Serius Garap Penguatan Potensi Wisdom Lokal Daerah

Plt Kepala Dinas Pendidikan Jatim Hudiyono dan Kabid Harmonisasi Hubungan Internal Kemenko Perekonomian, Sumurung Simanjuntak membahas pilot project dalam implementasi kurikulum SMK di Gedung Sabha Wiyata Dindik Jatim, selasa (20/8) kemarin. [Gegeh Bagus Setiadi/bhirawa]

(4 SMK di Jatim Jadi Pilot Project Kurikulum Ekonomi Daerah)

Dindik Jatim, Bhirawa
Dinas Pendidikan (Dindik) Provinsi Jawa Timur mulai tancap gas dalam perumusan kurikulum bidang industri dan teknologi. Dimana, Empat SMK di Jatim menjadi pilot project dalam implementasi kurikulum SMK yang akan terintegrasi dengan industri. Kurikulum ini disusun untuk mengangkat nilai ekonomi lokal suatu daerah.
Kurikulum yang dibuat ini merupakan hasil kerja sama dengan Kemenko Perekonomian. Harapannya, melalui kerjasama ini diharapkan potensi kekayaan alam suatu daerah dapat terangkat. Di Jatim ada empat SMK yang menjadi sekolah percontohan yakni di Kota Malang, Sidoarjo dan Bojonegoro.
Plt Kepala Dinas Pendidikan Jatim Hudiyono mengatakan, terpilihnya Jatim dari 9 Provinsi di Indonesia ini karena Jatim memiliki regulasi vokasionalnya yang kuat. Baik itu Perda, Pergub, RPJM yang mendukung vokasional serta keseriusan Pemprov yakni Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.
“Dari pilot project itu, seperti apa yang sudah disampaikan Bu Gubernur yakni Petik, olah, kemas, produk. Nah, bagaimana pilot ptoject 4 sekolah ini sesuai dengan itu. Sementara ini yang sudah dilakukan sekolah yakni pada fase Petik dan olah. Untuk fase olah dan kemas ini setelah MoU dengan Kemenko Perekonomian pada Nopember mendatang,” katanya saat ditemui Bhirawa di Gedung Sabha Wiyata Dindik Jatim, selasa (20/8) kemarin.
Menurut Hudiyono, kedatangan Kemenko Perekonomian ini untuk memastikan sinkronisasi kurikulum industri dan teknologi. Hal ini menjadi penting dalam perumusan kurikulum karena tidak ada lagi batasan-batasan pagar kurikulum untuk pilot project. “Jadi, tidak boleh dibatasi karena kurikulum ini didesain oleh industri,” jelasnya.
Disamping itu, lanjut Hudiyono, akan ada pembentukan tim mulai dari pemagangan dan tanggung jawab di sekolah dan industri serta targetnya. “Juga akan ada penambahan kuota pemagangan, jadi kita tambah satu tahun minimal untuk waktu pemagangannya,” paparnya.
Empat sekolah itu yakni, SMK Migas Bojonegoro, SMK Muhhamadiyah malang, SMKN 4 Malang, SMKN 11 Malang. Jatim atim pun dipastikan mendapatkan kuota tambahan dari Kementerian untuk pilot projectnya. “Yang didapat dari MoU ini adalah penguatan potensi wisdom lokal daerah. Jadi, kalau di minyak tolong pelajar yang di Bojonegoro bisa tahu apa itu sumber minyak. Jangan sampi mereka belajar di sekolah tidak tahu sumber minyak dan kualitas pengolahan minyak,” beber Hudiyono.
Pada kesempatan sama, Kabid Harmonisasi Hubungan Internal Kemenko Perekonomian, Sumurung Simanjuntak menyebut ada 17 potensi daerah dari 9 Provinsi dan 1 Kabupaten yang bisa diangkat dan diterapkan melalui implementasi kurikulum SMK.
“Industri yang bergerak di bidang ekonomi lokal terbantu dengan adanya link and match kurikulum SMK. Ekonomi yang mengangkat potensi daerah terangkat, siswa pun terasah keterampilannya,” jelasnya. (geh)

Tags: