September 2016, Jatim Alami Inflasi 0,16%

4-tabel-inflasiPemprov, Bhirawa
Rilisdari  Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, kinerja IHK pada September tahun ini, Jatim mengalami inflasi 0,16%, sedangkan inflasi year-on-year September 2016 mencapai 2,69%, lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada periode yang sama tahun lalu yakni 6,70%.
“Dari tujuh kelompok pengeluaran, enam kelompok pengeluaran mengalami inflasi dan satu kelompok pengeluaran mengalami deflasi,” kata Kepala BPS Jatim Teguh Pramono, Senin (3/10).
Dijelaskannya, kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 1,73 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,45 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,27 persen, kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,25 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,11 persen, dan inflasi terendah pada kelompok sandang sebesar 0,04 persen.
Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah kelompok bahan makanan sebesar 0,89 persen.
Sedangkan komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi adalah biaya akademi/perguruan tinggi, tarif pulsa ponsel, bawang merah, batu bata, kontrak rumah, bawang putih, pizza, cabai merah, minyak goreng, dan rokok kretek filter.
Disisi lain, komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya deflasi adalah telur ayam ras, daging ayam ras, wortel, cabai rawit, gula pasir, pepaya, beras, tomat sayur, emas perhiasan, dan semen.
Dari 8 kota di Jatim, sebanyak 7 kota mengalami inflasi yakni tertinggi di Jember (0,22%), Kediri (0,21%), Surabaya (0,18%), Malang (0,17%), Madiun (0,16%), Sumenep (0,04%), dan terendah yakni Banyuwangi (0,02%), sedangkan satu kota mengalami deflasi yakni Kota Probolinggo (0,14%).
Untuk laju inflasi tahun kalender di bulan September 2016 Jatim mengalami inflasi sebesar 1,96 persen, angka ini lebih rendah dibanding tahun kalender September 2015 yang mengalami inflasi sebesar 2,35 persen. Inflasi year-on-year September 2016 Jatim sebesar 2,69 persen, angka ini lebih rendah dibanding inflasi year-on-year September 2015 sebesar 6,70 persen.
Disisi lain, Teguh juga mengatakan, tren atau pola tingkat inflasi/indeks harga konsumen (IHK) di Jatim pada setiap akhir tahun atau momen libur Natal dan Tahun Baru cenderung mengalami kenaikan.
Ia juga menambahkan kalau angka inflasi dalam tiga bulan ke depan memang sulit diprediksi tetapi bila melihat pola dari tahun ke tahun perilaku inflasi menjelang Natal Tahun Baru atau hari besar lebih tinggi dibandingkan Lebaran.
“Pada akhir tahun biasanya inflasi naik lebih tinggi dibandingkan saat momen Ramadan dan Lebaran. Namun apakah November dan Desember tahun ini naik lagi apa tidak sulit diketahui, tapi sepanjang tim pengendalian daerah berjalan efektif, kami rasa naiknya tidak akan tinggi,” katanya. [rac]

Tags: