Setahun Nawa Bhakti Satya Gubernur dan Wagub Jatim

Kepala Disbun Provinsi Jatim, Karyadi selalu turut mempromosikan produk komoditi unggulan Jatim yaitu Kakao dan Kopi, disetiap beberapa kegiatan yang mengusung produk hasil Jatim Agro dengan jargon “Tanam, Petik, Olah, Kemas, Jual”.

Jatim Agro Diimplementasikan Pada Komoditi Kakao dan Kopi
Pemprov, Bhirawa
Pembangunan perkebunan di Jatim mengacu pada Nawa Bhakti Satya Gubernur Khofifah lndar Parawansa dan Wakil Gubernur Emil Elestianto Dardak, khususnya Nawa Bhakti Satya 6 yaitu Jatim Agro, dengan jargon yang familier “Petik Olah Kemas -Jual”.
Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Jatim, Karyadi menyampaikan, Jatim Agro Sub Sektor Perkebunan secara intens dan utuh telah diimplementasikan pada komoditi unggulan perkebunan, yakni kakao dan kopi.
Dikatakannya, tanaman kakao menjadi unggulan karena merupakan komoditi ekspor, dengan proporsi ekspor lebih 94 % berupa produk tengah dan produk akhir. “Artinya, jika kelompoktani bisa menjual dalam bentuk produk produk tengah atau produk akhir. maka peluang pasar cukup terbuka dan mendapatkan nilai tambah yang besar,” katanya.
Selain itu, kakao dapat tumbuh di bawah tanaman lain, sehingga cocok dibudidayakan di lahan pekarangan sekitar rumah. Apalagi kakao dapat dipanen mingguan, maka kakao menjadi komoditi pavorit para ibu, karena hasil panennya bisa untuk memenuhi kebutuhan harian.
Sedangkan tanaman kopi merupakan salah satu komoditi unggulan perkebunan di Jatim yang memiliki fungsi konservasi, sehingga cocok dikembangkan pada kawasan dataran tinggi, termasuk kawasan ljen-Raung, agar dapat memperkuat pemukaan tanah dari resiko longsor. Secara ekonomis, kopi adalah komoditi ekspor yang mampu menyumbang devisa lumayan besar bagi Jatim.
Sebagai implementasi program Jatim Agro, untuk komoditi kakao, pada tahun 2019 Disbun Provinsi Jatim merealisasikan beberapa program dan kegiatan yang mendapat dukungan dana dari APBD dan Kredit Dana Bergulir.
Fasilitasi pengembangan kakao tahun 2019 dari dana APBD Provinsi, antara lain bibit untuk pengembangan kakao seluas 250 hektar; bibit untuk rehab kakao seluas 50 hektar, pupuk untuk intensifikasi seluas 100 hektar; kotak fermentasi 80 unit; bahan bangunan untuk rumah pengering dan ball mill masing-masing 1 unit.
“Adanya fasilitasi pada tataran on farm, berupa bibit dan pupuk diharapkan dapat menambah areal dan memotivasi petani agar lebih bersemangat meningkatkan produktivitas kebunnya,” katanya.
Sedangkan bantuan kotak fermentasi, lanjutnya, petani bisa melaksanakan fermentasi dalam penanganan pasca panen untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pengolahan cokelat yang membutuhkan biji fermented.
Fasilitasi bibit kakao sebanyak 200.000 batang untuk perluasan kakao seluas 250 ha, memiliki peran strategis, karena bisa mengungkit investasi masyarakat untuk membangun kebun kakao. Jika dinilai membangun kebun kakao seluas 250 hektar adalah setara dengan sekitar Rp 8 milyar, investasi pembangunan kebun kakao kisaran Rp 33 juta/hektar.
Sementara fasilitasi kredit dana bergulir diperuntukkan bagi kelompoktani Mulyo Jati Mojokerto yang dipergunakan untuk penambahan kapasitas olah kakao dari 250 kg/hari menjadi 600 kg/hari dan secara bertahap akan ditingkatkan hingga 1.000 kg/hari.
Saat ini, alat beroperasi setiap hari atau total membutuhkan bahan baku biji kakao 18.000 kg per bulan, dengan nilai bahan baku Rp 576 juta (Rp32 ribu/kg). Sedangkan produk akhir yang dipasarkan setiap bulannya mencapai 13.606 kg.
Meliputi candy 7.347 kg, bubuk cokelat murni 1.768 kg, bubuk cokelat 3 in 1 sebanyak 2.721 kg, dan lemak kakao 2.690 kg, dengan total nilai produksi sekitar Rp 1,7 milyar. Dengan demikian nilai produksinya, jika dihitung tanpa memperhitungkan biaya produksi, maka ada peningkatan sekitar 195 %.
“Hakekatnya biaya produksi, yang besar berupa upah tenaga kerja, maka uangnya masih berputar di wilayah kelompok, karena tenaga kerjanya adalah masyarakat sekitar,” katanya.
Dalam penanganan pra panen, kelompok tani Mulyo Jati Mojokerto yang mendapat kucuran kredit Dana Berguliir, melakukan penampungan pasar dari kelompoktani, baik dari daerah Mojokerto maupun daerah sentra kakao rakyat lainnya, seperti Malang, Kediri, Madiun dan lain-lain.
Lebih diprioritaskan biji kakao fermented yang akan dimanfaatkan untuk bahan baku pengolahan kakao. Biji kakao fermented dihargai sesuai grade mutu yang bisa dihasilkan oleh petani, minimal Rp32 ribu/kg, sementara harga biji kakao non fermented tidak lebih dari RpZS ribu/kg.
Sementara pada produk perkebunan unggulan kopi, pada tahun 2019, Pemprov Jatim mencanangkan fasilitasi kredit Dana Bergulir, antara lain untuk Sub Sektor Perkebunan. Hal ini dilatarbelakangi, Gubernur Khofidah mendapatkan laporan masih adanya praktek pembelian sistem ijon komoditi kopi di kawasan ljen Raung.
Sasaran fasilitasi kredit dana bergulir pada komoditi kopi, untuk investasi pengadaan alat pasca panen (pulper, washer, huller) dan alat pengolahan kopi (roaster dan grinder); biaya operasional pengolahan; pengadaan bahan baku (biji kopi); dan penanganan pra apanen, menampung produksi anggota kelompok dan petani sekitar.
Dana bergulir yang telah dikucurkan untuk komoditi kopi mencapai Rp 23,420 milyar kepada gapoktan Maju Mapan Desa Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten Jember; kelompoktani Usaha Tani 6 Kabupaten Bondowoso; kelompoktani Sejahtera Kabupaten Kayu Mas Situbondo; kelompoktani Harapan Dampit Malang, kelompoktani Santoso Sukorambi Jember; dan kelompoktani Mukmin Mandiri Sendang Tulungagung.
Dalam penanganan pra panen, gapoktan Maju Mapan berhasil menampung produksi biji kopi mencapai 560 ton, sementara kelompoktani Usaha Tani 6 sebanyak 80 ton, meliputi jenis kopi arabika dan kopi robusta.
Sementara untuk pengolahan kopi, telah dilakukan pengolahan kopi menjadi kopi roasted dan powder oleh 6 kelompoktani/gapoktan total 61 ton biji kopi, terdiri kopi arabika 34 ton dan kopi robusta 27 ton.
Untuk kopi arabika 34 ton atau senilai Rp 2,55 milyar, menghasilkan kopi olahan 33,32 ton dengan nilai jual hampir Rp 5 milyar. Sementara kopi robusta 27 ton atau senilai Rp 810 juta, menghasilkan kopi olahan 26,46 ton dengan nilai jual hampir Rp 1,8 milyar. [rac]

Tags: