Setelah KH Masjkur, Tiga Tokoh Jatim Diusulkan Pahlawan Nasional

Presiden RI Joko Widodo menyerahkan anugerah gelar pahlawan nasional kepada keluarga almarhum KH Masjkur di Istana Negara, Jumat (8/11).

Pemprov Jatim, Bhirawa
Salah satu tokoh asal Jatim telah dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional. Dia adalah alamrhum KH Masjkur salah satu anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang tercatat sebagai pahlawan ke-22 asal Jatim.
Penganugerahan gelar pahlawan tersebut diserahkan langsung oleh Presiden RI Joko Widodo di istana negara kepada keluarga almarhum dan didampingi Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Jum’at (8/11).
Siapa lagi setelah KH Masjkur? Sejumlah tokoh asal Jatim yang telah berjasa terhadap bangsa Indonesia dinilai layak untuk mendapat gelar pahlawan nasional. Salah satunya ialah KH Aburrahman Wahid alias Gusdur yang lahir di Jombang dan menjadi Presiden ke-IV RI. Kedua, Letkol Infanteri (Anumerta) Mohammad Sroedji yang lahir di Bangkalan dan gugur di Jember pada pertempuran tahun 1949 dan telah mendapat tanda kehormatan Bintang Mahaputera Utama dari Presiden Joko Widodo tahun 2016. Ketiga adalah Raden Trunojoyo seorang bangsawan Madura yang telah memiliki gelar Panembahan Maduretno.
Gubernur Khofifah mengakui, banyak tokoh asal Jatim yang dinilai layak untuk diusulkan sebagai pahlawan nasional. Saat ini, yang masih tahap diusulkan adalah tiga tokoh tersebut. “Saya kemarin juga sudah mengomunikasikan ke Tim TP2DP dan Tim Dewan Gelar, saya sampaikan kami (Jatim) masih punya banyak tokoh yang mungkin bisa mendapat gelar pahlawan,” tutur Khofifah ditemui usai memimpin upacara Hari Pahlawan di Tugu Pahlawan Surabaya, Minggu (10/11).
Khofifah mengakui, area pergerakan di Jatim itu dari dulu menjadi bagian penentu dalam memperoleh kemerdekaan dan mempertahankannya. Ada pahlawan nasional dari Blitar, Pasuruan, Jombang, Malang, dan Surabaya yang lebih banyak. “Yang agak surprise dari Sampang, Halim Perdana Kusuma. Ini menjadi penting untuk kita terus melakukan diseminasi tentang kepahlawanan, keperintisan, kejuangan yang mana memang tiada perjuangan tanpa pengorbanan,” tutur Khofifah.
Mengutip ungkapan Gus Dur, Khofifah mengatakan siapapun yang hidup harus siap berjuang, setiap perjuangan membutuhkan pengorbanan, setiap pengorbanan besar pahalanya. “Ending-nya, pahala yang besar dari setiap pengorbanan,” ujar gubernur perempuan pertama di Jatim tersebut.
Terhadap anugerah gelar pahlawan yang diberikan kepada KH Masjkur, Khofifah sebelumnya mengakui bahwa tokoh tersebut patut diteladani. Sosoknya dinilai berjasa besar terhadap bangsa dan negara, baik sebelum maupun sesudah kemerdekaan. “Pengabdian beliau seutuhnya untuk negara ini, baik secara fisik maupun pemikirannya. Beliau juga mengabdikan dirinya untuk umat lewat kontribusinya dalam pengembangan pendidikan Islam di tanah air,” terangnya.
Penganugerahan K.H Masjkur sebagai pahlawan nasional, kata Khofifah, atas usulan masyarakat, sejarawan, dan pemerintah yang melihat perjuangan dan jasa-jasanya. Dukungan juga datang dari berbagai pondok pesantren dan perguruan tinggi baik di Jatim maupun luar Jatim.
Pemberian gelar ini diajukan melalui bupati/wali kota atau gubernur kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sosial yakni Menteri Sosial. Selanjutnya Menteri Sosial mengajukan permohonan usul pemberian gelar kepada presiden melalui Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.
“Hari Pahlawan mengingatkan kita bahwa kemerdekaan tidak datang begitu saja tapi melalui perjuangan dan pengorbanan luar bisa para pendahulu kita,” tutur mantan Menteri Sosial RI ini. Selayaknya, lanjut Khofifah, nilai-nilai perjuangan KH Masjkur harus tertanam dan diteladani dalam kehidupan sehari-hari.

Menjadi Pahlawan Masa Kini
Hari Pahlawan tahun ini mengusung tema ‘Aku Pahlawan Masa Kini’. Masih menurut Khofifah, pahlawan masa kini dapat dilihat dari apa yang dilakukannya terhadap bangsa. Ada yang punya passion membersihkan sungai, membersihkan sampah plastik, menjaga lingkungan hidup, mendidik anak-anak, menjauhkan dari narkoba, mengajak tidak menyebar hoaks dan seterusnya. Itu adalah bentuk dalam membela NKRI.
“Yang kita perangi saat ini narkoba, yang kita perangi kebodohan, kemiskinan, yang kita perangi hoaaks dan sesuatu yang bisa memprovokasi dan berpotensi memecah belah bangsa,” tutur Khofifah. Karena itu, lanjut dia, tema tentang ‘Aku Pahlawan Masa Kini’, menjadi bagian yang sangat penting. Sebab, heroisme itu dibangun dari masing-masing diri. Apakah itu balita hingga lansia. Mereka tetap produktif untuk mendedikasikan dirinya bagi Indonesia.
Sementara itu, Bambang Sulistomo putras Bung Tomo mengakui, bahwa Khofifa adalah bagian dari pejuang. Dan ini adalah momentum pertama bagi Khofifah memperingati hari pahlawan sebagai GUbernur Jatim. “Bayangno rek, pejuang sampai jadi Gubernur itu bukan perjuangan yang ringan,” tutur Bambang.
Pahlawan, kata dia, memiliki siap mengorbankan sesuatu tanpa menghitung materi. Artinya segala sesuatu itu bisa dicapai jika tidak hanya mengandalkan materi. Termasuk Bangsa ini sebetulnya juga bisa maju kalau tidak hanya memperhitungkan materi. “Spiritual, rek,” ujarnya lagi.
Bangsa ini, kata Bambang, kuatnya di konten spiritual. Sehingga pihaknya berharap masyarakat harus terus menggali konten spiritual bangsa. “Sehingga itung-itungan kita, kita berhubungan pun bukan karena materi. Karena hubungan batin, kekuatan spiritual, kesamaan, kebangsaan, kebhinekaan, itu yang harus kita gali bersama,” pungkas Bambang. [tam]

Tags: