Sepi, Pusat Oleh- Oleh Kota Probolinggo Terdampak Tol Paspro

Akibat tol Paspro pusat oleh-oleh ketapang sepi pembeli.

Probolinggo, Bhirawa
Paska beroperasinya tol Pasuruan Probolinggo (Paspro) dirasakan pedagang oleh-oleh Ketapang, Kota Probolinggo, tidak sebaik tahun-tahun sebelumnya. Penjualan mereka anjlok.
Memang saat Bhirawa mengunjungi pusat oleh -oleh Ketapang suasana ramai di sekitar kios pedagang oleh-oleh Ketapang di Kelurahan Ketapang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo. Beberapa mobil pribadi dan kendaraan angkutan umum terparkir berjajar.
Umumnya yang mereka cari adalah tape yang dikemas dalam besek maupun kotak kertas yang telah bertempel merk. Ada juga yang mencari produk olahan tape, seperti brownies tape, tape bakar dan prol tape.
Meskipun terlihat ramai, penjualan berbagai produk oleh-oleh di pusat oleh-oleh Ketapang tidak seramai tahun-tahun sebelumnya. Terutama penjualan selama musim liburan sekolah, natal dan tahun baru dan hari libur lainnya.
Para pedagang, salah satunya Yudi, Senin (8/7) mengaku, penjualan saat ini menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, penurunannya bisa dikata yang paling rendah. Salah satu penyebabnya, karena pengunjung berkurang. Berkurangnya pengunjung tidak lepas dari dibukanya tol Paspro secara fungsional tahun ini.
Dengan difungsikannya tol Paspro, membuat banyak kendaraan yang lewat jalur tol. Akibatnya tentu saja, jalur tengah atau jalur kota jadi sepi. Padahal jika lewat jalur kota, pasti pengendara banyak mampir ke pusat oleh-oleh Ketapang. Karena lewat jalur tol, mereka tidak lagi bisa mampir ke pusat oleh-oleh Ketapang.
Penurunan ini bisa semakin tajam jika tol Paspo dibuka secara resmi bagi kendaraan pribadi maupun transportasi umum. “Sekarang ini penjualan sudah turun. Nggak pelu menunggu tol buka, penjualan liburan sekarang ini paling sepi di antara liburan lainnya,” ujar Edi Sunarko salah satu pemilik kios.
Tahun-tahun sebelumnya, dalam satu hari toko bisa menjual 5-7 kuintal tape. Namun saat ini dalam sehari maksimal 2 kuintal tape yang terjual. “Dulu setiap liburan seperti sekarang tidak ada waktu buat santai-santai. Ada saja orang keluar masuk buat beli tape atau oleh-oleh lain. Sekarnag kerjanya jauh lebih santai daripada sebelumnya,” tandasnya.
Turunnya penjualan tidak hanya pada produk tape, namun hampir semua produk. “Makanya untuk minta kiriman dari pembuat tape juga dikurangi,” ujarnya.
Saat tol Paspro dibuka, lebih banyak lagi kendaraan pribadi atau bus yang lewat tol daripada lewat jalur non tol. Semakin sepi pengunjung pusat oleh-oleh. “Mayoritas yang belanja di sini kan memang pengguna kendaraan dari luar kota yang mencari oleh-oleh,” katanya.
Para pemilik kios berhaap agar di tol Paspro ada penunjuk jalan yang mengarahkan pengguna kendaraan menuju tempat penjualan oleh-oleh Ketapang. Sehingga tempat penjualan ini tetap akan ramai. “Kalau bisa kami-kami ini bisa mendapat tempat di rest area juga,” ujarnya penuh harap.
Sekarang ini rata-rata sehari tidak sampai 2 kuintal tape yang bisa terjual. Padahal sedang musim liburan. Jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Lebih dari 5 kuintal setiap hari bisa terjual saat liburan. “Tidak hanya tape, produk oleh-oleh lainnya juga sama. Makanya berkurang juga kirimannya dari produsen,” timpal Yanti.
Kepala Bappeda Litbang Kota Probolinggo. Rey Suwigtyo, menyebut, pembangunan tol Paspro akan berdampak pada pelaku usaha kecil menengah. Memang, jalan tol akan memudahkan akses transportasi. Namun dampak yang lain, bisa memukul usaha kecil di Kota Probolinggo.
“Pembangunan tol di Probolinggo memang mempermudah akses transportasi. Tapi juga akan berdampak pada sektor yang lain. Ini sedang kami kaji dampaknya,” ujarnya.
Dengan melalui tol, kendaraan seperti bus pariwisata atau kendaraan pribadi tidak lagi lewat jalur tengah Kota Probolinggo. “Karena itu, bus pariwisata jelas tidak akan mampir ke toko-toko oleh-oleh di Kota Probolinggo karena lewat jalan tol lebih cepat,” jelasnya.
Jika hal ini tidak diantisipasi sebelumnya, jelas akan merugikan usaha di Kota Probolinggo. Seperti pusat oleh-oleh yang ada di Ketapang, tidak akan dilewati oleh bus pariwisata maupun kendaraan yang menuju Banyuwangi-Bali dan menuju Surabaya.
Selain itu pelaku usaha di sepanjang Jalan Raya Tongas-Lumbang, Kabupaten Probolinggo, mulai mengeluh. Mereka merasakan adanya jalan tol Pasuruan-Probolinggo (Paspro) tidak membuat usahanya semakin ramai. Padahal, usahanya berada di jalur menuju wisata Gunung Bromo.
Mereka pun menilai, hal ini karena tidak adanya rambu-rambu di exit tol Tongas. Di sana, rambu-rambu yang terpasang dicantumkan arah Bromo ke kanan atau selatan. Sehingga, bagi pengunjung asal Kabupaten Probolinggo, tidak melewati jalan Tongas-Lumbang untuk menuju Bromo.
Dampaknya, sejumlah pelaku jasa wisata, baik pemilik hotel, penginapan, hingga jasa jip di Kecamatan Lumbang, sepi. Seperti di Rest Area Kebunduren dan Rest Area Lambang Kuning, Kecamatan Lumbang. Sejak liburan Lebaran hingga saat ini, sepi. “Kami berharap ada perbaikan rambu tol. Di exit tol Tongas, bisa tambah rambu arah Bromo. Karena di sepanjang jalur Tongas-Lumbang justru sepi,” tambah Zendra salah satu pelaku jasa wisata di Kecamatan Lumbang.(Wap)

Tags: