman ini tuntas, bisa dibayangkan akan semakin menawan taman ini. Sampai 2015, Astra telah membina 16 Kampung Berseri Astra yang tersebar di wilayah Jakarta, Kepulauan Seribu, Tangerang, Surabaya, Bandung, Bali, Balikpapan, Bekasi Depok, dan Sulawesi Barat. Jika program Kampung Berseri Astra bisa dikolaborasikan dengan berbagai program CSR dari perusahaan lain, tentu akan membawa dampak yang sangat luar biasa bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Sebagai contoh untuk program pemberdayaan ekonomi seperti pembinaan UKM, Astra bisa menggandeng perbankan.  Sedangkan program kesehatan, Astra dapat menjalin kerja sama dengan rumah sakit ataupun perusahaan farmasi. Harapannya, program ini bisa digelar di wilayah pelosok-pelosok yang kantong kemiskinannya masih besar seperti di Papua.  Jika program ini sudah menjamur di berbagai daerah, tentu angka kemiskinan yang menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2015 mengalami kenaikan 800.000 orang menjadi 28,59 juta jiwa tidak akan terjadi lagi pada masa mendatang.
PT Astra International Tbk terus menggulirkan berbagai program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang dirangkum dalam Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU Indonesia) melalui sembilan yayasan yang berada di bawah naungan mereka.
Hal itu kata Presiden Direktur PT Astra International, Prijono Sugiarto, menjadi bagian dari langkah nyata grup Astra untuk berperan aktif memberikan kontribusi meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia melalui karsa, cipta dan karya terpadu untuk memberikan nilai tambah bagi kemajuan bangsa Indonesia.
“Bagi Astra, kegiatan bisnis tidak terlepas dari lingkungan dan masyarakat sekitar. kami meyakini bahwa perusahaan tidak hanya harus menguntungkan, tetapi juga harus berkelanjutan,” kata Prijono.
PT Astra lanjut Priyono, selama lebih dari 40 tahun telah menjalankan kegiatan CSR bersama sembilan yayasannya, yang dicanangkan melalui empat pilar utama yakni pendidikan, lingkungan, usaha kecil dan menengah (UKM) serta kesehatan. Kesembilan yayasan tersebut adalah Yayasan Toyota & Astra, Yayasan Dharma Bhakti Astra, Yayasan Astra Bina Ilmu, Yayasan Astra Honda Motor, Yayasan Amaliah Astra, Yayasan Karya Bakti United Tractors, Yayasan Pendidikan Astra Michael D. Ruslim, Yayasan Astra Agro Lestari dan Yayasan Insan Mulia Pamapersada Nusantara.
Merujuk pada data yang disajikan di laman www.satu-indonesia.com  bahwa di Grup Astra mencatat hingga 2014, di bidang pendidikan mereka telah menjalan CSR dengan menyalurkan 159.245 paket beasiswa, membina 13.262 sekola dan membina 28.199 tenaga pengajar.Sementara di bidang lingkungan Astra hingga 2014 telah menanam sedikitnya 3.333.456 batang pohon dan membudidayakan 805.346 tanaman mangrove. Kemudian pada bidang kesehatan, Astra hingga 2014 melalui keberadaan mobil kesehatan Astra (Mokesa) telah melayani sedikitnya 94.296 orang pasien, membina 915 unit Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan mengumpulkan 126.452 kantong darah dalam berbagai rangkaian donor darah. Selain itu dalam pilar keempat yang menyasar pada pemberdayaan ekonomi masyarakat, tidak kurang dari 8.646 UKM telah mendapatkan pembinaan dari Astra hingga 2014 yang diperkirakan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 57.837 orang.

CSR sebagai Strategi Brand Building dan Corporate Image
Kesadaran perusahaan bahwa nasib dirinya tergantung juga pada kondisi lingkungan dan masyarakat sekitar memang meningkat akhir-akhir ini. Hal ini setidaknya bisa terlihat dari meningkatnya aktivitas perusahaan-perusahaan untuk melakukan kegiatan sebagai bentuk corporate social responsibility (CSR). Selain PT Astra, perusahaan besar seperti Telkom juga aktif  menyumbangkan komputer dan membantu koneksi Internet di desa-desa, Sampoerna dan Djarum yang rajin memberikan beasiswa, atau Unilever yang melalui produk Lifebouy membantu pembangunan kakus yang higenis di desa-desa.

Drs Suko Widodo, MSi

Drs Suko Widodo, MSi

“Siapapun yang melakukan hal-hal tersebut, dan apapun yang dilakukan mereka, kita tentu layak memberi mereka pujian. Kita juga berharap lebih banyak lagi perusahaan-perusahaan yang mengikuti jejak mereka,” kata dosen Komunikasi Universitas Airlangga (Unair) Suko Widodo di kampus Unair, Rabu (23/12/2015). Sayangnya, lanjut Suko, kebanyakan perusahaan masih melihat CSR sebagai bagian dari biaya atau tindakan reaktif untuk mengantisipasi penolakan masyarakat dan lingkungan.
Menurut Suko, beberapa perusahaan memang mampu mengangkat status CSR ke tingkat yang lebih tinggi dengan menjadikannya sebagai bagian dari upaya brand building dan peningkatan corporate image. Namun upaya-upaya CSR tersebut masih jarang yang dijadikan sebagai bagian dari perencanaan strategis perusahaan.
Lebih lanjut menurut Suko Widodo, beberapa perusahaan besar dan kalangan akademis dari Harvard Business School termasuk Michael Porter, Clayton Christensen, dan Rosabeth Moss Kanter telah berhasil membuktikan program-program CSR yang disinergikan dengan strategi perusahaan akan memberikan dampak yang jauh lebih besar kepada masyarakat dan perusahaan itu sendiri dibanding upaya-upaya CSR yang ala kadarnya.
Menurut mereka, lanjut Suko hanya dengan menjadikan CSR sebagai bagian dari strategi perusahaan, program-program CSR tersebut bisa langgeng. Karena strategi perusahaan terkait erat dengan program CSR, perusahaan tidak akan menghilangkan program CSR tersebut meski dilanda krisis, kecuali ingin mengubah strateginya secara mendasar. Sementara pada kasus-kasus CSR pada umumnya, begitu perusahaan dilanda krisis, program CSR akan dipotong terlebih dahulu.

Drs Imung Mulyanto, MSi

Drs Imung Mulyanto, MSi

Dikonfirmasi terpisah, praktisi media Imung Mulyanto mengapresiasi apa yang dilakukan PT Astra dengan program Kampung Berseri Astra-nya. Dengan program semacam itu lanjut Imung, CSR bagi PT Astra tidak hanya menjadi suatu kewajiban yang dilakukan oleh sebuah perusahaan, namun  CSR menjadi gerbang yang menuntun perusahaan kepada kesuksesan brand mereka.
“CSR yang baik mampu mengangkat nilai brand tersebut, menguntungkan secara bisnis, serta menciptakan kedekatan emosi antara brand dengan masyarakat. Dan itu telah dilakukan PT Astra dengan konsep Kampung Berseri yang dikampanyekan ,” kata Imung saat ditemui di kantornya, Rabu (23/12/2015).
Tantangan yang harus dijawab terkait hal tersebut adalah bagaimana membangun konsep CSR yang benar-benar efektif dalam menjalankan fungsi sosial, namun tidak melupakan tujuan perusahaan untuk mencari keuntungan. Selain itu, bagaimana membangun konsep CSR yang memiliki dampak positif terhadap peningkatan keuntungan perusahaan, namun bukan berarti semata mencari keuntungan melalui “kemasan” tanggungjawab dan kepedulian sosial.
Menurut Imung, tidak semua perusahaan memiliki program CSR, bahkan tidak semua perusahaan memiliki divisi Public Relation (PR) atau divisi lain yang biasanya diberikan tugas khusus untuk mengurusi permasalahan CSR.
“Kalaupun ada perusahaan yang mengagendakan CSR, itu hanya dirangkap oleh divisi lain yang memiliki kedekatan fungsi dalam mencapai tujuan perusahaan untuk mendongkrak penjualan dan meningkatkan keuntungan perusahaan, misalnya divisi pemasaran (marketing),” kata Imung yang kini menjadi salah satu manajer di salah satu stasiun televisi lokal di Surabaya ini. Alasan bagi perusahaan yang mengambil langkah ini lanjut Imung, selain untuk efektifitas anggaran, perusahaan yang seperti ini biasanya memiliki orientasi yang terfokus kepada penjualan dan memperoleh keuntungan semata. Selain itu, ada juga diantara perusahaan tersebut yang hanya membuat program CSR sebagai langkah taktis untuk mendongkrak penjualan dan meningkatkan keuntungan perusahaan.
Bagi perusahaan seperti ini, PR atau CSR dianggap sebagai divisi dan program yang sekadar “menghabiskan uang perusahaan” saja. Selain lemah secara tanggungjawab dan kepedulian sosial, mereka belum menyadari arti penting program jangka panjang untuk keberlangsungan dan peningkatan keuntungan perusahaan di masa yang akan datang. Dengan kata lain, mereka belum menyadari CSR sebagai sebuah program investasi jangka panjang perusahaan.
Sementara itu terkait strategi sebuah perusahaan yang melakukan program CSR semata untuk mendongkrak penjualan dan meningkatkan keuntungan, menurut Imung langkah seperti ini memang ada benarnya juga. Tidak sedikit program-program CSR yang dilakukan perusahaan memiliki dampak secara langsung karena memang sengaja diarahkan untuk mendongkrak penjualan dan peningkatan keuntungan perusahaan.  Program CSR  “dadakan” ini biasanya dilakukan dengan disertai publikasi yang diarahkan kepada menarik simpati publik sehingga terdorong untuk membeli produk. Selain itu, ada juga perusahaan yang menerapkan strategi keikutsertaan publik dalam program CSR dengan membeli produk tertentu. Namun demikian, langkah instan mengagendakan program CSR untuk meraup keuntungan seperti ini tidak akan memberikan dampak positif yang bertahan lama. Selain anggaran yang akan terus membengkak, pogram CSR yang memang tidak direncanakan untuk jangka panjang akan menjadikan menurunnya kualitas kinerja divisi yang dibebani pekerjaan yang bukan merupakan tugas utamanya.
Persoalan lain yang akan muncul ketika perusahaan yang menjadi kompetitor menggunakan strategi tandingan yang hampir sama, sama, bahkan dengan teknik yang lebih mutakhir. Penghancuran karakater perusahaan di mata masyarakat dan para konsumen tentunya akan sangat berpengaruh kepada penjualan dan penghasilan perusahaan.
Hal yang juga perlu diingat tegas Imung, yaitu kondisi masyarakat dan konsumen saat ini yang sudah cerdas.
“Mereka dapat membedakan mana perusahaan yang benar-benar melakukan program CSR dan mana perusahaan yang melakukan program CSR hanya untuk mendongkrak penjualan dan meningkatkan keuntungan perusahaan semata,” kata Imung. Untuk membangun program CSR yang benar-benar berguna bagi masyarakat dan memiliki dampak positif terhadap penjualan dan peningkatan keuntungan perusahaan, dibutuhkan pemberian program yang memiliki manfaat jangka panjang yang sekaligus dikelola dengan melibatkan masyarakat dan stake holder terkait lain secara berkesinambungan.
“Saya pikir PT Astra telah melakukan itu dengan baik lewat program Kampung Berseri-nya,” tandas Imung lagi. Apalagi, lanjut Imung program ini dikelola dengan mengikutsertakan masyarakat dan mengedepankan kemandirian masyarakat untuk mengurusi keberlanjutan program tersebut. [wahyu kuncoro]

Tags: