Setelah Janeta, Kini Siapkan Bombastis

Pemprov Jatim, Bhirawa.
Setelah berinovasi pada tahun 2021 dengan Janeta (Jasa Layanan Netra) Unit Mobile, maka Tahun 2022 Pemprov Jatim melalui UPT Rehabilitasi Sosial Bina Netra Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur di Malang mempersiapkan inovasi barunya yang dikenal dengan “Bombastis”.

Apa itu “Bombastis”? “Bombastis” kepanjangan dari Belajar Orientasi Mobilitas Bagi Distra dan Komunitas. “Jadi UPT RSBN Malang ini menciptakan simulator sirkuit yang berfungsi sebagai sarana bimbingan ketrampilan berjalan para disabilitas netra dan juga komunitas,” kata Kepala Dinsos Jatim melalui Kepala UPT RSBN Malang, Firdaus Sulistijawan.

Disampaikannya, inovasi “Bombastis” ini hadir dikarenakan dalam melaksanakan bimbingan Orientasi Mobilitas (OM) belum ditunjang sarana yang tepat, sehingga kurang mengoptimalisasi kemampuan yang berakibat pada tingkat kecelakaan berjalan yang tinggi, sempitnya daya jangkau, mobilitas dan ketidakkepercayaan diri dari penyandang disabilitas sensorik netra.

“Hal tersebut berhubungan langsung dengan tingkat kemampuan mereka dalam menghasilkan pendapatan dalam meningkatkan kesejahteraan hidup mereka dan juga keluarganya,” tambahnya.

Lebih lanjut, Firdaus memaparkan mengenai orientasi dan orientasi mobilitas. Jika orientasi merupakan kemampuan seseorang memahami lingkungan, sedangkan mobilitas adalah kemampuan seseorang berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.

“Adanya “Bombastis”, tujuannya adalah agar penyandang disabilitas netra dapat bergerak sesuai dengan tujuan dalam segala lingkungan dengan aman, efisien, menyenangkan, dan kemandirian,” tandasnya.

Ia juga menambahkan, dalam inovasi itu juga mengembangkan tiga konsep dalam orientasi dan mobilitas. Konsep Satu, metode untuk mengajarkan konsep ini adalah memadukan kegiatan belajar konsep dengan kegiatan lainnya yang melibatkan instruktur, pekerja sosial, staf, dan keluarga sehingga memungkinkan adanya penguatan-penguatan konsep oleh orang-orang lain.

Kemudian Konsep Dua, dengan memberikan penjelasan tentang pentingnya penguasaan konsep-konsep baru, klien akan lebih terdorong untuk mempelajari lebih banyak dan lebih bervariasi tentang berbagai macam konsep.

Hal ini juga dapat meningkatkan sensitifitas anggota keluarga, instruktur, pekerja sosial, dan staf lainnya akan pentingnya berbagai macam konsep untuk mobilitas dan membuat mereka memahami tentang berbagai strategi untuk menjelaskan konsep-konsep tertentu.

Dan Konsep Tiga, orang tua sekarang akan terdorong untuk lebih melibatkan anaknya yang tunanetra berpartisipasi dalam aktifitas fisik, mengeksplorasi lingkungan, bermain bola, jalan-jalan, dan sebagainya.

Meskipun demikian hanya terlibat dalam aktifitas saja tidak cukup, penyandang disabilitas netra harus didorong untuk mempergunakan berbagai macam stimulasi. Apabila memungkinkan konsep verbal hendaknya diverifikasi dengan aktifitas kongkrit. [rac.dre]

Tags: