Sepakbola Tanpa Kekerasan

Sepakbola Tanpa KekerasanUlah suporter sepakbola Indonesia makin tidak terkendali. Telah memasuki fase darurat suporter. Sebagian kelompok nyata-nyata dipimpin oleh preman. Sering menyulut kericuhan (tindak kekerasan) di sepanjang perjalanan. Mencegat kendaraan suporter klub lawan, sampai merusak angkutan umum (kereta-api). Memukul dengan senjata tajam, melempar batu dan membunuh suporter klub lawan, menjadi salahsatu tujuan. Sudah banyak korban harta dan jiwa masyarakat!
Diperlukan pembinaan lebih keras oleh aparat keamanan. Metode (dan alat) pengamanan harus dipersiapkan bagai menghadapi demo anarkhis. Sehingga perjalanan kelompok suporter mesti dikawal sejak beberapa kilometer sebelum stadion. Begitu pula pada tribun penonton dalam stadion mesti dipasang alat cctv (kamera intai). CCTV diperlukan untuk pembinaan (dan penegakan hukum) terhadap suporter jahat.
Tragedi kebrutalan terjadi pada pertandingan pekan keempat ISC (Indonesia Soccer Championship), di Sleman Yogyakarta, dan Gresik. Kerusuhan di jalan menuju stadion menyebabkan seorang suporter PSS Sleman, meninggal dunia. Bus yang ditumpangi dihadang, dan diserang. Terdapat luka bacok di kepala, dan luka tusuk. Di Gresik, kerusuhan suporter PS TNI sampai menyebabkan pertandingan dihentikan selama 20 menit.
Tiada klub sepakbola tanpa suporter. Hidup-mati klub ditentukan oleh geliat suporter. Di Eropa, klub paling profesional pun akan “mati” manakala ditinggalkan suporter. Penghasilan klub, bergantung pada suporter. Selain tiket masuk (yang mahal), juga penjualan berbagai jersey klub. Serta pembayaran hak tayang (siar) televisi dan radio. Seluruhnya berbasis “kantong” suporter. Hal itu disebabkan suporter memiliki tipe psikologis ke-gila-an (fanatik) dan emosional.
Fanatisme suporter terhadap klub (dan pemain), nyaris tak terukur. Jika ditemukan dengan klub atau pemain idola, suporter akan seperti kumpulan “bebek” yang mengikuti perilaku bebek terdepan. Karena itu diperlukan manajemen “angon” suporter, agar tidak berdampak kerugian mendalam dan terasa pedih. Namun beberapa klub memilih cara “angon” tidak sehat. Diantaranya, men-subsidi harga tiket (sampai meng-gratis-kan).
Padahal, “angon” suporter bisa dilakukan dengan cara elegan oleh manajemen klub. Misalnya, mengkoordinir suporter. Termasuk penjualan tiket masuk, sebesar-besarnya (sampai 80%) dilakukan berimbang untuk kedua klub. Bilamana perlu, dibedakan dengan warna tiket. Pintu masuk juga dipisah berdasar warna tiket. Yel-yel, seyogianya dipimpin oleh seorang “dirijen.” Seperti dilakukan kelompok suporter Aremania di dalam stadion. Namun di luar stadion, banyak suporter lain merusak kendaraan (mobil pribadi) ber-plat nomor “musuh.”
Sudah beberapa kali ulah suporter menyebabkan kerugian. Juga memalukan, karena terjadi pada even internasional. Ingat misalnya, ketika laga melawan kesebelasan Arab Saudi di Jakarta. Suporter menyalakan petasan dam melempar botol air mineral ke arah suporter Arab Saudi. Aksi anarkhis ini memicu denda sebesar US$ 10 ribu, plus tambahan denda US$ 5 ribu, karena ulah suporter itu bukan yang pertama.
Denda itu merupakan pelajaran berharga, agar suporter tidak berlaku anarkhis lagi, terutama pada laga internasional. Jika anarkhisme suporter tetap terjadi, terutama di dalam arena, maka dipastikan tidak akan ada kesebelasan luar negeri yang bersedia bertanding di Indonesia. Akan sangat merugikan, sekaligus memalukan.
Tetapi yang paling memalukan, adalah pengerahan suporter sebagai “mesin” politik. Masih banyak klub sangat bergantung pada APBD, direstui oleh Kepala Daerah. Beberapa kisah sukses klub menjadi juara liga nasional, karena disokong anggaran daerah. Ini, nyata-nyata KKN (kolusi, korupsi dan nepotisme). Klub dan perserikatan yang telah bertanding pada even profesional, seharusnya telah disapih dari kas daerah.
Ini petuah dari sang mega-bintang sepakbola Diego Maradona: “Sepakbola jangan dicampur dengan politik.” Sulitnya (di Indonesia), politik telah menjadi induk pengasuh sepakbola!

                                                                                                                  ———   000   ———

Rate this article!
Sepakbola Tanpa Kekerasan,5 / 5 ( 1votes )
Tags: