Serangan Rabuk Putih Resahkan Petani

Salah satu pengusaha mangga sedang melihat langsung lokasi perkebunan mangga jenis Gadung Klune 21 di Desa Oro-oro Ombo Kulon, Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan.

Salah satu pengusaha mangga sedang melihat langsung lokasi perkebunan mangga jenis Gadung Klune 21 di Desa Oro-oro Ombo Kulon, Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan.

Pasuruan, Bhirawa
Cuaca kemarau panjang mengakibatkan pohon mangga dipenuhi rabuk putih. Kondisi ini tentu mengganggu para petani mangga yang akan memanen buahnya karena rabuk putih itu merusak batang pohon mangga.
Tak hanya gagal panen, disaat pohon berbunga pada April lalu ternyata masih di musim hujan, sehingga bunga mangga membusuk dan sebagian kecil yang menjadi buah.
Salah satu petani mangga asal Desa Oro-oro Ombo Kulon, Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan, M Supii menyampaikan tahun ini merupakan tahun musibah, sebab mangga yang semestinya dapat dipetik, ternyata tidak dapat diharapkan lagi. Jika pada tahun sebelumnya untuk setiap pohon bisa dipanen 200 per/kg mangga, namun di musim ini hanya menghasilkan buah sebanyak 1,5 per/kg saja.
“Pada April lalu disaat pohon mangga berbunga ternyata masih hujan sehingga bunga menjadi rontok. Akibatnya pada September-Oktober waktunya panen, buah rusak dan yang dihasilkan hanya sebesar 1-2 persen dibanding panen tahun sebelumnya,” kata M Supii, Kamis (9/10) sore.
Setiap musimnya, pemupukan dilakukan sebanyak tiga kali dan setiap kali untuk satu pohon dibutuhkan 30 kg pupuk KCL. Sedangkan harga pupuk KCL setiap kg sekitar Rp2.900. Sehingga untuk pemupukan selama setahun, satu pohon diperkirakan memerlukan biaya sekitar Rp260.000. “Musim ini tak bisa diharapkan lagi. Karena panen yang saya dapat jauh di bawah 1 ton. Sedangkan saya memiliki 1000 pohon,” terang Supii.
Saat ini harga mangga untuk setiap kg-nya dijual kisaran Rp22.000-28.000 per/kg. Meski harganya mahal dibanding tahun sebelumnya antara Rp8.000-12.000, namun petani tidak dapat menikmatinya.
“Kami tak dapat menikmatinya. Harganya mahal tapi barangnya tidak ada. Tanaman banyak yang rusak serta buahnya sedikit,” jelas Fauzan, petani lainnya.
Kemarau yang berkepanjangan juga membuat ratusan petani mangga di Kabupaten Pasuruan berjuang menyelamatkan tanamannya dari serangan rabuk putih yang menempel di daun-daun mangga. Agar kerugian tak menjadi besar, para petani harus bekerja ekstra menyemprot pohon mangganya. “Serbuk putih itu harus kami semprot, jika tidak batang pohon akan mengecil dan lama-lama bisa mati. Jika demikian, kerugian semakin besar,” jelas Supii.
Kabupaten Pasuruan mempunyai beberapa sentra perkebunan mangga jenis Gadung Klune 21. Perkebunan itu terletak di Kecamatan Rembang, Sukorejo, Bangil, Kraton dan Pohjentrek. Mangga Gadung Klone 21 terkenal dengan rasanya yang manis serta dagingnya yang lembut seperti buah alpukat.
Mangga Gadung Klone 21 bisa dimakan dengan menggunakan sendok seperti memakan buah alpukat dengan mengirisnya memutar kemudian membukanya.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pasuruan M Ikhwan mengaku tanaman mangga di wilayah Kecamatan Rembang dan sekitarnya berdasarkan rekayasa tehnologi tanam. Menurutnya harus membutuhkan penanganan tehnologi pertanian yang betul.
“Seharusnya mangga berbunga pada Juni-Juli, tapi di wilayah itu dipaksakan berbuah lebih awal. Tujuannya dapat menikmati harga yang bagus dengan keuntungan besar. Dan semuanya itu harus diimbangi dengan pupuk organik serta pengendalian hama penyakit, secara ketat,” tandasnya. [hil]

Rate this article!
Tags: