Sepakbola Piala Presiden

Piala Presiden (1)Pengharapan prestasi sepakbola Indonesia, mulai bersemi. “Dahaga” liga sepakbola mulai terobati. Pelatih dan pemain, bisa kembali memberi penghiburan kepada masyarakat. Maka pertandingan liga sepakbola Piala Presiden, tahun 2015, bagai titik tolak per-sepakbola-an. Namun masih diperlukan melobi FIFA, agar Indonesia bisa kembali diakui. Serta dapat berpartisipasi dalam ajang internasional, setidaknya pada even ASEAN Games.
Setelah pembekuan PSSI (dan seluruh pertandingan tidak diberi izin) oleh pemerintah, sepakbola Indonesia bagai mati suri. Beberapa pemain profesional coba beralih bermain pada ajang amatir, termasuk pertandingan antar kampung. Selain untuk mempertahankan ketrampilan, juga untuk mempertahankan “urusan dapur.” Sebab selama pembekuan liga, seluruh pemain tidak memperoleh penghasilan yang biasa diperoleh dri klub.
Piala Presiden, telah digelar sejak hari Ahad (30 Agustus 2015) lalu. Presiden Jokowi membuka langsung kompetisi itu di stadion Kapten Dipta di Desa Buruan, Gianyar. Liga terbagi secara teritorial pada empat kota: Gianyar (Bali), Malang (Jawa Timur), Bandung (Jawa Barat), dan Makasar (Sulawesi Selatan). Masing-masing grup diikuti empat klub. Sistem kompetisi berjenjang dimulai dengan empat babak. Yakni 16 besar, delapan besar (perempat final), empat besar (semi final), serta final.
Hasilnya, seluruh klub tuan rumah, melaju ke babak perempat final. Bali United (yang diasuh pelatih Indra Sjafire), di grup C, menjadi kesebelasan pertama memastikan diri melaju ke babak kedua. Disusul Persib Bandung (grup A), setelah memenangi dua pertandingan. Poin penuh (6) dipastikan setelah mengalahkan Persebaya United dengan skor 2-0 di stadion Jalak Harupat, Bandung. Di grup B, Arema meraih satu tiket ke perempatan final. Sedangkan di grup D, PSM Makasar juga memastikan diri maju ke delapan besar.
Dahaga sepakbola nampak ter-lipur. Sebanyak 16 klub mengikuti Piala Presiden, tiga diantaranya promosi dari Divisi Utama. Seluruh klub yang pernah menjuarai liga Indonesia (selama 20 tahun terakhir) turut berpartisipasi. Kecuali beberapa klub sudah bubar (antaralain Petro Kimia Putra, juara tahun 2001-2002). Selain animo klub, kerinduan terhadap liga sepakbola juga dibuktikan dengan jumlah penonton yang memadati tribun. Hampir seluruh stadion full-seat.
Animo besar lainnya, nampak pada banyak kartu kuning (bahkan kartu merah) diberikan kepada pemain. Ini menandakan “semangat” bermain yang berapi-api. Namun, yang paling “diharamkan” (dimulai pada Piala Presiden) adalah memukul wasit. Jika terjadi, akan diganjar kartu merah, serta denda Rp 100 juta. Juga masih dilanjutkan dengan pelaporan kepada polisi sebagai tindak pidana.
Beberapa mantan pelatih timnas (senior maupun U-23 dan U-21), juga nampak di lapangan, memberi semangat anak asuhnya. Yang paling “bersinar” adalah couch Indra Sjafrie, yang sukses menghantar Bali United. Namun nasib kurang baik dialami Rahmad Darmawan yang menangani Persija. Tetapi Piala Presiden tidak akan bermakna, manakala Indonesia tidak memiliki timnas yang mampu bertanding pada even internasional, karena tidak diakui FIFA.
Maka pemerintah mesti berhasil melobi FIFA. Konon akan dilakukan oleh Menpora Imam Nahrowi hari ini pada forum OCA (Dewan Olimpiade Asia). OCA akan menyelenggarakan sidang di Turkmenistan, membahas pelaksanaan Asian Games di Indonesia. Ketua OCA, Syeikh Ahmad Al Fahad Al Sabah (sekaligus sebagai komite eksekutif FIFA), diminta “menjembatani.” Sehingga “dahaga” prestasi sepakbola bisa coba direguk kembali.
Selain itu, juga diperlukan kompetisi lain per-sepakbola-an. Boleh saja dilaksanakan dua liga. Sebagaimana di Spanyol, ada La-Liga BBVA, ada pula Copa del-Rey (Piala Raja). Di Inggris malah terdapat tiga liga berbeda. Diperlukan ke-lapangan hati untuk menghindari liga tunggal. Tapi ini demi revolusi per-spakbola-an Indonesia!

                                                                                                          ————- 000 ————–

Rate this article!
Sepakbola Piala Presiden,5 / 5 ( 1votes )
Tags: