Serius Tangani Persoalan Kematian Ibu Hamil

Christiana Indah Wahyu

Christiana Indah Wahyu

Kota Mojokerto, Bhirawa
Dinas kesehatan Kota Mojokerto secara serius menangani persoalan ibu hamil terutama tahun 2016 ini. Kasus kematian ibu hamil yang terjadi selama tahun 2015 lalu, menjadi acuan dalam mencarai solusi.
Menurut Kepala Dinas kesehatan Kota Mojokerto, Christiana Indah Wahyu, Selasa (12/1) kemarin, tahun 2016 ini akan lebih fokus dalam menekan angka kematian ibu hamil. Peran bidan di Puskesmas akan terus kita dorong lebih fokus pada penanganan pasien ibu yang sedang hamil.
Pada tahun 2014 lalu, tercatat ada lima pasien ibu hamil yang tak bisa diselamatkan nyawanya akibat penyakit kelainan kehamilan. Penyebab meninggalnya lima ibu itu bermacam-macam menurut kajian secara medis.
”Dua karena eklampsi (kejang dan tekanan darah naik), dua lagi karena perdarahan dan satu karena usus meluntir,” papar indah, sapaan akrab pejabat berjilbab ini.
Atas kejadian itu, Dinkes langsung sigap mengambil langkah. Yakni dengan. menerapkan strategi berbeda untuk menurunkan angka kematian ibu hamil. Caranya denganĀ  meningkatkan kesadaran masyarakat serta meningkatkan kompetensi petugas kesehatan.
Sementara dari tiga yang meninggal tahun lalu, dua diantaranya merupakan warga asal luar kota Mojokerto. Sehingga tidak bisa terpantau penuh oleh petugas Dinkes Kota Mojokerto. Satu meninggal karena eklampsi, satu karena perdarahan dan satu lagi karena usus meluntir.
”Setelah diteliti, ibu hamil yang meninggal karena usus meluntir itu ternyata dulunya sering mengonsumsi obat pelangsing,” jelasnya.
Kesadaran masyarakat, menurut Indah, perlu ditingkatkan karena seringkali hal itulah yang menjadi penyebab ibu hamil meninggal. Ini seperti yang terjadi Juni tahun lalu. Ketika periksa di Puskesmas, ibu hamil itu diketahui memiliki tekanan darah tinggi. Namun dia tidak kontrol ke RS. Padahal ibu hamil dengan darah tinggi berisiko eklampsi. Untuk mencegahnya, biasanya direncanakan persalinan lebih awal. Akhirnya, terjadi keterlambatan merujuk.
”Dia awalnya sudah kejang, namun baru dibawa ke RS esoknya dalam kondisi sudah perdarahan, kesadaran menurun dan kejang. Serta janin dalam kandungan sudah meninggal. Belum sampai janin dikeluarkan, sang ibupun akhirnya turut meninggal,” terangnya.
Indah juga menyayangkan, karena tak semua ibu hamil juga patuh dengan nasehat dokter. Satu lagi yang meninggal tahun ini sejatinya berpendidikan tinggi, karyawan swasta dan rutin periksa ke RS. Namun saat disarankan untuk tak bekerja karena plasentanya ada dibawah sehingga rentan terjadi perdarahan plasenta, ibu itu tetap bekerja. Sehingga akhirnya meninggal saat dirujuk ke Surabaya.
”Kompetensi petugas di Puskesmas juga terus kita tingkatkan agar semakin memahami kegawatdaruratan sehingga tak terlambat melakukan rujukan ke RS,” papar Indah.
Di RS sendiri, menurutnya masih ada yang perlu disempurnakan. Pasalnya, belum semua RS mempunyai tenaga spesialis yang full time. Kapasitas tenaga RS dalam deteksi dan penanganan komplikasi masih perlu ditingkatkan. Di sebagian RS, obat emergency tak tersedia di ruang emergency namun masih harus melalui resep dulu. Ketersediaan alat terkait pelayanan kesehatanĀ  ibu dan anak seperti inkubator, ventilator dan sipep yang masih terbatas. Serta prosedur penanganan pre-eklampsi/eklampsia antar RS belum ada keseragaman/kesepakatan. [kar]

Tags: