Setelah Anoa, Giliran Unta KBS Mati karena Kembung

pintu-masuk-KBSSurabaya, Bhirawa
Kematian satwa terus terjadi di Kebun Binatang Surabaya (KBS). Setelah Rabu (26/2) Anoa jantan bernama Happy mati, malam harinya Unta juga ditemukan mati di kandangnya. Unta bernama Estem ini ditemukan mati di kandangnya sekitar pukul 21.3  oleh petugas patroli KBS.
Humas KBS Agus Supangkat ketika dikonfirmasi membenarkan kematian  Estem. “ya, Unta KBS ditemukan mati Rabu sekira pukul 21.30 oleh petugas,” kata Agus saat dikonfirmasi, Kamis (27/2).
Agus menjelaskan, dari hasil otopsi sementara Unta mati karena kembung .  Ditemukan banyak tumpukan gas di lambungnya. Untuk hasil autopsy lengkap penyebab kematian satwa ini dibutuhkan waktu 2 minggu lagi.
Unta jantan ini sebenarnya  tidak masuk dalam kategori 84 satwa yang sakit dan tua. Namun unta  sudah 3 bulan terakhir masuk pengawasan tim dokter. “Meski umurnya masih tergolong produktif, namun 3 bulan belakangan makannya susah sehingga masuk dalam pengawasan,” pungkas.
Dengan matinya Estern ini, Unta koleksi KBS tinggal tujuh ekor. Dengan rincian dua ekor jantan dan tujuh ekor betina.  Unta yang mati merupakan koleksi satwa yang dimiliki KBS sejak 1994. Unta didatangkan dari Australia bersama 5 ekor Unta lain. Dari indukan Estem, sudah 20 anakan yang dilahirkan dan dikirim ke beberapa kebun binatang di Indonesia. Seperti Ragunan, Bali, Banjarmasin, Balikpapan, Bukit Tinggi dan Banjarnegara
Sebelumnya, Anoa KBS bernama Happy juga ditemukan mati di kandangnya karena faktor usia. Happy mati saat berusia 19 Tahun. Anoa ini sempat menjalani perawatan di ruang karantina KBS. Namun, karena sudah tua, mamalia mirip kerbau mini inipun mati. Setidaknya, sejak Januari hingga Februari 2014 sudah ada 11 satwa KBS yang mati.

Direktur Diperiksa
Sementara itu Direktur Perusahaan Daerah Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya (KBS) Ratna Achjuningrum diperiksa di Polrestabes Surabaya. Ratna bersama drh Liang diperiksa di ruangan Pidana Ekonomi (Pidek). Ratna bersama Direktur Operasional KBS drh Liang Kaspe diperiksa  mulai pukul 12.00. Keduanya baru bisa keluar ruangan penyidik sekitar pukul 13.15. “Ditanya seputar pertukaran satwa,” tutur Ratna didampingi drh Liang, Kamis (27/2).
Sambil membawa beberapa dokumen, Ratna menjelaskan ada sekitar 400 ekor satwa yang sudah banyak ditukar. Di antaranya yakni didominasi satwa Pelikan, Jalak Bali dan Komodo.
“Melalui 6 nota kesepahaman. Ada yang melalui prosedur, ada pula yang tidak sesuai. Ada yang ditukar dengan satwa, ada pula yang ditukar dengan mobil dan pendirian museum satwa,” tambah Ratna.
Ratna dan Liang seakan tak mau berbicara banyak. Keduanya juga buru-buru memasuki lift untuk turun ke lantai dasar gedung. “Saya nggak tahu,” ujar Liang saat disinggung proses pertukaran satwa. [geh.bed]

Tags: