Serapan Tenaga Kerja SMK Harus Linier

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Dindik Jatim, Bhirawa
Sekolah-sekolah penyelenggara pendidikan kejuruan alias SMK harus lebih memperhatikan lulusannya dalam memperoleh pekerjaan. Sebab, lulusan SMK semestinya tidak asal memperoleh pekerjaan, tapi juga harus linier dengan kompetensi siswa.
Hal ini tidak hanya penting bagi masa depan karir siswa, melainkan juga bagi penilaian sekolah. Karena jumlah siswa yang terserap lapangan kerja sesuai kompetensinya akan menambah poin dalam penilaian Standar Kompetensi lulusan (SKL) yang tercantum pada Standar Nasional Pendidikan (SNP). Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim Dr Saiful Rachman mengakui tingginya jumlah lulusan SMK yang bekerja tidak sesuai kompetensi. Karena itu, pihaknya tengah gencar melakukan sertifikasi kompetensi agar lulusan dapat bekerja sesuai bidang keahliannya.
“Memang banyak lulusan SMK di Jatim yang bekerja tidak sesuai kompetensinya. Tapi itu dulu. Sekarang kita sudah ada sertifikasi kompetensi yang akan digunakan siswa melamar pekerjaan sesuai bidangnya,” tutur Saiful dikonfirmasi, Kamis (5/11).
Fakta tentang tingginya lulusan yang bekerja tidak sesuai kompetensi ini juga dapat dilihat dari hasil analisis akreditasi SMK di Jatim pada 2015. Dari 1.494 program keahlian yang dinilai Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah (BAP S/M), hanya 20 persen di antaranya yang memiliki lulusan bekerja sesuai kompetensi dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Ini menunjukkan SKL SMK di Jatim masih tergolong rendah.
Lebih lanjut mantan Kepala Badan Diklat Jatim ini mengaku, tahun  ini Jatim telah menyiapkan program sertifikasi kompetensi untuk 13 ribu siswa SMK. Program ini dicanangkan setelah Dindik Jatim melakukan kerjasama dengan Badan Nasional Standarisasi Profesi (BNSP). Kuota yang diterima dari pusat mencapai 7.000 sertifikasi. Sementara 6.000 sertifikasi akan dikaver oleh APBD Jatim. “Jatim termasuk provinsi yang sangat sadar akan pentingnya sertifikasi kompetensi untuk calon lulusan SMK. Karena itu, BNSP mau mengalokasikan kuota sertifikasi sebesar itu untuk Jatim,” tambah Saiful.
Sementara itu, Sekretaris BAP S/M Jatim Soeparno mengungkapkan, SKL bisa dijadikan ukuran dari keberhasilan sekolah mendidik siswa. Baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik. Untuk pendidikan kejuruan, psikomotorik yang berarti keterampilan seharusnya memiliki porsi yang lebih besar dari dua kemampuan lainnya. “Yang dijual lulusan SMK itu keterampilannya agar bisa bekerja sesuai bidang keahlian. Karena itu, pada standar prosesnya, siswa SMK harus lebih banyak praktik dari pada teori,” ungkap dia.
Mantan Kepala Dindik Surabaya ini menjelaskan dua hal yang perlu dilakukan pemerintah dan sekolah untuk meningkatkan kualitas lulusan SMK. Di antaranya pelaksanaan praktik kerja industri (Praktik) yang sesuai dengan bidang keahlian siswa dan peningkatan mutu guru produktif. Ini lantaran guru produktif yang bersentuhan langsung dengan kegiatan praktik siswa.
“Dari semua standar yang harus dipenuhi sekolah, SKL adalah penentunya. Percuma kalau standar yang lain bagus tapi lulusannya tidak memiliki kompetensi yang ideal,” pungkas dia. [tam]

Rate this article!
Tags: