Sepenggal Kisah Frontage Road

Oleh :
Toat Tridjono
Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur. 

Tulisan ini mencoba mewakili Pikiran semua orang yang sering, atau bahkan hanya pernah, melewati jalan A Yani mulai dari Bundaran Waru sampai sekitar Kebun Binatang Surabaya (KBS) atau sebaliknya. Ini merupakan jalan akses utama keluar masuk Kota Surabaya dari arah selatan dan barat, yang tiap harinya dilalui sekitar satu juta orang.
Pengantar
Kota Surabaya merupakan magnet ekonomi terbesar kedua Nasional, yang berdampak langsung terhadap kebutuhan berbagai infrastruktur, termasuk kebutuhan prasarana dan sarana transportasi. Ketika kebutuhan perumahan tidak dapat dipenuhi oleh Kota Surabaya, sementara intensitas kegiatan ekonomi terus meningkat, dan akan makin meningkat dimasa depan, maka volume commuter juga akan semakin berlipat di masa mendatang. Oleh karena itu jalan A Yani harus mampu mengantisipasi semua ini, dan frontage road merupakan salah satu upayanya. Tetapi dengan pembangunan jalan baru disamping jalan A Yani saja itu sudah cukup? Karena kenyataan dilapangan, dengan adanya frontage road, disamping hal positif, juga ternyata banyak sekali hal negatif yang muncul.
Fungsi Frontage Road
Secara harfiah, Frontage Road adalah jalan Samping, jalan pelayanan pada kegiatan sepanjang jalan utama sehingga tidak mengganggu jalan utama, atau akses tidak langsung masuk dari kapling menuju jalan utama. Frontage road yang sesungguhnya, sebagai gambaran saja, adalah pada sepanjang jalan Jogja – Solo yang biasanya digunakan untuk kendaraan tidak bermotor atau kendaraan kecepatan rendah, eksis sampai tahun 1995-an. Ketika volume lalu lintas terus meningkat, dan kendaraan tidak bermotor mulai disisihkan dari jalan raya, maka frontage road sepanjang sekitar 100 km pada kanan dan kiri jalan utama tersebut akhirnya hilang oleh pelebaran jalan utama.
Nah, ketika volume lalu lintas pada koridor utama A Yani terus meningkat dan semakin padat, maka muncullah ide untuk melebarkan jalan dengan membangun frontage road, untuk memilah arus cepat dan arus lambat, untuk memilah kendaraan R4 atau lebih dengan kendaraan R2, untuk memberi ruang bagi kendaraan non bermotor yang ramah lingkungan, sehingga diharapkan hasil akhirnya lalu lintas akan lebih tertib, teratur, lancar, aman, nyaman, manusiawi dan bersopan santun, serta tentu ramah lingkungan. Hmmm…. indah sekali.
Lalu, setelah pembangunan frontage road hampir selesai, apakah tujuan tersebut terwujud? Ternyata tidak, disana tidak ada jalur lambat, tidak ada pemisahan arus untuk masing-masing moda kendaraan, tidak ada jalur R2 dan kendaraan tidak bermotor, bahkan rasanya lalu lintas makin tidak tertib, kepadatan semakin meningkat dan bahkan kemacetan makin mengerikan. Apakah ini karena jumlah kendaraan semakin banyak? Ya, tentu jawabannya ya. Tetapi sesungguhnya frontage road bisa berbuat dan berperan lebih banyak dalam mengatasi kemacetan, mengurangi resiko laka, dan tentunya meningkatkan kenyamanan jika dibangun secara lebih tepat dan lebih efisien.
Konsep Pembangunan Frontage Road
Sesuai namanya, maka konsep pembangunan sepanjang samping jalan utama A Yani adalah jalan frontage road, tetapi yang terjadi sekarang, jalan samping itu tidak berfungsi sebagai frontage road, tetapi juga sebagai jalan utama, bahkan tidak ada pemisahan fungsi jalur jalan maupun jenis kendaraan. Bahkan dalam beberapa minggu terakhir ini, sedang diupayakan agar R2 tidak melalui jalan utama, tapi melalui frontage road, tetapi realisasinya sangatlah sulit, terutama pengaturan pada persimpangan dan U turn.
Ini semua terjadi disebabkan desain pembangunan frontage road ini hanya sekedar membangun jalan pada lahan yang telah dibebaskan. Dan agar jalan lama tidak terganggu, tidak banyak dibongkar, maka jalan lama dibiarkan apa adanya, lalu dibangun jalan baru yang lebih lebar sesuai lahan yang dibebaskan. Alhasil, jadilah jalan yang sejajar, yang fungsi, desain dan pemanfaatanya saling gak nyambung, akhirnya pak polisi yang bingung mengatur lalu lintasnya.
Mestinya pembangunan jalan samping ini berdasarkan kaidah dan fungsi frontage road yang sebenarnya, yaitu jalan samping untuk jalur lambat, untuk R2, untuk angkutan umum, untuk keluar masuk kapling sehingga tidak mengganggu arus lalu lintas pada jalan utama. Kondisi yang ada tidak begitu, jalan samping lebih lebar, lebih mudah untuk kecepatan tinggi, dan jalan utama bahkan menjadi lebih lambat.
Disamping itu, dengan adanya frontage road mestinya juga mampu mengurangi perlambatan lalu lintas (bahkan kemacetan) pada persimpangan dan U turn. Tapi yang terjadi ternyata sebaliknya, persipangan menjadi semakin ruwet, misalnya dengan adanya frontage road maka kemacetan dari arah margorejo menjadi semakin parah, atau kemacetan seputar Wonokromo tetap atau bahkan semakin parah.
Dengan sebegitu lebarnya jalan A Yani, maka etalasi masuk Kota Surabaya ini harusnya bisa didesain secara apik, baik dari sisi transportasi, arsitektur kota, estetika lingkungan dan bahkan bisa menjadi bagian dari daya tarik pariwisata, sehingga A Yani ini akan mencerminkan lalu lintas yang tertib, rapi, lancar, nyaman dan bersahabat. Disamping itu juga perlu mencerminkan sebagai koridor jalan yang hijau, sejuk dan nyaman bagi pengguna kendaraan bermotor maupun pejalan kaki.
Tampaknya pembangunan frontage road ini hanya berdasarkan desain dan pertimbangan sipil semata, tidak didasarkan pada kebutuhan untuk memenuhi aktifitas transportasi yang efektif dan efisien. Dengan desain jalan yang ada pada saat ini, sangat mustahil akan tercipta lalu lintas yang efektif dan efisien, tertib berlalu lintas, teratasinya permasalahan pada persimpangan dan U turn, kenyamanan dalam berkendara, bahkan ruang untuk kendaraan tidak bermotorpun tidak tersedia. Menjadi ironis ketika volume lalu lintas meningkat sangat pesat dari tahun ke tahun, yang membutuhkan ruang jalan yang lebih memadai, sementara di sisi lain pelebaran jalan A Yani, atau lebih dikenal sebagai frontage road, tidak didesain dengan baik, tidak akomodatif terhadap permasalahan di masing-masing titik lalu lintas. Oleh karena itu, kiranya Koridor A Yani ini perlu didesain ulang secara menyeluruh, yang lebih memperhatikan kebutuhan aktivitas lalu lintas yang lebih efektif dan efisien, yang mampu mendorong pengguna jalan untuk lebih tertib dan menumbuhkan kesadaran berlalu lintas yang lebih manusiawi, desain yang mampu mewujudkan keindahan kota, desain yang ramah lingkungan dan nyaman untuk pejalan kaki.
Beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan dalam desain jalan A Yani antara lain :
Pertama, Desain jalan, terutama terkait dengan kebutuhan jumlah lajur untuk R4 atau lebih, untuk R2, dan kendaraan non bermotor harus proporsional dengan jumlah masing2 jenis kendaraan yang ada pada pada saat ini dan proyeksinya. Dengan demikian maka pengaturan arus lalu lintas berdasarkan jenis moda kendaraan akan menjadi lebih mudah.
Kedua, Spot kepadatan dan kemacetan adalah pada persimpangan dan U turn, maka pada titik ini harus ada desain khusus sehingga permasalahan lalu lintas yang ada di jalan A Yani dapat diatasi. Desain jalan yang ada saat ini sama sekali tidak mengakomodir kebutuhan pada persimpangan dan U turn, padahal permasalahan lalu lintas yang banyak muncul justru pada titik ini.
Ketiga, Meskipun secara konseptual frontage road untuk arus lambat, yang berkonotasi bahwa jalan utama menjadi jalur cepat, tetapi pada Jalan A Yani sudah tidak memungkinkan untuk jalur cepat, dengan kecepatan 40 km/jam saja pemakai jalan sudah Alhamdulillah. Oleh karena itu desain kecepatan ini menjadi penting, yang tentunya berimplikasi pada desain alignment vertical maupun horizontal, rambu2, marka dan petunjuk jalan maupun alat bantu lalu lintas lainnya.
Keempat, Perlu memperhatikan pejalan kaki dan pengguna kendaraan tidak bermotor. Trotoar yang ada sudah cukup bagus, namun pemanfaatannya masih belum optimal, sehingga perlu dukungan desain yang lebih memperhatikan aspek keindahan, kemudahan dan keselamatan serta dukungan fasilitas lainnya. Di beberapan negara, jalur untuk sepeda ontel disediakan tersendiri, yang betul2 terpisah dari kendaraan lain, sehingga pengguna sepeda ini betul-betul aman dan nyaman.

———– *** ————

Rate this article!
Tags: